Last Extra Chapter

143 12 14
                                    

God is know what the best for us.

•••••

“Ka–kamu mau nikah?” tanya laki-laki itu. Kelihatannya sangat cemas.

Ristha menahan tawa sambil mengangguk. “Iya, ini undangan pernikahan aku.”

Pernyataan Ristha barusan berhasil membuat Rana mematung. Ia tidak tahu harus senang atau justru sedih. Jika sedih, ia sedih atas dasar apa?

“Mau dateng ke acara nikahan aku, ‘kan?” tanya Ristha menatap serius ke arah Rana. Pemuda itu agak sedikit kikuk. Menggaruk lehernya yang tidak gatal, lalu pelan-pelan mengangguk.

Bibir Ristha melebar manis. “Terima kasih, aku tunggu kamu sebagai tamu VVIP aku,” kata gadis itu semangat. Rana hanya tersenyum. Ia tidak tahu ada apa apa dengan dirinya sendiri. Mengapa berita ini sangat sulit untuk diterima. Harusnya ia senang melihat temannya akan segera menikah.

“Calon suami kamu adalah laki-laki paling beruntung karena berhasil membuat kamu jatuh ke dalam muara hatinya,” kata Rana. Laki-laki itu mencoba menegarkan dirinya sendiri meskipun sampai saat ini ia tidak tahu alasannya rapuh.

“Bisa aja, tapi orang yang akan menjadi istri kamu nanti pasti bakal beruntung juga sih. Secara kamu orang best yang pernah aku temui,” kata Ristha yang mengundang tawa kecil dari keduanya.

“Eh, gimana kabar Tharina?” tanya Rana mulai mengalihkan topik.

“She’s fine. Dia sekarang jadi guru MI di sekolahan dekat rumah.”

“Ma syaa Allah. Keren banget dia. Nggak nyangka temen-temen di sini pada sukses. Jadi, penasaran sama keadaan Radit dan Jeff yang ada di Lamongan,” kata Rana.

“Radit dan Jeff juga aku undang pakai undangan digital. Khusus kamu undangan kertas, soalnya VVIP,” kata Ristha.

“Acara nikahan bakal dilangsungkan di mana, Ris?” tanya Rana sambil menenteng tasnya.

“Nanti aku sharelock, ya. Bagi nomor kamu biar gampang hubunginnya.”

—————

Rustic. Tema pernikahan outdoor yang langsung muncul di benak Rana ketika melihat suasana yang ia lihat saat ini. Sangat cantik dan sepertinya baru-baru ini tenar di Indonesia.

Konsepnya lebih mengedepankan kesederhanaan. Mirip seperti Ristha yang apa adanya. Elegan, tapi sangat mewah.

Semua serba-serbi coklat. Sangat klasik, terlebih dominannya adalah kayu. Lampu-lampu kecil yang menggantung di lentera sudut venue membuatnya terlihat sangat-sangat anggun.

“Ristha pinter banget milih konsep.” Ana berkata sambil sibuk mengedarkan pandangannya kagum.

Rana yang sedari tadi ikut sibuk mengamati nuansa di sini mendadak buyar ketika baru sadar siapa yang akan melangsungkan akad hari ini. Sebenarnya, laki-laki itu sampai saat ini bingung bagaimana bisa hatinya gelisah seperti ini.

Berulang kali ia menghembuskan napas gusar berusaha menetralkan gejolak tidak jelas dalam dadanya.

“Rana, kamu baik-baik aja?” tanya Raffin seperti paham apa yang tengah anaknya rasakan. Rana hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, lalu merapikan rambutnya.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang