Bab 30 - Detikan Pelukan Mama

170 11 0
                                    

Lets read last chapter Detikan Pelukan Mama!

.

.

Pemenangnya adalah orang di masa lalu.

•••••

Last day yang penuh luka. Rana mengira bahwa keluarganya memang tidak akan pernah bertahan lama, bahkan mungkin ia memang tidak ditakdirkan memiliki seorang ibu. Rumahnya sepi.

Hubungan anak ayah itu bahkan tak pernah akur sejak kepergian Kamelia dua hari lalu. Hanya butuh waktu untuk Rana bisa memahami semuanya, pikir Raffin.

Di kalender hari ini angkanya bewarna merah. Umat lain sedang merayakan tahun barunya. Otomatis sekolah libur. Laki-laki itu jadi tak memiliki banyak aktivitas. Merasa bahwa di rumah tak akan bisa membuatnya tenang melihat ayahnya yang baru saja pergi, laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak ayahnya.

Mobil Raffin berhenti di depan kafe sederhana. Rana mengerutkan dahinya, kenapa ayahnya ke sini?

Kalau aku lihat wanita itu di sini, hari ini juga dia akan habis. Pelakor.

Pelan-pelan laki-laki itu melangkah mengikuti ayahnya. Amarahnya seketika bergejolak melihat seorang wanita mencium tangan ayahnya dengan hangat. Wajahnya tertutupi masker, percis seperti foto yang diberikan Radit saat itu.

Mata laki-laki itu tidak bisa lepas dari keduanya. Tanpa terasa air mata laki-laki itu menetes. Seberani itukah ayahnya berkhianat?

Dengan langkah lebar laki-laki itu langsung menghampiri dua orang yang sedari tadi menarik perhatiannya. Dia menggebrak meja yang spontan membuat keduanya berdiri.

“Jadi, Anda yang sudah menghancurkan keluarga saya?!” tanya Rana dengan nada tinggi. Bentakan itu seketika membuat Ana terkesiap kejut. Apa ... wanita itu memang perusak kehidupan baru putranya sendiri?

“Rana! Ayah besarin kamu bukan untuk ini!” tegas Raffin tak menyetujui perbuatan tak sopan putranya.

“Kenapa? Nggak suka? Rana ingetin kalau Ayah lupa, apa orang tua Ayah ngebesarin Ayah untuk selingkuh?” laki-laki itu memutar omongan ayahnya.

Raffin geram. Pria itu takut perasaan Ana akan hancur mendengar putranya sendiri menyebutnya sebagai selingkuhan meski secara tidak langsung.

“Kamu nggak inget ini di mana? Ini tempat umum. Nggak pantes kamu kayak gini!” kata Raffin lalu menyeret putranya keluar dari kafe. Ana mengikuti sambil berteriak berniat melerai mereka.

Rana melepas pegangan kuat ayahnya saat posisi mereka jauh dari kerumunan.

“Rana nggak peduli sama apa pun lagi. Ayah udah tega khianatin Rana dan Mama. Ayah egois.” Rana kemudian memusatkan pandangannya ke arah Ana. “Ayah tega meninggalkan kami hanya demi pelakor tidak tahu malu ini!”

Tidak ada petir yang menyambar, tapi perasaan Ana seakan dihantam oleh petir berlistrik yang mampu menggetarkan hatinya kesakitan. Wanita itu bukan pelakor. Ia lebih dulu dinikahi oleh ayahnya.

Keributan ini berhasil mengundang tatapan tidak suka dari orang sekitar yang tak sengaja berlalu lalang melewati mereka. Tatapan mereka menyudut pada Ana yang dianggap sebagai pelakor. Ini salah paham. Hati Raffin teriris mendengar istrinya sendiri disebut pelakor di hadapan banyak orang. Raffin merasa gagal menjadi seorang suami.

Tatapan Rana kepada Ana penuh dengan kebencian. Rasa benci yang terlalu dalam itu sampai tak bisa memperhatikan jelas bagaimana bentuk mata ibunya sendiri. Ana memejamkan mata takut Rana memukulnya. Namun, semua di luar dugaan. Laki-laki itu menarik maskernya, dan ... jantung ketiganya tidak aman.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang