Bab 14 - Ketemu Lagi?

53 13 0
                                    

Sebelumnya, saya mohon maaf karena publish lama. Soalnya, beberapa hari terakhir, saya sibuk ditambah otak yang stuck, jadi nggak sempat untuk setok chapter. Maaf, ya.

Let’s read Rana stories.

.

.

Sedikit manusia yang paham, siapa seseorang yang Tuhan kirim untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah.

•••••

Kenyataan pahit itu harus dirasa. Di mana semua perubahan itu benar-benar menyakitkan. Sebuah kenyataan yang sakitnya begitu membelenggu dalam hati. Mengetahui ini seakan memberikan wejangan untuk Ristha akan hancur hari ini juga.

Anak itu keluar dari kafe tanpa persetujuan sang mama. “Kenapa semua harus terjadi? Kenapa?! Apa salahku, Ya Allah ....” Ristha terus memberontak. Sulit untuk menerima semua kenyataan. Kenangan manis yang bermuara dalam ingatan bersama mama dan papanya seakan menghantam beton dan hancur begitu saja.

“Inikah jawaban dari semua ini? Papa sering marah, karena memang aku bukan anak kandungnya?”

Ia yakin, apa yang Inda katakan beberapa menit yang lalu adalah kebenaran. Mulut itu tak mungkin berbohong, mungkin ini uneg-uneg yang memang ingin Inda keluarkan sejak lama.

Gadis itu akhirnya memahami suatu hal. Ia mengusap air matanya kasar. “Aku tidak ingin menjadi boneka untuk permainan Mama dan Papa. Oh mungkin diralat, Tante Inda dan Om Arhan. Mereka bukan orang tuaku.” Ia berkata sedikit licik, tak ingat apa yang sudah Inda dan Arhan berikan untuknya.

“Apa aku harus kasih tau Rana aja?” gumamnya.

Ia terkejut tatkala Inda memegang bahunya kasar. “Tunggu!” cegahnya dengan tatapan menusuk, kali ini Ristha tidak takut melihatnya. “Kalau kamu berani-beraninya bongkar ini semua ke Rana. Inget ya Ra! Hidup kamu akan hancur! Camkan itu!”

Ristha menyunggingkan senyum. "Mama kira, oh Tante kira aku ini boneka? Aku ini manusia Tante! Bukan boneka yang bisa dipermainkan seenaknya. Selama ini aku cukup perihatin dengan kondisi suram Tante di masa lalu.”

“Tapi sekarang tidak! Dan itu tidak salah. Justru itu ujian dari Allah buat Tante. Sekarang terima aja nasib Tante yang seperti ini. Jangan pernah ganggu Ristha lagi! Oh mungkin Ristha juga bisa pergi. Karena Ristha tidak mau menjalankan rencanan BUSUK itu lagi!” Ristha melontarkan ucapannya dengan amat sangat detail. Bahkan dikata 'BUSUK' iya sempat meninggikan nada bicaranya.

“Ris ... tolongin Mama——”

“Tante, not Mama!” ralat anak iru.

“Kamu anak Mama, Mama yang udah adopsi kamu. Itu sudah jelas, hak asuh sudah ditangan Mama dan Papa. Jadi, kamu adalah anak kami Ra.”

“You is my child!” tegas Inda.

Ristha menangkupkan kedua tangannya. “Ya. Mungkin seperti itu. Untuk semua fasilitas lengkap ini, Ristha berterima kasih. Mungkin beribu terima kasih nggak akan pernah bisa mengembalikan semua uang dan jeri payah kalian untuk Ristha, tapi ... setelah tau ini semua. Hati Ristha sakit. Sesak, Ma. Sesakit itu dipermainkan.”

“Rana itu nggak salah. Dia nggak tau apa-apa. Mama yang punya masalah sama Tante Ana. Bukan Rana dan Mama.”

Inda hanya diam, air matanya mengalir tanpa peduli ia sedang di mana. “Ra ... Mama mohon. Bantu Mama dan Papa, sekali saja. Jika masalah ini sudah selesai, Mama janji tidak akan melibatkan kamu dalam permainan keji seperti ini.” Inda memohon. Melihat wajah Inda yang memelas seperti ini. Membuat Ristha begitu saja luluh dan menganggukkan kepalanya. Padahal, jika Ristha tidak menganggukkan kepala. Semua masalah ini akan berakhir dengan tuntas.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang