Bab 12 - Teror Mimpi

57 14 0
                                    

Cepat atau lambat, kebohongan akan terungkap.

•••••

Ristha merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk milik sang mama. Hari ini Arhan tidak ada di rumah. Jadi, Inda gadis itu untuk tidur bersamanya. Karena, semenjak kejadian beberapa tahun lalu, Inda merasa ketakutan apabila tidur sendiri.

“Ma, Rara tidur dulu ya.” Inda yang masih berkutat dengan layar laptopnya mengangguk.


“Aelamat bobo, ya. Semoga anak Mama mimpi jndah, se Inda nama mamanya. Hehe,” kata Inda sembari terkekeh karena ucapannya sendiri. Ristha mengangguk dan ikut terkekeh bersama. Kemudian memejamkan matanya.

—————

“Ristha!” Rana meneriaki nama Ristha yang kala itu berada di depan rumah Ristha.

Ristha terkejut melihat kehadiran Rana yang tiba-tiba. Gadis itu langsung keluar dan menemui Rana cepat. Ristha juga sedikit takut karena kedua orang tuanya ada di rumah.

“Rana? Ada apa?” tanya Ristha kemudian menggeret Rana sedikit jauh dari rumahnya.

“Kenapa menjauh?” tanya Rana dengan sinis. Ristha heran kenapa sikap Rana secuek ini?

“Ah engga, ada kakek aku, dan kakek nggak suka ada orang nggak dia kenal berkeliaran di depan gerbang. Jadi, sebelum ketauan aku ajak kamu kesini,” katanya beralasan.

Rana mengangguk, “Masa sih? Kenapa nggak dikenalin aja?”

Ristha diam. “Ah engga, kakek tidak mudah berbaur dengan orang baru jika dia sendiri tidak memintanya untuk berkenalan.” Ada saja alasannya.

“Masa sih? Atau emang kamu takut rahasia kamu terbongkar?” tanya Rana spontan.

Deg!

Jantung Ristha mendadak bekerja dengan sangat cepat. Rasa takut terbesit di dalam dirinya. Bagaimana Rana tahu ada rahasia besar di rumah ini? Apa Rana sudah mengetahui segalanya?

“Ra–rahasia? Rahasia apa?' Ristha masih berusaha untuk menetralkan mimik wajahnya agar Rana tidak curiga.

“Udahlah Ris, nggak usah beralasan. Aku udah tau semuanya.” Perkataan Rana berhasil membuat Ristha melototkan matanya.

“Apa sih Ran? Tau apa? Aku nggak nyembunyiin apa-apa dari kamu.” Benar saja, Ristha tidak mau kalah. Ia masih berjuang dengan rencananya dan keluarga.

“Nggak usah bohong! Lambat laun, semua kebohongan kamu akan terungkap, dan itu aku sendiri yang mengungkapnya.” Ristha kali ini tidak bisa mengelak. Ristha mengira Rana sudah mengetahui segalanya.

“Omong kosong!” Ristha menukas cepat.

“Setiap omongan tidak ada yang kosong. Karena itu mengandung sebuah huruf dirangkai menjadi kata, dan dirangkum menjadi kalimat.”

Ristha mengabaikan ucapan Rana. Kemudian pergi meninggalkan pemuda itu.

“Ingat! Aku sendiri yang akan mengungkapnya Ris!” teriak Rana, anak itu sangat yakin Ristha mendengarnya.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang