Bab 28 - Kembali ke Awal

57 12 0
                                    

Bukan kita yang hebat, tapi Allah yang mempermudah segalanya.

•••••

“Kalau kamu kayak gini terus——” Raffin menggantungkan kalimatnya pada Kamelia. Napasnya kini bergemuruh tak tahan melihat perlakuan Kamelia yang terlalu posesif menurutnya.

Pria itu menarik napas, kemudian menghelanya berat. “Mending kita pisah,” lanjutnya membuat tiga kata yang terdengar di telinga Kamelia begitu menusuk hingga dalam.

Tidak adakah kesempatan untuk diri wanita itu mempertahankan pernikahan impiannya?

Rana yang baru saja pulang dari pasar malam kemarin mendadak lemas. Ayahnya menjatuhkan talak? Apa-apaan ini?

Dengan langkah lemas ia mendekati ke arah dua pasangan yang sedang sama-sama mempertahankan egonya.

“Ayah, Mama.”

Raffin dan Kamelia terjingkat saat menyadari siapa yang datang di sela-sela keduanya. Kamelia menunduk, sedangkan Raffin membuang wajah kasar.

“Ayah, Mama nggak salah. Ayah yang salah. Ayah duluan yang main api di belakang. Ayah selingkuh, ‘kan?” Rana memperjelas apa yang ia lihat di foto itu. Raffin terkejut. Dia tidak selingkuh, pikirnya.

“Ayah tega menghancurkan keingin anaknya sendiri demi wanita itu?” Rana menatap kedua orang tuanya bergantian. Laki-laki itu kemudian mengusap wajahnya frustasi. “Istana yang tiga tahun kalian bangun, apa harus hancur begitu saja?”

“Hanya demi pelakor,” imbuh Rana penuh penekanan.

Amarah Raffin memuncak. Ia tidak suka wanitanya disebut pelakor. “Rana! Jaga bicRa kamu. Dia bukan pelakor!” sentaknya.

“Ayah bisa menjamin kamu akan menyesal suatu saat nanti,” katanya.

“Kalau dia bukan pelakor, lalu siapa, Mas?” Kamelia terduduk lemas setelah mengatakan itu. Dirinya benar-benar hancur, dan dengan seenak jidat Raffin masih mencari pembelaan?

“Ini janji kamu untuk terus bersama aku? Ini janji kamu buat bahagiain aku?” tanya wanita itu lemas. Rana menghampiri mamanya dan memeluk dengan hangat berusaha untuk menenangkan.

Benar kata orang, duri dalam pernikahan pasti ada, tapi bukan berarti cerai sebagai penengahnya.

Raffin terdiam. Pikirannya kembali mengingat pada momen itu.

Saya janji bakal terus sama kamu dan berusaha mengupayakan yang terbaik buat kamu. Bahagia terus, ya? Saya janji bakal buat kamu bahagia.

Kata-kata itu kini terdengar seperti omong kosong, pikirnya. Namun, pria itu tidak peduli. Kedatangannya membuat Raffin merasa bersalah telah berkhianat dan memilih untuk menikahi Kamelia. Ia sudah melukai hatinya, jauh sebelum Kamelia terluka karena perlakuannya.

Ia menyesal telah menyakiti dua perempuan, tapi dia harus memilih salah satunya. Dia akan berlabuh pada kapal pertamanya. Ia senang karena dia telah kembali, tapi di sisi lain pernikahan hari ini bukan sebuah permainan yang bisa quit begitu saja.

“Kamelia maafin saya. Saya terpaksa harus memilih jalan ini,” kata Raffin lirih. Sorot matanya penuh penyesalan.

“Ayah, are you seriously? Hanya karena pelakor itu Ayah tega sama Mama?” Rana sedikit meninggikan nada bicaranya.

“Rana. Kamu nggak tau apa yang sebenarnya terjadi. Please, don’t judge if you don’t know anything.”

“Ayah akan berlabuh pada siapa yang lebih dulu mendapat luka, jawabannya bukan Mama kamu.”

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang