Bab 13 - Tidak Tenang

58 14 0
                                    

Pil ini cukup pahit apabila ditelan dengan air putih yang begitu bersih.

•••••

Semakin hari semakin hidup dengan ketidaknyamanan. Itulah yang dirasakan gadis bernama Ralistha Purnama. Akibat mimpi yang terjadi lima hari lalu. Ristha jadi semakin hidup dengan kewaspadaan. Takut jika Rana mengetahui semuanya, semuanya akan hancur.

Hari ini kelas mereka free class. Ini terjadi karena guru bahasa Inggris tidak masuk. Akhir-akhir ini, Rana juga heran dengan sikap Ristha yang mendadak berubah. Kadang cuek, kadang dingin, dan jarang sekali akrab seperti dulu.

Di jam kosong ini, atau disebut jamkos. Semua murid sibuk sendiri. Biasanya, jika Ristha dan Rana mengalami hal ini. Mereka akan tetap belajar, mengulang materi yang harus disampaikan oleh guru ketika pelajaran berlangsung. Namun, kali ini berbeda. Justru Ristha tidak ingin belajar bersama Rana. Membuat laki-laki itu benar-benar bingung.

“Ran, aku belajar sama Liana dulu ya.” Mau menolak Rana sungkan. Ia juga tidak boleh egois bahwa Ristha juga ingin berteman dengan mereka semua. Tidak hanya dirinya saja.

Ingat Ran, Ristha nggak bisa hidup tanpa sedikit teman seperti kamu,” gumam Rana dalam hati.

Ristha menghampiri Liana yang sedang membaca buku novel yang sengaja ia bawa. Liana hobi membaca, tapi malas membaca buku pelajaran. Katanya, membaca buku pelajaran itu sangat membosankan. Tidak heran jika Liana lebih banyak mengerti tentang berbagai jenis cerita novel meskipun tidak diadaptasi dari dunia orange.

"Boleh aku duduk di samping kamu?” tanya Ristha sembari menunjuk bangku kosong di samping Liana. Sebenarnya, bangku itu juga tidak kosong. Husein yang menempati. Namun, hari ini anak itu tidak masuk.

Liana melirik bangku sebelahnya, kemudian mengangguk mengiyakan. Sementara Rana yang melihat Ristha dan Liana sedikit tidak suka. Karena bagi Rana, Ristha hanya miliknya, tapi lagi-lagi ingatan yang mengharuskan dia tidak egois kembali muncul.

“Aku nggak boleh egois.”

—————

Seorang wanita setengah baya sedang duduk santai sembari menikmati teh manisnya. Ia sesekali menyeruput tehnya sembari melihat pemandangan kolam renang yang tempatnya di kelilingi dengan rumput dan tanaman ijo. Membuat tempat itu lebih asri dan nyaman.

Wanita itu masuk ke dalam rumah setelah mendengar seseorang di dalam rumah meneriaki namanya, Kamelia.

“Melia! Jangan jauh-jauh sama Mama. Kamu itu ilang hampir mau tiga tahun! Mama harus waspadai kamu,” kata mama wanita bernama Kamelia itu.

Tunggu, kalian masih ingat Kamelia? Wanita yang pernah terkurung sekitar dua tahun setengah. Tubuhnya kurus, hidup di udara yang begitu pengap.

“Ma, Melia itu udah gede. Lagi pula Melia cuma ke kolam renang kok. Nggak ke mana-mana," kata Kamelia. Mamanya memutar bola mata malas, “Dengar ya, kamu emang udah gede, tapi masih kayak anak kecil. Gampang buat diculik!” kata sang mama. Kamelia hanya menghembuskan napasnya.

“Ya udah, Melia ke kamar aja.” Wanita itu meninggalkan mamanya sendiri.

“Maaf, Sayang. Mama harus tegas. Mama nggak mau kamu diculik kayak sebelumnya. Mama tau, kamu sedang diincar.”

—————

“Halo, ada apa, Fis?” Inda bertanya pada pria suruhannya yang bernama Nafis dari seberang telepon.

“....”

"Apa? Hilang? Kok bisa?!!!!” Inda terkejut. Ristha yang melihat mamanya segera menghampiri. Ristha juga takut, kata hilang membuatnya ingat kepada masa di mana Rana menyelamatkan seseorang dari dalam ruang rahasia di daur ulang.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang