Bab 18 - Calon Istri Ayah

70 13 0
                                    

Jika aku tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk anakku. Setidaknya aku bisa menjadi ibu yang baik untuk putraku.

Raffin Al-Imran.

•••••

Salma tengah fokus dengan makhluk hidup yang mengundang kesegeran dan keindahan di netranya. Penuh warna dan bermekaran dengan sempurna tanpa cela. Perempuan itu sedari kecil suka bertanam, apalagi bunga-bunga cantik seperti ini, sampai-sampai di rumah sederhananya yang tak terlalu besar pun ia bangun taman kecil.


Dia Salma Kanziya, ia memang sedang cuti dari pekerjaannya menjadi asisten rumah tangga. Alasan yang mendukung Salma meminta cuti adalah agar dirinya tidak selalu menatap wajah Raffin. Karena setiap kali menatap Raffin, jantungnya tidak bisa berdetak normal.


Mungkin keputusan terbaik adalah tinggal di rumahnya sendiri sementara waktu. Walau tak besar, tapi rumah ini menjadi saksi bisu kehidupannya yang penuh lika-liku.

Tinggal seorang diri selama tujuh tahun tanpa orang tua yang memang sudah dipanggil Allah lebih dulu, itu begitu menyakitkan bagi seorang Salma Kanziya. Terlebih mantan suaminya juga tiba-tiba menjatuhkan talak. Keperitannya justru bertambah dua kali lipat.

Perempuan ini adalah salah satu dari penduduk bumi yang mencintai bunga. Ada banyak bunga yang tertanam di rumah ini, baik yang bergelantung, tertanam di tanah, di pot, dan masih banyak lagi, bahkan pohon mangga di dekat bunga kaktus rantingnya terdapat akar tanaman anggrek yang kini sudah berbunga.

Merasa bunganya sudah disirami semua. Salma kembali masuk ke dalam rumah dan menemui putrinya yang tertidur di kursi panjang ruang tamu dengan pulas. Ia menghampiri Kania dengan senyuman yang begitu menyentuh hati. Senyuman seorang ibu.

“Banyak dari mereka kekurangan kasih sayang orang tua. Termasuk kamu sayang, tapi Mama selalu berjanji sama kamu, Mama akan selalu menjadi ayah sekaligus Mama buat kamu. Mama janji itu. ” Salma mengelus rambut putrinya kemudian mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya ke dalam kamar.

—————

Ristha tengah membaca list yang diberikan papanya setelah pulang dari Jakarta. Ristha berkali-kali menghela napas mendapati isinya yang begitu tidak bisa dibayangkan.

1. Merusak repotasi Rana.

2. Membuat keluarga Rana hancur.

“Kedua-duanya Rara yang harus melakukannya?” tanya Ristha kepada kedua orang tuanya. Inda menganggukkan kepalanya.

"“Bagaimana caranya? Rara nggak kuat, Rara tidak bisa terus-terusan jadi orang bermuka dua seperti ini.”

Hati anak itu sudah lelah. Ristha menolak ini semua. Actually, ia berat melakukan hal setega ini dengan Rana. Apalagi setelah mendengar bahwa Ristha bukanlah anak kandung Inda dan Arhan. Malah semakin membuat anak itu merasa bersedih, dan tidak enak hati.

“Ra! Harusnya kamu sadar! Mama dan Papa udah ngebesarin kamu sampe segede ini! Ini kesempatan kamu buat ngebalas semua jasa kita!” tegas Arhan yang memang sudah mengetahui jika Ristha sudah tahu ia bukan anak kandungnya.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang