Extra Chapter

135 12 0
                                    

Wedding invitation? The boy’s nightmare.

•••••

Dunia memang tidak akan pernah habis untuk dikejar. Banyak plot twist Tuhan yang sulit untuk manusia tebak. Orang kita hanya mampu berencana. Sisanya harus banyak menyiapkan mental untuk bertarung dengan kenyataan nantinya.

Meski dunianya sempat hancur, laki-laki itu tidak memiliki alasan untuk tidak bersyukur. Terlebih sosok ibu di dalam dirinya memang tidak benar-benar hilang. Dari banyak perjalanan kisahnya sampai detik ini ia menyadari dan belajar banyak hal.

Setelah mengemasi barang-barangnya, laki-laki itu menatap dua orang yang kini ada di hadapannya. Ia tersenyum sambil menepuk pundak mereka bergantian.

“Jaga kesehatan, Bro,” kata Rana. Ia sebetulnya tidak ingin meninggalkan kota ini, tapi pekerjaan ayahnya sudah selesai dari tiga bulan yang lalu, tepat laki-laki itu menamatkan sekolahnya.

“Far, I wanna tell you something,” kata Radit. Sorot mata laki-laki itu juga tak kalah sedih dari Rana.

“Apa?”

“Kita keluar?” saran Jeff. Radit mengangguk, lalu menggeret Rana keluar rumahnya.

“Sebelum kamu bener-bener hilang dari kota ini, ada satu hal yang mau aku kasih tau ke kamu, dan semoga ini bisa ngerubah kehidupan kamu,” kata Radit. Ia kemudian menoleh ke belakang sambil berdehem. Lalu datang dua orang perempuan dari belakang Radit sambil tersenyum.

“Dia ... perempuan yang kamu benci. Dia yang mengetahui lebih dulu problem almarhumah Mama dan Ayah kamu. Dia yang menyelidiki semuanya. Kamu harus berterima kasih, Far.”

Pernyataan yang baru saja terlontar dari bibir Radit membuat Rana senam jantung. Masalahnya ia tidak tahu jika Ristha sebaik itu padanya.

“Bercanda.” Laki-laki itu masih tidak bisa menerima kenyataan. Ia masih menolak semuanya.

“Serius. Dia yang selama ini bantuin kamu. Dia juga yang ngirim surat-surat itu ke kamu.” Rana menoleh ke arah Ristha yang sedang tertunduk. Rasanya ia tidak percaya, apa gadis itu sudah benar-benar berubah?

Kini, laki-laki itu tidak boleh egois. Ia harus mau memberikan Ristha kesempatan ke dua. Dia gadis yang baik.

“Ris, makasih banyak,” kata Rana. Otaknya sedikit bug. Ia tidak tahu harus berkata seperti apa lagi, jika karena foto dari Ristha, ia tak akan mengetahui kebenaran bahwa ibu kandungnya masih hidup.

“Ini udah jadi tugas aku sebagai seorang teman, Ran,” jawab Ristha sambil menatap ke arah Rana.

“Kamu perempuan yang baik.”

“Kamu juga laki-laki yang baik.”

—————

Lima tahun berlalu. Keluarga 3R semakin harmonis. Dari tahun ke tahun kerutan di wajah mereka belum nampak meski usia anaknya kini mencapai 23 tahun.

“Nggak usah buru-buru nikah kalau memang belum ketemu jodohnya. Ingat, Ayah nikah juga nggak langsung banget,” kata Raffin memberi wejangan kepada putranya. Pria itu juga sibuk mengoleskan selai coklat di roti putih miliknya.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang