Bab 09 - Liciknya Keluarga

81 13 0
                                    

Hati-hati. Bisa jadi musuhmu adalah selimutmu sendiri.

•••••

“Nda, ternyata anak kita pandai akting loh.” Papa Ristha memanggakan.

“Iya dong, siapa dulu yang ngelahirin kalau bukan Inda.” Inda, mamanya ikut berbangga diri.

Ristha atau Rara? Keduanya adalah orang yang sama, tapi dengan nama panggilan yang berbeda. Sebenarnya, Ralistha Purnama biasanya dipanggil Rara. Karena harus menjalankan sesuatu, nama panggilannya terpaksa harus dirubah menjadi Ristha.

Anak itu tersenyum mendapati sang papa yang kali ini terus membanggakannya. Ristha baru saja mencapai skor keberhasilan dalam berakting ketika di sekolah. Mari bersenang-senang sebelum hari itu tiba. Ristha tersenyum senang mengingat kejadian tadi siang di sekolah.

Jadwal pagi kelas VIII-B yang tak lain kelas Rana adalah olahraga. Pelajaran ini biasanya harus dilaksanakan di luar kelas. Begitu pun dengan hari ini.

Cepat ganti seragam kalian, Bapak tunggu!” seru Kholif, selaku guru olahraga. “Kalau tidak ada yang membawa Bapak hukum untuk membersihkan toilet. Kebetulan Pak Yono tidak masuk hari ini,” lanjut Kholif, semua siswa dan siswi mengangguk mengiyakan, kemudian berhambur memasuki kelas untuk mengambil seragam olahraga masing-masing.

Rana, ambil saja seragam yang ada di dalam tas, tapi itu tidak akan ketemu, haha.” Seseorang bergumam, dia Ristha. Sengaja, anak itu memang menyembunyikan seragam Rana. Ia menyelipkan di kardus belakang rak buku kelasnya.

Ristha memasang kamera di penjuru ruangan dan toilet. Tentunya kamera itu tidak ada yang mengetahui letak keberadaannya. Semua di setting dengan sangat sempurna.

Rana, bersiaplah.” Ristha tersenyum licik. Kemudian melangkah ke dalam kelas untuk mengganti seragamnya.

Dari rekaman kamera. Terlihat jelas Rana sedang menggeledah tasnya. Ristha yang baru saja masuk ke dalam kelas langsung menghampiri Rana dengan akting yang cukup keren.

Ran, kamu kenapa?” tanya Ristha sambil berjalan mendekat.

Aku cari seragam olahraga Ris, perasaan tadi aku masukin kedalam tas.” Anak laki-laki itu terlihat panik, pasalnya Rana ini murid paling pintar, dan anti kena hukuman dari guru.

Anggep aja ini adalah hukuman untuk kamu yang tidak punya ibu, Rana.”

Kamu lupa bawa?” tanya Ristha yang ikut membantu Rana menggeledah tasnya.

Engga, aku ingat betul aku udah masukin ke dalam tas, tapi sekarang nggak ada di dalam tas.” Panik Rana semakin menjadi-jadi.

Ristha tersenyum licik, kemudian memudarkan senyuman itu. “Apa jangan-jangan disembunyiin sama Dio dan temen-temennya?”

Masa sih? Nggak mungkinlah Ris,

Semuanya bisa menjadi mungkin Rana. Dio dan temen-temennya tuh nggak suka sama kamu. Ya bisa aja mereka yang sembunyiin,” kata Ristha sembari memajukan bibir bawahnya.

Iya sih, coba aku tanya ya.” Rana menutup kembali resleting tasnya. Lalu melangkahkan kakinya menuju keberadaan Dio yang tengah berada di depan pintu kelas. Ristha mengikuti langkah Rana dengan senyum liciknya.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang