Bab 16 - Dilema

50 12 0
                                    

Layaknya kupu-kupu yang membantu proses penyerbukan. Seperti dia yang hadir membantu untuk mempersatukanku dengan dirinya.

•••••

Semenjak pertemuan kedua Rana dan Kamelia. Keduanya semakin dekat karena mempunyai visi misi yang sama. Semenjak kejadian beberapa hari lalu, Rana sempat curhat, bahwa dia mencurigai sahabatnya sendiri. Bagaimana tidak curiga? Ristha saja mendadak memasang mimik wajah penuh dengan rahasia, seakan menyembunyikan sesuatu.

Hari ini, Rana dan Kamelia akan bertemu di lapak sebelumnya, taman. Tempat itu adalah tempat di mana keduanya akrab. Hingga menjadi tempat paling nyaman ketika keduanya bertemu. Rana sudah mengkayu sepedanya hingga sampai pada taman itu.

Rana langsung membawa masuk sepedanya dan menghampiri Kamelia yang sudah duduk. Wanita itu tetap sama, memakai cadar agar identitasnya tidak diketahui. Kamelia juga merasa tidak aman. Dirinya diincar oleh preman-preman suruhan. Semenjak ia berhasil lolos dari kandang singa, Kamelia malah diincar agar mau tutup mulut. Beruntung wanita itu memakai cadar, jadi jarang ada orang lain yang mengenalinya.

Namun, dugaan kembali salah. Salah satu dari lima preman merasa curiga dengan seorang wanita yang berkali-kali ditemuinya menjumpai Rana. Mereka sangat penasaran, siapa wanita di balik ninja itu? Pikir mereka.

Bagaimana mereka bisa tahu? Rana telah dibuntuti oleh banyak preman, dan salah satu preman itu mengetahui bahwa Rana sering bertemu wanita bercadar. Jadi, berita itu sudah menyebar, bahkan Inda dan Arhan mengetahuinya.

“Tante, Rana rasa tempat ini sudah tidak aman.” Rana berbisik pada Kamelia. Wanita itu mengamati sekeliling. Ia juga merasakan hal yang sama. Akhirnya, keduanya memilih untuk pergi dari tempat ini.

“Kamu ikut Tante, sepeda kamu masukin dalam mobil tante. Kita rencanain di dalam mobil aja,” ujar Kamelia memberi intruksi.

Sampai di dalam mobil, Kamelia langsung melajukan mobilnya. Mencari tempat yang ia rasa aman. Terlihat jelas dari kaca spion ada mobil yang membuntuti mereka. Rana panik tak karuan.

“Duh Tante, Rana nggak pinter main kayak gini. Gimana nih?” Rana bingung sendiri. Sementara Kamelia terkekeh melihatnya. Entah kenapa rasanya Kamelia begitu nyaman dengan Rana.

“Rana, jangan panik. Kamu tenang aja, kita bakal ngerencanain sesuai dengan kemampuan yang kita bisa.” Rana memangut-mangutkan kepalanya. Kemudian mencoba untuk sedikit lebih tenang.

“Udah tenang?” Rana mengangguk mengiyakan.

“Mulai sekarang, detik ini, kita bersandiwara kalau kamu adalah keponakan Tante——”

“Tapi Tant, Ayah Rana ntgak punya adik.” Kamelia langsung kembali berpikir, “Kalau begitu, Tante itu adik dari Bunda kamu gimana?” Rana menjawab dengan jawaban yang sama. Kamelia semakin bingung.

“Ya sudah, Tante ini adalah anak dari adiknya nenek dari ibu kamu yang jarang pulang ke Indonesia. Kamu ngerti?” Rana mengangguk, ini dilakukan agar semua orang tidak curiga siapa wanita yang sering bertemu Rana sebenarnya.

Sebenarnya pula, Rana juga khawatir akan dirinya yang tiba-tiba mendapat incaran. Sejujurnya, ia tidak tahu apa masalahnya. Maka dengan cara bersandiwara seperti ini, anak itu bisa cepat mengetahui yang sebenarnya, begitu pikirnya.

—————

Raffin tengah duduk di meja kerjanya yang berada di kamar. Pria itu sedang berkutat dengan laptop yang ada di depannya. Entah apa yang ia lakukan sekarang, yang jelas jemarinya sedang menari di atas keyboard. Tidak lupa sesekali ia menyeruput kopi yang dibuatkan Salma.

Detikan Pelukan Mama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang