Sejak sampai di rumah Reynand, Nanad tidak bicara sedikit pun.
"Gitu aja marah", ucap Reynand dan Nanad masih mencuekinya.
"Ck", Reynand berdecak lalu ia berdiri dan melangkah menaiki tangga.
Reynand melirik ke belakang, ia merasa ada yang mengikutinya. Ia pun berbalik ke belakang dan tepat Nanad yang sedang berdiri disana.
"Ngapain?", Tanya Reynand dan masih tidak ada jawaban dari Nanad. Nanad hanya mengikuti Reynand kemanapun ia pergi.
"Aneh", ucap Reynand melihat Nanad yang masih saja cemberut. Nanad mengikuti Reynand dengan menundukkan kepalanya.
Reynand tersenyum miring saat memikirkan sesuatu. Ia pun berjalan dan Nanad masih mengikutinya.
"Lo masih mau ikut?", Tanya Reynand.
Nanad pun menggerakkan kepalanya menatap Reynand. Ia melotot saat melihat Reynand berada di depan pintu kamar mandi. Nanad pun membalikkan badannya lalu berjalan menuju sofa.
"Gak lucu", ucap Nanad membuat bibir Reynand sedikit tertarik.
Reynand mengikuti Nanad dan duduk disebelah Nanad. Ia akan mencoba untuk bisa meredam emosi, kata-katanya kemarin terlalu kasar untuk Nanad. Reynand menyesali itu.
"Aku lusa ke NY lagi", ucap Nanad tiba-tiba. Reynand pun melirik Nanad.
"Kenapa?", Tanya Reynand.
"Malah nanya kenapa, ya kuliah lah. Kan kamu yang nyuruh aku pulang ke NY. Eh engga deng, ini murni dari hati aku yang paling dalam, aku gak mau kuliah aku absen mulu kaya kamu", jawab Nanad.
"Gue udah pinter, ngapain rajin-rajin ngampus?", Balas Reynand. Nanad hanya menatapnya sinis.
"Yaudah cari uang aja sana gak usah kuliah, biar uang Bunda gak keluar sia-sia", ucap Nanad membuat Reynand menyentil bibir mungilnya yang sedang manyun.
"Pedes banget itu bibir", ucap Reynand.
"Ih apaan sih, jijik tau", Nanad mengelap bibirnya.
"Besok kita jalan", ucap Reynand.
"Kemana?", Tanya Nanad.
"Maunya?", Tanya balik Reynand. Nanad terdiam seperti orang uang sedang berfikir keras.
"Ngikut aja deh", jawab Nanad. Reynand membuang nafasnya. Bisa-bisanya Nanad bertingkah seperti memikirkan sesuatu dengan serius, dan jawabannya malah membuat Reynand naik darah.
"Tapi sekarang jengukin Mika dulu ya", ucap Nanad hati-hati. Entah kenapa saat mendengar nama Mika emosi Reynand seolah tidak bisa di kendalikan. Namun Reynand selalu berusaha keras untuk tidak melukai hati Nanad lagi.
"Ngapain?", Tanya Reynand ketus.
"Ya pamitan lah, masa aku mau ke NY Mika gak dikasih tau", jawab Nanad. Reynand hanya mengangguk.
"Gue anter", ucap Reynand. Nanad pun tersenyum
"Makasih", ucap Nanad mengecup pipi Reynand.
"Jijik", ucap Reynand. Lalu Reynand berdiri dan mengambil tisu lalu mengusapkannya pada pipinya, ya ia membersihkan pipi yang barusan dikecup oleh Nanad. Nanad yang melihatnya pun melotot.
"REYNAND NGESELIN", teriak Nanad. Reynand pun menutup kupingnya.
"Berisik", kesal Reynand.
"Bodo amat wle", ucap Nanad menjulurkan lidahnya dan keluar dari kamar Reynand dengan menutup pintunya dengan keras
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanad 2
Fiksi RemajaEgois dan posesif, hal yang selalu terjadi dalam sebuah hubungan. Apakah keegoisan akan membuat sebuah perjuangan tidak ada artinya? Apakah keposesifan akan menjadikan seseorang menjadi tidak nyaman? Nanad 2 ©2019| Nuriah Afifah