"Maaf", ucap Nanad. Namun orang yang sedang diajak bicara oleh Nanad tidak merespon.
"Iya aku salah. Maafin aku", ucap Nanad meminta maaf kedua kalinya.
"Rey", panggil Nanad karena ucapannya tidak ditanggapi. Reynand pun melirik pada Nanad dan menaikkan alisnya.
"Kamu marah sama aku?", Tanya Nanad.
"Lo nanya sama gue?", Tanya balik Reynand. Nanad pun kesal. Memang diruangan itu ada siapa lagi kecuali Nanad dan Reynand. Nanad pun melangkahkan kakinya menuju kamar dengan menghentak-hentakkan kakinya. Ia sungguh kesal pada Reynand. Apa yang Reynand pikirkan?
Reynand yang melihat Nanad pergi dari hadapannya pun mendengus. Cewek memang selalu begitu, selalu ikutan marah saat kita sedang marah.
Reynand pun menyusul Nanad ke kamarnya. Tapi pintu kamar Nanad terkunci. Reynand pun kembali mendengus. Dikit-dikit marah, dikit-dikit marah. Dasar cewek.
"Nad", panggil Reynand sambil mengetuk pintunya. Namun tak ada sahutan.
"Jangan gini, gue gak suka", ucap Reynand.
"Buka pintunya gak?", Teriak Reyanand. Nanad pun membuka pintunya saat mendengar teriakan Reynand.
"Apa?", Tanya Nanad.
"Gue mau pulang, lo mau ikut?", Tanya Reynand.
"Iya bentar ganti baju dulu", jawab Nanad. Lalu ia langsung menutup pintu kamar nya lagi, dan Nanad menutup pintunya lumayan keras. Reynand mengeraskan rahangnya, ia sangat kesal. Jika Nanad bukan pacarnya, ia akan mendobrak pintunya.
"Gue tunggu di bawah", ucap Reynand. Ia pun menuruni tangga dan duduk di sofa.
Tak lama Nanad pun keluar dari kamar dan menghampiri Reynand.
"Ayo", ucap Nanad. Reynand pun berdiri dan melangkahkan kakinya keluar rumah mendahului Nanad. Nanad pun kesal dan menghentakkan kakinya.
Nanad memasuki mobil milik Reynand dan menutupnya dengan keras. Reynand melirik sebentar lalu menghidupkan mesin mobilnya. Di perjalanan tidak ada obrolan apapun, mereka diam satu sama lain dan membuat keadaan menjadi hening.
Setelah beberapa menit mereka pun tiba di rumah Reynand. Nanad mendahului Reynand memasuki rumah Reynand. Tidak ada siapapun dirumah Reynand.
"Bunda kemana?", Tanya Nanad. Namun Reynand hanya mengangkat kedua bahunya menandakan ia tidak tahu. Reynand pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Nanad yang melihatnya pun dibuat kesal kembali. Ia pun duduk di sofa menunggu bunda.
"Bunda kemana ya", Tanya Nanad sendiri. Sudah cukup lama Nanad menunggu tapi Vima tak kunjung datang.
"Eh ada si cantik", ucap Vima saat masuk rumah. Nanad pun tersenyum saat melihat Vima.
"Bunda", ucap Nanad sambil berlari kearah Vima, lalu ia memeluknya.
"Maafin Nanad, Nanad jarang main ke sini", ucap Nanad. Vima pun terkekeh.
"Gak papa sayang, Bunda juga ngerti kok", ucap Vima
"Reynand mana?", Tanya Bunda.
"Di kamar mungkin, Reynand lagi marah kayaknya", jawab Nanad cemberut lalu Vima terkekeh.
"Kenapa lagi hem?" Tanya Vima. Nanad hanya menggelengkan kepalanya.
"Ayo duduk", ajak Vima menarik Nanad duduk di kursi.
"Ada yang mau kamu ceritain sama Bunda?", Tanya Vima. Nanad terdiam sebentar.
Apa Nanad harus ngomong ke Bunda soal Mika? Apa ini waktu yang tepat? Wajar atau tidak jika Nanad curhat sama Bunda?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanad 2
Teen FictionEgois dan posesif, hal yang selalu terjadi dalam sebuah hubungan. Apakah keegoisan akan membuat sebuah perjuangan tidak ada artinya? Apakah keposesifan akan menjadikan seseorang menjadi tidak nyaman? Nanad 2 ©2019| Nuriah Afifah