"Rafael?", Gumam Dirga.
"Iya, cowo yang ketemu sama kita waktu itu teh si Rafael", jelas Raden.
"Dia siapa?", Tanya Dirga.
"Ceuk aing ge Rafael goblok", jawab Raden.
"Anjir maksud gue siapanya Reynand", kesal Dirga. Memang salah jika Dirga bertanya pada Raden. Raden banyak bacot tidak bisa menjelaskan intinya. Jika ia bertanya pada Reynand, Dirga tidak bisa yakinkan kalo Reynand bisa menjawabnya secara jelas.
"Oh. Ngiming ding", ucap Raden.
"Elu yang bego", kesal Dirga.
"Jadi Rafael itu... Lo gak tau dia siapa?", Tanya Raden.
"Anjing gue emosi ngomong sama lo. Gue kan kenal si Rey pas kuliah bangsat, gak kaya lo sama si Raya udah temenan dari kecil", Dirga naik darah. Sebenarnya Raden nyimpen otaknya dimana sih? Otaknya ia pake atau hanya di pajang saja?
"Kok maneh ngegas", ucap Raden. Dirga menarik nafasnya lalu membuangnya secara perlahan.
"Oke. Gue gak tau siapa itu Rafael, kenapa Reynand, lo sama Raya kaget waktu liat dia. Gue gak tau karena gue baru temenan sama kalian", ucap Dirga pelan-pelan menahan amarahnya agar tidak keluar.
"Nah gini dong. Mau ngejelasinnya juga kan enak", ucap Raden.
"Jadi dulu, dulu banget yaa sebelum masa SMA datang", jelas Reynand. Dirga menatap Raden seperti ingin memakan nya saja.
"Kok lo kepo sih", tanya Raden polos.
"Bego, bangsat, monyet, anjing, tolol, gue kesel sama lo. Gue balik ah", Dirga tidak bisa menahan amarahnya lagi. Ia pun pergi meninggalkan Raden.
"Dasar, kan gue cuma nanya. Salah gue dimana coba?", Ucap Raden pada dirinya sendiri.
Dirga sangat kesal pada Raden. Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu? Dirga kagum pada Reynand dan Raya karena bisa mempertahankan orang seperti Raden.
Dirga melihat seorang perempuan yang sangat ia kenal. Perempuan itu sedang berjalan, Dirga pun menghampirinya.
"Mika", panggil Dirga. Mika yang mendengar ada seseorang yang memanggilnya pun memberhentikan langkahnya.
"Dirga", gumamnya.
"Lo disini ngapain?", tanya Dirga.
"Mika lagi jalan-jalan aja", jawab Mika tersenyum.
"Lo sendiri?", Tanya Dirga. Mika pun mengangguk sebagai jawabannya.
"Kamu ngapain disini?", Tanya Mika.
"Abis ketemu sama temen", jawab Dirga.
"Temen apa temen", ledek Mika.
"Temenlah", jawab Dirga.
"Lo mau kemana sekarang?", Tanya Dirga.
"Mau pulang", jawab Mika.
"Mau gue anter?", Tawar Dirga.
"Gak usah. Mika bisa sendiri kok", jawab Mika dengan senyumannya.
"Lo yakin?", Tanya Dirga memastikan. Mika pun mengangguk pasti.
"Yaudah gue duluan, lo hati-hati", pamit Dirga meninggalkan Mika.
Mika tersenyum melihat Dirga. Dirga sangat baik padanya, dari awal pacaran sampai Mika memutuskannya. Mika tidak bisa munafik, ia tidak bisa berpacaran dengan Dirga jika dihatinya hanya ada Reynand.
Suara deringan ponsel memberhentikan langkah Dirga. Ia membuka ponselnya, saat ia tahu siapa yang menghubunginya, Dirga pun tersenyum.
"Ada apa? Kangen ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanad 2
Teen FictionEgois dan posesif, hal yang selalu terjadi dalam sebuah hubungan. Apakah keegoisan akan membuat sebuah perjuangan tidak ada artinya? Apakah keposesifan akan menjadikan seseorang menjadi tidak nyaman? Nanad 2 ©2019| Nuriah Afifah