Darren tahu Yah, Ayah yang ngga tahu seberapa keras usaha Darren
Cr pict: @ dont.call.me_tincot on instagram
-Kembar-Kembar Cakep. Bab 3-
Darren dan Daisy membeku di sana, masih dengan posisi Darren merangkul adiknya. Daisy sebenarnya sudah berinisiatif berusaha melepas rangkulan itu saat sosok di ruang tamu itu menoleh ke arah mereka, tapi Darren menahannya.
Mereka tetap pada posisi itu, sampai sosok tersebut melepas kacamatanya lalu meletakkan tablet yang tadi dia baca. Sosok itu melangkah pelan ke arah kedua anaknya.
"Dari mana kalian?" tanya sosok itu dingin.
"Olahraga." Sahut Darren cepat sebelum kembarannya sempat menjawab.
Sosok itu melangkah lebih dekat dengan tatapan mengintimidasi. Darren menghela napasnya kasar, ingin segera mengantar Daisy ke kamarnya lalu merebahkan diri di kamarnya. Tapi sedurhaka-durhakanya Darren, dia masih tahu batasan untuk tidak menyela interogasi manusia di hadapannya saat ini.
Sementara Daisy mencengkeram tangan yang kini merangkulnya dengan gugup. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Gadis ini takut akan terjadi pertengkaran lagi kesekian kalinya antara dua laki-laki ini.
"Kamu memang ga pernah becus jagain adek kamu." Kecam pria tersebut sambil memasukkan tangannya di saku. Matanya menatap datar ke arah putra sulungnya.
"Ini kecelakaan Ayah, ini bukan salah Bang Darren." Ujar Daisy pelan, ia mengkhawatirkan hati abangnya saat ini.
"Kamu juga, selalu saja belain abang kamu." Kata pria itu lagi dengan tajam yang membuat emosi Darren naik, tidak terima adiknya diperlakukan seperti ini.
Setya Maalik Nugraha, Darren dan Daisy memanggilnya Ayah. Fisiknya membuktikan kalau mereka memang bapak-anak. Namanya pun tersemat pada nama belakang mereka. Darren memandang orang yang membesarkannya tersebut dengan tatapan tidak suka saat ini.
Pria itu menghela napas panjang, lalu kembali ke sofa tempat tadi dia duduk. Meninggalkan kedua anaknya yang masih terdiam di tempat mereka. Lalu mengambil kembali tablet yang biasa ia gunakan untuk membantunya mencari nafkah. Menyadari kedua anaknya mulai melangkah, ia lantas bertanya.
"Kalian, sudah belajar?"
Kakak beradik kembar itu terdiam, tidak menjawab. Darren memang belum belajar hari ini karena tidak banyak tugas menanti. Sehingga sepulang sekolah tadi dia memutuskan untuk merehatkan otaknya dengan bermain game online.
Sementara Daisy sudah mengerjakan beberapa tugasnya meski hanya dua soal, sambil streaming music video. Menurut aturan keluarganya, itu tidak terhitung belajar. Mereka berdua sama-sama berencana belajar pada malam hari.
"Ayah baru bertanya tentang nilai kalian pada wali kelas masing-masing, dan baru juga menerima laporannya.." ujarnya yang masih mendapat diam sebagai sahutan.
"Daisy, nilainya masih bagus, tapi nilai ulangan kamu turun, Ayah gak suka." Lanjut Nugraha, kali ini dengan senyum.
"Tapi Darren..."
"Ayah lihat nilai kamu tidak ada peningkatan, kamu tahu kan, kalau Ayah selama ini kerja keras buat sekolah kamu, tapi kamu ga menghargai Ayah, Ayah kecewa." Kata Nugraha disertai dengan perubahan ekspresi yang signifikan.
Darren masih terdiam dengan napas memburu. Daripada kembali beradu mulut bahkan mungkin baku hantam dengan orang yang masih diseganinya ini. Darren memilih melanjutkan langkahnya mengantar adiknya ke kamarnya. Berusaha tidak mengindahkan kalimat yang barusan ia dengar, juga tatapan khawatir dari saudara serahimnya saat ini.
"Darren tahu Yah, Ayah yang ngga tahu seberapa keras usaha Darren." Ucap lelaki bermata tajam ini sebelum benar-benar masuk ke kamar adiknya.
***
Darren meregangkan otot-otonya, ia lelah dua jam terus menerus duduk tanpa berpindah. Ada sepuluh soal matematika peminatan terpampang di hadapannya saat ini, menghantui pikirannya sejak tadi.
Ia hanya bisa menyelesaikan separuhnya, sisanya sudah dihitung, tapi jawaban yang ia temukan tidak ada di daftar pilihan a sampai d. Setidaknya buku tugasnya terisi, entah benar atau salah, ia akui, otaknya lemah.
"Dahlah, ga kuat gue!"
Matanya melirik ke arah jam dinding putih di atas meja belajarnya. Sudah jam sebelas malam, berarti ia sudah mulai belajar sejak pukul sembilan. Dua jam sebelum dia mulai belajar, setelah solat isya' dan makan malam, ia melampiaskan kekesalannya pada ayahnya dengan bermain game sampai jempolnya kram. Lalu teringat pada tugas-tugas yang menanti, karena Pak Harianto adalah guru yang baik hati, ia akan merasa bersalah kalau mengabaikan tugasnya.
Tiba-tiba perutnya mengeluarkan suara khas orang lapar, lambungnya berkontraksi. Darren pun menutup bukunya dan beranjak keluar kamar. Ia menuju ke dapur, berharap ada sesuatu yang tersisa yang bisa di konsumsi di dalam kulkas.
Benar saja, senyumnya mengembang saat ia menemukan sekotak susu di pintu kulkas. Setelah mengecek tanggal kadaluarsanya, ia lantas meneguk susu tersebut sampai habis.
Selesai dengan urusan perutnya, ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Namun langkahnya terhenti saat indra penglihatannya menangkap lampu kamar Daisy masih menyala.
Adiknya masih ada di meja belajar, merebahkan kepalanya di atas meja, di atas buku-bukunya. Sepertinya tugasnya benar-benar banyak sampai ia rela tidak tidur di jam sepuluh seperti biasanya. Darren tersenyum, lalu masuk secara perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara.
Daisy yang menyadari kedatangan seseorang, lantas membuka matanya.
"Banyak tugas yah? Kok belum tidur lu?" tanya Darren yang lalu duduk di ranjang bermotif polkadot milik saudarinya.
Alih-alih menjawab, Daisy malah melangkah ke arah abangnya, lalu memeluk saudaranya itu dengan sangat erat. Darren kaget, tapi memilih untuk tidak bertanya.
"Gue capek Bang, gue capek ngejar nilai terus." Bisik gadis bersenyum manis itu dalam pelukannya. Darren tidak membalas, ia hanya mengelus kepala adiknya pelan. Karena Darren juga bisa merasakan apa yang Daisy rasakan.
Selamat malam, kalian🌱
Sedih sekali sebenarnya, ngeliat cerita ini sepi pembaca.
Tapi gapapa, 'ngurusin' dua anak kembar ini bikin aku happy kok
Semoga kalian suka dengan part ini
Luvv kalian banyak-banyak 💚💚
Malang, 4 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar-Kembar Cakep
Dla nastolatków[1ST BOOK OF CHANCE SERIES UNIVERSE] Sebuah cerita tentang dua anak kembar yang jarang sekali akur. Tapi sekalinya akur bisa bikin orang-orang gemas sama ke-uwu-an mereka. Darren dan Daisy mungkin sangat mirip dari segi fisik dan kepribadian, namun...