[1ST BOOK OF CHANCE SERIES UNIVERSE]
Sebuah cerita tentang dua anak kembar yang jarang sekali akur. Tapi sekalinya akur bisa bikin orang-orang gemas sama ke-uwu-an mereka. Darren dan Daisy mungkin sangat mirip dari segi fisik dan kepribadian, namun...
Darren butuh sesuatu untuk mengembalikan suasana hatinya, dan adiknya ini sudah lebih dari cukup.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cr pict: @ kpop_shiip on instagram
-Kembar-Kembar Cakep. Bab 4-
Tidak ada yang istimewa pagi ini di rumah keluarga Nugraha. Mereka sarapan pagi bertiga di meja makan. Ibu mereka sedang berada di rumah kakek dan nenek mereka, mengunjungi orang tuanya. Siang ini rencananya, sang Ayah akan menjemput beliau karena sudah tiga hari meninggalkan anak-anaknya.
Mereka terpaksa menggunakan jasa go-food untuk menu pagi ini. Menggunakan akun milik Nugraha yang go-pay nya unlimited tentunya. Daisy bangun kesiangan karena semalam begadang untuk mengerjakan tugas bersama abangnya. Yah, sekalian mengadakan sesi curhat sebenarnya, tugas Daisy benar-benar banyak karena dia menumpuknya kemarin.
"Selamat pagi, Ayah pesen sop buntut, ayo makan." Ajak Nugraha dengan ramah begitu melihat Daisy keluar dari kamarnya dan Darren turun dari tangga.
Daisy melangkah ke arah meja makan dengan bersemangat. Rambut kuncir kudanya bergoyang ke sana kemari, membuat gadis itu semakin terlihat menggemaskan. Sementara Darren melangkah dengan air muka datar.
Masih menyimpan kekesalan pada ayahnya yang berusaha tidak dia perlihatkan. Mereka berdua duduk berhadapan, meletakkan tas di samping kanan. Namun sebelum tangan mereka menyentuh piring, sebuah suara menginterupsi.
"Cuci tangan dulu."
"Tangan adek masih bersih ayah, adek belum pegang apa-apa."
"Di mana-mana ada kuman Dek, cuci tangan dulu." Ujar Ayahnya tidak mau ditentang.
Darren berdiri terlebih dahulu, berjalan ke arah wastafel tanpa berkata apa pun. Membuat adiknya ikut pasrah, dan berjalan mengikuti abangnya. Setiap hari selalu ada perdebatan seperti ini, risiko jadi putri seorang dokter memang.
Daisy tersenyum jahil melihat abangnya sedang mencuci tangannya. Gadis itu memelankan langkahnya, meski sebenarnya abangnya sudah tahu. Saat kedua tangan Daisy hampir menyentuh perut abangnya untuk mengagetkannya. Darren mengagetkannya terlebih dahulu, berbalik lalu menempelkan tangannya yang masih basah ke wajah Daisy.
"ABAANG! BEDAK GUEE."
Daisy mencak-mencak sambil memegangi wajahnya yang basah. Untungnya make up yang digunakan adik Darren ini berkualitas dan tidak terlalu tebal.
Jadi tidak terlalu masalah sebenarnya. Tapi kan tetap saja, memakai bedak, sunscreen dan lain-lain kan ribet dan butuh effort. Tangan Daisy pun otomatis memukuli punggung abangnya dengan cara yang sangat tidak kalem.
Darren tertawa puas sambil bertepuk tangan heboh. Meski punggung atletisnya harus jadi sasaran kemarahan adiknya saat ini. Tidak masalah, Darren butuh sesuatu untuk mengembalikan suasana hatinya, dan adiknya ini sudah lebih dari cukup.
"Ngakak banget muka lo Dek, sumpah, ahahahaha.." ujar Darren masih belum bisa meredakan tawanya.
"Emang abang minim akhlak lu yee!! Gue aduin Ibu kalo Ibu udah pulang!!" kesal Daisy yang lalu berlari ke kamarnya untuk mengambil tisu dan membersihkan dandanannya. Darren sendiri masih tertawa, lalu melanjutkan kegiatan cuci tangannya yang tertunda.
Diam-diam, Nugraha tersenyum melihat pertengkaran kedua anaknya.
Daisy butuh waktu lumayan lama untuk mengembalikan dandanannya. Darren yang sudah selesai mengeringkan tangannya pun kini dilanda kebimbangan. Ia ingin segera duduk kembali ke kursi makannya.
Lantas menyantap sop buntut yang sudah tersedia di atas meja. Tapi ia tidak mau terjebak dalam kecanggungan bersama sang Ayah. Tanpa adanya adiknya di meja makan, atmosfer yang mengelilingi mereka akan jadi dingin dan kaku.
Mau menunggu Daisy turun, malas sekali dia harus terus berdiri di depan wastafel. Dia menatap pantulannya di cermin sambil terus menimbang-nimbang. Sampai akhirnya otak dan hatinya sinkron, memutuskan untuk langsung duduk ke kursi makannya saja. Tidak peduli apa yang akan ayahnya bicarakan nanti.
Benar saja, begitu dirinya duduk di tempatnya semula, Darren dan ayahnya sama-sama terdiam. Tidak ada yang melakukan apa-apa, tidak ada juga yang berinisiatif memulai percakapan. Benar-benar canggung, Darren jadi tidak nyaman.
Sampai saudari Darren turun lalu memecah keheningan.
"Loh? Diem-diem bae? Lagi mannequin challenge?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.