Kata kata dari mulutmu memang berbahaya
Kau permainkan hatiku dengan berbagai cara
Mata bibirmu sentuhku sampai ku tak bersuara
Lihat arogansimu, ku malah lemah tak berdaya
"Tadi nama kamu siapa?"
"Ara, kak. Aksita Charvi Hema-"
"Prabha, betul? Kalo dilihat dari suara kamu sih kayaknya udah bisa masuk ke team paduan suara kampus buat acara wisuda bulan September nanti. Kamu saya terima."
Aksita Charvi Hemaprabha, gadis dengan surai yang digerai itu tersenyum lebar mendengarkan penuturan panita pemilihan, dalam hatinya mengucap syukur karena hasil yang ia dapat hari ini sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Gemuruh tepuk tangan memenuhi aula Fakultas Ekonomi, dimana aula ini dijadikan tempat audisi untuk paduan suara acara wisuda bulan September nanti.
"Whoaa Ara, lo keren banget parah!" Ujar Abel. Gadis itu memeluk Ara erat, sangat bangga dengan sahabatnya.
"Thank you Abel, sumpah gue gugup pas nyanyi tadi. Apalagi ada kak Bima, ih demi apapun makin gemeteran gue."
Abel tertawa, "Hahaha. Untung lo cantik, Ra. Jadi banyak yang muji lo, inget, semesta selalu berpihak sama orang cantik"
"Astaghfirullah. Kambing lo emang, Bel" Tawa Abel makin terdengar, sementara Ara hanya mendengus sebal.
***
"Assalamu'alaikum, Bun"
"Wa'alaikumsalam. Lho, anak Buna kok udah pulang? Emang kamu enggak ada kuliah, de?"
Ara menyalimi Bunanya, "Kuliah, Bun. Tadi cuma dua sks aja, kan ada audisi. Ohiya bun, Ara lolos audisi bun"
Ara memekik senang, Puspa-Buna Ara hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan puteri bungsunya. "Alhamdulillah. Anak buna kan suaranya emang enggak usah diragukan lagi"
"Oo jelas dong bun, anak bunaa" Ara tertawa, kemudian ia memeluk Bunanya yang dibalas pelukan pula oleh sang Buna.
Ara masuk ke dalam kamarnya, setelah membersihkan diri dan mengganti baju, Ara merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Seketika kening Ara berkerut, ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.
Siapa?
(+62) 87961289357
OnlineAra, ya?
Iya, benar. Maaf, dengan siapa ya?
Sena
(Read)"Anjir. Perasaan gue enggak punya temen yang namanya Sena dah"
Kok read? Kaget, ya?
Kamu tau nama panjang presma kamu?"Apa banget dah tiba-tiba nanyain kak Bima, waras banget ini orang"
Tau, kak Bima kan?
Nama panjangnya?
Ya mana saya tau. Siapa sih? Plis lah kalo enggak penting gausah wa wa saya, sebel
Presma kamu Bimasena Irawan, kan?
Lahiya, kok situ tau?!!
Hahaha, itu nama saya
(Read)"WHATTTTT?!!!!!!"
"Woi, de. Lo ngapain teriak-teriak sih? Ini udah malem dodol!"
Ara langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan, sebelah tangannya lagi masih memegang handphone. Untung saja kakak laki-lakinya yang baik hati dan berbudi pekerti luhur itu menegurnya, sebab hal itu berpengaruh penting terhadap kesadaran Ara.
***
Pagi ini seperti pagi biasanya, sarapan bersama terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas. Janu-Ayah Ara melirik anak-anaknya satu persatu, senyuman terhias di wajahnya.
"Ayah dengar kemarin bungsu ayah lolos audisi, ya?"
Uhuk. Ara menengguk air di depannya hingga kandas. Tangannya menggaruk lehernya yang tidak gatal. Duh, jadi enak kalo dibahas gini.
"Lah bukan lagi, Yah. Kemarin satu aula penuh sama tepuk tangan buat Ara, beuh. Sebenernya itu karna dia nyanyi lagi Agnez Mo ajasih, Yah, makanya lolos"
"Enak aja! Suara gue emang udah bagus dari usg, ya!"
"Halah. Sena lo pelet kan sebenernya? Ayo ngaku?! Masa bocah kentang kayak lo bisa lolos, sangat tidak masuk akal"
"Ih, mas Eka!"
"Eka! Lo bisa gak sih jangan gangguin Ara terus? Gue tau lo udah jomblo akut makanya adek sendiri lo godain gitu, tapi plis lah" Kayla, kakak sulung Ara akhirnya angkat bicara. Malas mendengarkan perdebatan diantara adik-adiknya itu.
"Tuh, denger gak teteh bilang apa? J.o.m.b.l.o a.k.u.t. Uhh atiannn!"
"Hey, udah-udah. Gak boleh berisik di depan makanan."
Setelah mendengar ucapan Buna, kakak-beradik itu makan dengan tenang. Selang beberapa lama, Ara baru menyadari nama yang disebut oleh kakaknya tadi. Sena.
Jadi serius banget yang chat gue semalem itu kak Bima?
Halooo!!! Jangan lupa vote dan comment yaa teman2!!! 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...