Capt Five

4.8K 188 1
                                    

Sena mulai merapihkan tugas yang baru saja dia selesaikan. Sebagai pemegang kekuasan mahasiswa terbesar di kampus, waktunya untuk belajar sedikit berkurang, terlebih untuk menyelesaikan tugas. Laki-laki itu selalu mengerjakan tugas di malam hari, setelah semua urusannya selesai.

Setelah selesai, Sena duduk di tepi ranjang, ia tersenyum bahkan terkadang terkekeh pelan melihat foto-foto gadis yang sudah ia sukai sejak SMA sampai sekarang. Dulu, Sena hanya bisa memandang gadis itu dari jauh, tapi sekarang, bahkan ia bisa sangat dekat dengan gadis itu.

"Gila ya, gue lihat fotonya aja seneng banget," ujar Sena pada dirinya sendiri. Ia mematikan handphonenya, lalu mulai masuk ke dalam alam mimpi.

Hari ini Ara datang lebih pagi dari biasanya, gadis itu duduk di depan ruang kelasnya sambil menikmati susu cokelat kesukaannya. Tiba-tiba saja matanya gelap.

"Huaaa mati lampuuu!!!!!" Ara berteriak panik.

"Ehh sstt sstt, ini gue Sena, duh jangan teriak-teriak dong"

Sena menurunkan tangannya yang semula menutup mata Ara, lalu duduk tepat di samping Ara. Sementara Ara menghela napasnya lega, ia kira mati lampu, pasalnya saat malam hari ia seperti merasa buta, ternyata di rumahnya sedang mati lampu. Dasar Ara hobinya negative thinking!

"Gimana?"

Kening Ara berkerut, "Apanya yang gimana?"

"Persiapan tim padus, gue gapernah lihat tim padus latihan,"

"ENAK AJA! Emang kita kalo latihan harus pengumuman di aplikasi mobile kampus?"

Sena tertawa, "Bisa aja sih, sebagai presma kan gua juga berhak tau dong kalian latihan apa enggak, jangan malu-maluin gue dong,"

"Mana ada sih malu-maluin, aku aja pas nyanyi dapet tepuk tangan satu aula, gak mungkin lah malu-maluin," Ara mendengus, kemudian kekehan terdengar dari Sena. Kenapa? Sekali-kali gapapa lah ya muji diri sendiri.

"Hahahaha, suara lo emang gak ada duanya, gue aja suka,"

"Woiyaa jelas lah!"

Kemudian keduanya tertawa, sampai mereka tidak sadar banyak mata yang sedang memandangi mereka. Ara yang receh, dan Sena yang humble membuat keduanya tidak merasa canggung.

***

"Gue pengen seblak deh, Bel. Bm parah gue dari kemaren,"

"Okedeh, minumnya apa? Air keran?"

"Anjir! Sekalian aja lo suruh gue minum air kobokan ayam penyet noh!"

"Okeoke nutrisari blewah" Ara hanya berdehem sebagai jawaban, sementara Abel masih saja tertawa. Kurang ajar emang.

Saat sedang menonton vlog masak-masak, tiba-tiba saja hp Ara mengarah ke bawah, lalu terdengar suara, "Hei, main hp terus sih,"

"Ih, lagi nonton video masak akutuh, jangan digangguin dong, wifinya lagi gak lemot nih kan, tumben,"

"Makan dulu, jangan hp terus,"

"Abel aja belum selesai pesen, ntar kalo udah dateng makanannya pasti makan kok,"

Sena, laki-laki yang sedari tadi berbincang dengan Ara itu merebut hp Ara secara paksa dan memasukan ke dalam kantong almamaternya. Ara sudah mengeluarkan kata-kata mutiara yang lebih dikenal dengan sumpah serapah itu kepada Sena, tetapi lelaki itu tidak goyah, Sena malah berjalan menuju meja dimana teman-teman satu fakultasnya duduk. Awalnya Ara ingin menyusul Sena dan meminta hpnya tetapi gadis itu mengurungkan niatnya, karena apa? Karena Sena duduk sama cowok semua, woi! Malu banget kalo ujug-ujug Ara dateng terus minta hp.

"Kenapa lo? Manyun mulu, masih marah gara-gara tadi?"

"ENGGAK! Hp gue diambil kak Sena,"

"Lah? Kenapa emang? Mahasiswa gak boleh bawa hp, ya? Anjir anjir kalo gitu gue harus umpetin hp gue sekarang juga!"

Sekarang malah Abel yang panik dengan pikiran tidak jelasnya. "Huaa, bukan Abel, tadi gara-gara gue main hp terus,"

"Lah? Pfttt hahahahaha, udah kayak keponakan gue aja kalo main hp lama diomelin,"

"Ah Abel mah, rese lo ah, kesel gue"

"Btw, lo ada hubungan apa sebenernya sama kak Sena?"

Yuk yuk jangan lupa vote dan komennya yukkk!!! Dukung terus cerita Presiden Mahasiswa yaa, biar aku semangat updatenya. Yukkk di vote yukk!!

Presiden MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang