"Btw, lo ada hubungan apa sebenernya sama kak Sena?"
Uhuk uhuk
"Eh, Ra. Minum dulu nih," ucap Abel seraya memberikan minum kepada Ara.
Ara tersedak mendengar pertanyaan Abel, sementara Abel menepuk pelan punggung Ara. Hubungan? Hubungan seperti apa yang dimaksud oleh Abel?
"Gue enggak ada hubungan apa-apa sih, sebatas kating sama adek tingkat doang,"
Mata Abel menyipit, "Masa? Kalo emang cuma sebatas itu, kenapa kak Sena care banget sama lo? Hayoo ngaku," ujar Abel
"Bel, seriusan gue gak ada hubungan apa-apa, gue juga gatau kenapa kak Sena kayak gitu sama gue,"
"Gue rasa kak Sena suka sama lo deh, Ra,"
"HE!! JAN NGADI NGADI DAH LU!"
Sedetik kemudian Ara tersadar, volume suaranya tadi membuatnya menjadi pusat perhatian sekarang. Buru-buru Ara menyantap makanannya, tidak lupa di dalam hati dia memberikan banyak umpatan untuk Abel.
Gara-gara Abel sih, gue jadi malu kan
Sekarang dua gadis remaja itu sedang mengerjakan tugas di perpustakaan, keduanya mengerjakan dengan hening. Selain karena tugasnya yang banyak, tugas ini juga harus dikumpulkan besok, yagimana, namanya juga mahasiswa, gak deadline gak asyique.
"Ra, kalo lo udah selesai, lo harus tungguin gue, titik! Awas aja kalo sampe lo ninggalin gue," ancam Abel
"Begimana mau ninggalin, gue aja baru selesai bikin essai nomor satu," ujar Ara dengan lesu. Sungguh nikmat tugas kali ini. Semoga saja dosen mereka tidak memberikan nilai pas-pasan nantinya.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, perpustakaanpun sudah sepi, mengingat jam operasional perpustakaan hanya sampai jam 4 sore. Sementara, kedua gadis itu masih mengerjakan tugas. Mereka menghela napasnya kasar, harus lembur tugas lagi malam ini.
"Huaa Ara, gue baru nomor tiga," keluh Abel, wajahnya sudah frustasi. Niatnya menonton drama korea nanti malam harus ia urungkan karena sudah pasti tugas ini sampai malam.
"Berisik ah, Bel! Gue juga baru nomor tiga ini, udah ayo lanjut di cafe biasa aja,"
Di sisi lain, Sena dan kedua temannya baru saja selesai mengikuti rapat koordinasi mingguan. Matanya tidak sengaja melihat Ara yang sedang berjalan ke arah gerbang kampus. Senyumnya mengembang. Pucuk dicinta ulampun tiba, mungkin itu pribahasa yang cocok untuk Sena saat ini.
"Ara!"
Panggilannya membuat gadis yang dipanggil itu menoleh, kemudian melambaikan tangan. Sena berlari pelan menuju tempat dimana Ara berdiri, senyum masih mengembang di bibirnya.
"Eh, si Sena mau kemana dah?" Adhil. Teman satu fakultas sekalian satu organisasi dengan Sena itu bertanya kepada temannya, Ditya.
Ditya mengedarkan pandangannya, kemudian memutar bola matanya malas, "Biasa, Sena lagi ngebucin,"
***
"Alhamdulillah selesai juga," Abel menutup binder tugasnya dengan semangat, begitupun dengan Ara.
"Alhamdulillah, makasih ya kak udah ngebolehin kita ngerjain tugas di ruang BEM," ujar Ara seraya menganggukan lehernya satu kali kepada kakak tingkatnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...