Twenty Nine

2.6K 105 6
                                    

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh para calon wisudawan/ti, dan juga para pengisi acara tentunya. Beberapa dari pengisi acara sudah mulai melakukan gladi resik final dan berias agar terlihat memukau saat menghibur para tamu undangan.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00, yang berarti 30 menit lagi acara wisuda akan segera dimulai. Jantung mulai berdebar lebih kencang terlebih saat melihat para wisudawan/ti yang mulai memasuki ruangan wisuda bersama dengan kedua orang tua mereka. Sekarang, semua pengisi acara sudah siap dengan pakaian dan riasan yang sangat memukau.

"Ayo semuanya, kita berdo'a dulu," ucap Sena. Laki-laki itu memakai kemeja berwarna merah maroon dan berbalut jas berwarna hitam.

Semua pengisi acara mendekat, mulai berdo'a dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Mungkin harapannya sama, berharap agar acara dapat berjalan lancar dan tidak ada halangan apapun.

"Eh tradisional duluan ya yang tampil, yuk stand by 5 menit lagi masuk," ucap Rafly, selaku seksi acara dan juga panitia di lapangan.

"Anjir, Ra. Gue sakit perut banget," ucap Abel, Ara menengok ke arah Abel kemudian berbalik ke arahnya semula.

"Ra, anterin ke kamar mandi yuk, kebeletttt," rengek Abel.

"Ih malu-maluin lo ah, sana sendiri aja, udah mau tampil juga," ujar Ara, sinis. Abel emang biang dari segala biang, udah mau tampil segala kebelet.

Abel merengut. Dadanya yang berdegup lebih cepat membuat sakit di perutnya bertambah. Gadis itu melihat ke sekitar, semuanya hanya diam, ada beberapa yang sedang mengobrol dengan rekan satu timnya, mungkin koordinasi.

"Ra, ayo," ajak Abel, Ara menggeleng, "Gak, aelah bentar lagi tuh tampil Bel, jangan ngadi-ngadi deh," ucap Ara.

Gadis itu memang sedang menjaga mood nya sejak tadi pagi, karena jika mood nya maka hancur lah semua persiapan yang sudah dia dan teman-temannya selama ini.

Tim tari tradisional sudah selesai menampilkan penampilan pertama mereka, dan berhasil membuat semua penonton bertepuk tangan.

"Anjir bagus bener ya tari tradisional penampilannya," gumam Abel. Ambar meliriknya, "Makanya kita gak boleh kalah sama mereka, harus lebih keren shay,". Abel mengangguk setuju.

"Padus stand by," ujar Rafly dari kejauhan.

***

"Nih, buat kamu," Ara menerima sebuket bunga mawar dengan berbagai warna, gadis itu tersenyum kemudian berterima kasih, bahkan ia tidak ada henti-hentinya mencium aroma dari bunga mawar itu.

"Suka?" tanya laki-laki yang memberikan buket untuk Ara.

"Suka banget, makasih ya kak," jawab Ara. Laki-laki itu mengangguk sambil tersenyum.

Acara wisuda sudah selesai sekitar satu setengah jam yang lalu. Bahkan gedung tempat acara wisuda sudah sepi, hanya tinggal pengisi acara yang sedang berfoto ria, mulai dari masing-masing tim, sampai bersama-sama dengan semua pengisi acara.

"Lo langsung pulang, Ra?" tanya Rafly.

"Emang masih bisa nginep disini? Hahaha," tanya Ara sembari terkekeh.

"Hahaha ya gak boleh lah, tapi kan siapa tau lo masih mau nginep tanpa endors, Ra," jawab Rafly

Beberapa pengisi acara sudah mulai meninggalkan hotel tempat mereka menginap semalam. Termasuk Abel, bahkan Abel meninggalkan Ara sendirian di hotel hanya karena yang menjemput Abel adalah gebetan barunya.

Semakin malam pengisi acara yang tersisa semakin sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari. Anggota BEM baru saja keluar dari dalam hotel, mereka memang pulang terakhir karena ada beberapa hal yang harus diurus termasuk masalah penginapan kemarin.

"Nangis ajalah hamba belum dijemput sampe sekarang," ujar Ara bermonolog

"Eh, Ra? Belum pulang?" Ara menggeleng, "Mau bareng gak? Gue bawa mobil soalnya,"


***

Gimana ni ceritanya? Btw siapa ya yang ngajak Ara pulang bareng? Ehh yang ngasih buket siapa yaaa?

Yukk rameinnn, pasti pada kangen kan sama akuu🤣

Kiki~

Presiden MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang