Sampai di rumah, Eka melemparkan tasnya kencang ke arah kursi yang ada di ruang keluarga, membuat Kayla yang sedang duduk disana juga tergelonjak kaget.
"Astaghfirullah Eka, kaget tau gak," omel Kayla
Eka meliriknya sekilas, "Bilangin ke adik perempuan teteh buat gak bodoh banget soal cinta,"
Kening Kayla berkerut, tidak paham. "Apaan sih, Ka? Kenapa lagi?" tanyanya
"Tadi Ara misahin Gama sama Sena yang lagi adu jotos, dia berdiri ditengah mereka berdua terus malah kena jotos sampe ujung bibirnya sobek, dan berdarah. Kalo teteh yang nasihatin dia, dia pasti dengerin teteh, beda sama aku," jelas Eka
Kayla menghela napasnya pelan, bisa-bisanya Ara melakukan hal yang tentunya dapat melukai dirinya sendiri.
"Eka mau ke atas dulu bersih-bersih badan,"
Kayla hanya mengangguk, adik laki-lakinya itu langsung naik ke atas. Dirinya masih tidak habis pikir dengan adik bungsunya, kenapa gadis itu selalu memikirkan rasa tidak enakannya itu.
Sudah pukul 5 sore. Ara belum juga pulang. Hal itu membuat seisi rumah khawatir, karena biasanya jika ada kegiatan atau jam tambahan, Ara akan langsung menghubungi orang rumah, dan ini tidak.
"Teh, coba atuh di telpon lagi adiknya, Buna takut dia kenapa-napa," ucap Buna yang tentu saja paling khawatir.
"Masih gak aktif bun, coba aku telpon Abel deh ya,"
Kayla mencoba menghubungi Abel. Panggilan pertama tidak diangkat, begitupun panggilan kedua.
"Gak diangkat, Bun," ucap Kayla
"Lagi teh,"
Kayla menghubungi Abel untuk yang ketiga kalinya, kali ini Abel mengangkat panggilannya.
"Halo Abel"
"Halo teh, kenapa?"
"Abel lagi sama Ara gak?"
"Lho, Ara bukannya udah pulang daritadi teh? Soalnya kan latihan persiapan dibubarin lebih awal, ini Abel aja udah di rumah"
"Ara belum nyampe rumah Bel, kita khawatir banget, hpnya dia gak aktif"
"Seriusan? Aku kesana ya teh, aku bantu cari Ara, sama temen-temen juga, nanti aku hubungin mereka"
"Makasih ya Bel"
Sambungan telpon sudah terputus, "Gimana teh? Abel lagi sama Ara kan?" tanya Buna
Kayla menggeleng, "Kata Abel, Ara udah pulang daritadi Bun, dan latihan persiapan juga udah dibubarin lebih awal,"
Buna menangis, kemana anak bungsunya itu? Hatinya tidak tenang, takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Bun, Eka keluar dulu ya, mau cari Ara. Buna sama teteh di rumah aja," ucap Eka. Laki-laki itu sudah siap dengan jaket dan celana panjangnya.
"Naik apa, Ka?" tanya Kayla
"Motor teh, biar lebih cepet, nyarinya berdua kok sama Gama, Gama bawa mobil," jelasnya
Kayla mengangguk. Eka bergegas berangkat mencari adiknya. Sebenarnya dalam otaknya sudah terbesit satu nama. Dan orang itu akan menjadi orang yang pertama kali Eka datangi.
Tidak lama dari kepergian Eka, Abel dan teman-teman Ara sampai ke rumah. Abel yang langsung dipeluk hangat oleh Buna itu ikutan menangis. Bahkan sekarang sudah maghrib, tetapi belum ada tanda-tanda Ara akan pulang. Beberapa teman laki-laki Ara yang diajak Abel pun sudah mulai berpamitan untuk mencari Ara, tidak terkecuali Abel. Awalnya Kayla menyuruh Abel untuk tetap berada disini supaya Buna jauh lebih tenang, tapi Abel menolak, sudah ada satu nama yang harus ia datangi, pasti orang itu yang membuat Ara belum pulang sampai sekarang.
Eka dan Gama masuk ke dalam sebuah rumah besar yang sepi, sebelum masuk, mereka melihat motor sang empunya ada di rumah.
"Sena keluar lo!" Teriak Eka
Hening. Tidak ada tanggapan.
"Sena keluar lo, bangsat!"
"Sena keluar!"
Setelah melakukan aksi teriak-teriak berkali-kali, akhirnya Sena keluar dengan muka bantalnya, sepertinya laki-laki itu baru saja bangun tidur.
"Mana adik gue?" tanya Eka, emosinya sudah menggebu-gebu
"Apaan si maksud lo, dateng-dateng nanyain ade lo, mana gue tau lah," jawab Sena
"MANA ADIK GUE?!"
"GUE GAK TAU. Apaan si lo pada aneh banget, malah nyari ke rumah gue, gak ada sopan santunnya lagi teriak-teriak,"
"Ara hilang, sampe sekarang. Dan lo orang yang paling kita curigai, lo kan benci banget sama Ara," kali ini Gama yang bersuara.
Mata Sena membulat, "Kok bisa Ara hilang?"
"Gak usah sok kaget lo" jawab Eka
Sungguh Sena benar-benar tidak tahu perihal ini, Sena langsung mengajak Eka dan Gama pergi ke suatu tempat. Sena yakin, Ara pasti sedang ada disana sekarang.
Disisi lain. Ara sedang berusaha melarikan diri dari gedung tua ini. Bajunya lusuh dan sobek di bagian belakang, membuat tubuhnya sedikit terlihat.
"Lo gak bakalan bisa kabur, Ara sayang. Main-main dulu lah,"
"Lo psikopat! Lo jahat! Kenapa lo lakuin semua ini sama gue?!"
"Gue emang psikopat, gimana dong?"
Orang itu berjalan mendekat ke arah Ara, ditangannya ada pisau lipat kecil yang sekarang sedang dia mainkan di pipi Ara, hal itu membuat Ara menahan napasnya.
"Say good bye dong buat muka cantik lo, sebentar lagi muka lo bakalan sama kayak gue,"
~~~
Haiiiii maap banget ya baru up, aku sibuk banget kemaren-kemaren huhuuuu.
Semoga sukakk. Btw siapa sih yang kayak gitu ke Ara?!!!
Yukk vote commentnya ditunggu teman-temann sadayanaa!!!
Best regards,
Kiki✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...