Capt Twenty

2.5K 113 1
                                    

"Ra, ke ruang BEM dulu sebentar, ada sesuatu yang mau gue bahas sama lo,"

Ara menghela napasnya pelan. Padahal hari ini dia sudah punya rencana untuk me time, tapi kenapa selalu saja ada gangguan. Setelah membaca pesan dari Gama, Ara memasukan hp nya ke dalam saku celananya dan berjalan ke ruang BEM.

Samar-samar Ara mendengar suara yang sepertinya sedang melakukan telpon, gadis itu juga melihat Gama ada disana, lebih tepatnya bersembunyi di belakang orang yang sedang menelepon itu. Ara mendekati Gama, menepuk pelan pundak Gama. Ara menarik tangan Ara mendekat.

"Iya sayang, aku gak bakalan lupa sama rencana kita,"

"...."

"Iya, aku pasti bakalan balesin dendam kamu,"

"...."

"Siap. Aku pastiin Ara bakalan menderita pelan-pelan,"

"...."

"Hahaha, gak mungkin lah aku berpaling dari kamu cuma buat cewek kayak dia,"

"...."

"I love you too sayang, daahh"

***

Disinilah mereka sekarang, di dalam ruang BEM. Tangan Gama masih terkepal kuat, padahal laki-laki itu baru saja melayangkan pukulan di wajah Sena, sedangkan tangan sebelahnya memegang tangan Ara erat. Abel dan Ambarpun ada disana, awalnya Gama memang ingin membahas acara Kampus Peduli dan memilih Abel Ambar dan juga Ara sebagai anggota kepanitiaan.

Sena menatap Ara tajam, begitupula dengan Ara yang menatap Sena dengan sorot yang tidak dapat diartikan. Ara melepas tangan Gama yang menggenggamnya, dan juga elusan tangan Abel di punggungnya. Gadis itu melangkah mendekati Sena, berdiri di hadapan Sena.

"Saya salah apa?" tanya Ara. Suaranya normal, tidak bergetar seperti orang yang akan menangis.

"Jawab, saya salah apa?"

Sena masih diam. Matanya menatap Ara lekat.

"Salah saya apa sampai kakak mau balas dendam sama saya?" tanya Ara lagi.

Sena berdiri, "Salah lo karena lo udah bikin cewek yang gue cinta menderita,"

"Siapa?"

Sena merogoh saku almamaternya, mengutak atik sebentar hpnya dan menunjukkan foto seseorang yang membuat kening Ara berkerut. Itu foto Clarissa. Salah satu sahabat Ara dan juga Abel semasa SMA.

"Ica?" tanya Abel, "Ica itu sahabat saya, saya gak merasa pernah ada masalah sama Ica," lanjut Abel. Sorot matanya masih tenang.

"GAK PERNAH LO BILANG?! LO UDAH AMBIL SEMUA YANG DIA MAU, PERINGKAT, JUARA, BAHKAN COWOK YANG DIA SUKA!" kali ini nada suara Sena menjadi kasar dan keras. Ambar segera mendorong tubuh Sena agar menjauh dari Ara, "Gausah kasar lo!" Ucap Ambar.

Ara memegang bahu Ambar, sikap Ara masih tenang. Tidak terlihat tanda-tanda ia akan marah, walaupun hatinya sudah pasti terluka.

"Ambar?" tanya Ara, "Cowok yang disukain sama Ica itu Ambar kan?" tanya Ara lagi.

"Lo tau tapi lo pacaran sama Ambar waktu itu, bahkan sekarang status lo pacar gue aja, lo jalan sama Ambar," ucap Sena, jari telunjuknya mengarah ke muka Ara. "Lo juga jalan sama Gama, dasar murahan!"

Plak!

Suara tamparan itu bukan dari Ara, melainkan dari Abel. Gadis itu sudah kehilangan kesabaran karena sejak tadi Ara selalu disudutkan dan disalahkan oleh Sena. Sena memegangi pipinya, rasa panas menjalar di sekujur mukanya. Matanya melirik Ara yang terlihat biasa-biasa saja.

"Asal lo tau ya! Ambar itu deket sama Ara karena mereka mau siapin surprise buat Ica, Ambar mau nembak Ica, Ara cuma bantuin doang. Disana juga ada gue, tapi rencananya emang gue pura-pura gak tau biar Ica gak curiga." jelas Abel, terlihat jelas Abel sangat menggebu-gebu, "Tapi semuanya gagal! Gara-gara ada insiden kebakaran di cafe tempat kita ngerencanain itu," tambahnya.

Abel mengangkat lengan kemeja Ara ke atas, tepat di bahu, terlihat luka bekas jahitan, "Bahkan Ara yang nyelametin Ica waktu Ica nyaris kena serpihan kaca," ujar Abel

Sena bungkam, terlebih saat ia melihat luka di bahu Ara. Tangannya bergerak berusaha memegang luka yang ada di bahu Ara. "Gausah lo sentuh dia!" ucap Ambar, memperingati.

"Lo emang temen gue Sen, tapi kalo lo berani nyakitin cewek yang gue sayang, lo berhadapan sama gue,"

***

"Kak Gama gapapa?" tanya Ara, Gama menggeleng. "Ih itu ujung bibirnya luka, Ara obatin ya?"

Ara mengambil kotak P3K yang ada di dalam dashboard mobil Gama. Mulai mengobati luka Gama dengan pelan dan telaten, sesekali terdengar suara ringisan dari Gama. Setelah selesai, Ara merapihkan kotak P3K tersebut dan menaruhnya kembali ke dalam dashboard.

"Kenapa harus Sena duluan sih yang deketin lo," ujar Gama, pandangannya lurus ke depan, "Kenapa harus Sena duluan yang nyatain perasaannya ke lo," lanjutnya.

~~~

Atiannn Araa:((

Siapa yang masih setia jadi tim Senaa??!! Atau udah berubah jadi tim Gamaa??!!!

Presiden MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang