"Yah, aku kapan sih pulangnya? Aku udah bosen disini,"
Mungkin pertanyaan itu sudah didengar berkali-kali oleh Ayah, Buna dan kedua kakak Ara. Gadis itu tidak ada henti-hentinya menanyakan kapan ia bisa pulang ke rumah.
"Bun, kapan sih pulangnya?"
Ayahnya menghembuskan napasnya pelan, mulai jengah dengan pertanyaan berulang puterinya. "Sabar lah de, nanti kalo udah sembuh pasti pulang,"
"Atuh aku udah sembuh, tapi enggak pulang-pulang," ucap Ara. Ia benar-benar sudah tidak betah berada di rumah sakit.
"Lo itu belum sembuh, udah sih nurut aja dulu buat dirawat disini," ujar Eka, daritadi laki-laki itu sudah geram dengan tingkah adiknya.
"Yah, bun. Mau pulang ih," rengeknya
"Yaudah, ayah tanya ke dokter dulu kamu bisa pulang kapan," jawab Ayah
"OKE SIAP BOS!"
Sudah hampir setengah jam, ayah Ara belum juga kembali dari ruangan dokter. Ara masih setia memanjatkan do'a-do'a agar dokter mengizinkannya pulang hari ini.
Pintu ruangan terbuka. Terlihat ayah Ara yang baru saja memasuki ruangan, wajah Ara harap-harap cemas.
"Gimana, yah? Boleh pulang?" Sebelum Ara bertanya, Buna sudah bertanya lebih dahulu.
"Boleh, tapi sore. Sekarang kita beres-beresin barang Ara dulu ya," jawab Ayah
Mata Ara berbinar, "Seriusan, yah?"
Ayah mengangguk. "Alhamdulillah, yes yes yes akhirnya pulang jugaa," ucap Ara. Tingkahnya benar-benar mirip dengan anak kecil yang baru saja dibelikan permen oleh orang tuanya.
Kayla, Eka dan Buna tertawa melihat tingkah Ara. Memang gadis itu benar-benar susah ditebak.
***
"Kamu ngapain sih lakuin itu? Kamu tau gak itu bahaya buat keselamatannya Ara!" ucap Sena. Laki-laki itu benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran wanita di depannya.
"Aku mau dia ngerasain apa yang aku rasain!"
"Enggak kayak gitu caranya, Ca"
"Mending kamu pergi deh, aku itu cuma manfaatin kamu doang kalo kamu lupa, aku gak pernah serius suka sama kamu, karena apa? Karena Ara udah suka sama kamu sejak SMA, aku pengen bikin dia ngerasain apa yang aku rasain sama Ambar dulu,"
Sena mengusap wajahnya kasar, "Aku tau kamu cuma manfaatin aku, tapi bisa kan jangan ngebahayain nyawa orang? Kalo Ara meninggal gimana?"
Ica tertawa, "Ya bagus dong, berarti dendam aku udau bener-bener terbalaskan,"
Sena menyerutkan keningnya melihat gadis dihadapannya ini masih tertawa kencang sambil bertepuk tangan. Bener-bener gila. Batinnya.
Sena akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan Ica. Laki-laki itu melajukan mobilnya ke arah rumah sakit Ara dirawat. Sejenak mobilnya berhenti di depan toko bunga, membawa buket bunga yang diisi dengan beberapa bunga warna dengan warna yang berbeda.
Sampai di ruangan Ara, tempat itu sudah kosong, bahkan tempat tidurnya sudah rapih. Sena berjalan ke arah receiptionist.
"Mba, pasien atas nama Aksita Charvi kok enggak ada ya di ruangannya?" tanya Sena
"Sudah pulang mas, mungkin sudah sekitar satu jam yang lalu,"
Sena mengangguk-anggukan kepalanya, "Oh gitu, yaudah, makasih ya mba"
Kalo Ara udah pulang, gue udah bakalan susah banget jenguk dia.
Sena melangkah pelan sambil berpikir bagaimana caranya agar bisa menjenguk dan bertemu Ara di rumahnya, sudah pasti Eka akan menolak keras keberadaan Sena. Sena nampak bingung, benar-benar sudah kehabisan akal.
"Kalo gue jenguk bareng anak BEM, pasti Gama gak bakalan mau,"
"Kalo gue jenguk bareng anak padus, lah kan ada Ambar, sama aja,"
"Kalo gue ngajak anak-anak senat, bisa terkaget-kaget ntar Ara, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba anak senat dateng, kan dia gak kenal sama anak-anak senat,"
Sena mengacak rambutnya, "Argh, terus gimana dong?"
~~~
Hehehe. Ada yang bisa kasih Sena ide? Biar dia bisa ketemu Ara.
Jangan lupa vote comment nya yaa, share juga ke temen-temen kalian, terus di add ke library deh hehe
Tetep stay safe ya gais, jangan kasi kendo✨
Best regards,
Kiki📍
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...