Capt Fourteen

2.7K 120 5
                                    

Ara masih teringat ucapan Sena yang dikirimkan oleh orang tidak dikenal melalui voice note tiga hari yang lalu. Bahkan sampai hari ini, Sena belum juga mengiriminya pesan.

"Aelah kemana tau, kesel banget jiwa raga gue," ujar Ara kesal

Kakinya terus melangkah menuju ruang kelasnya, ternyata di dalam sudah banyak mahasiswa yang datang, padahal jam masih terlalu pagi, dan biasanya teman-teman sekelas Ara akan datang saat bel masuk sudah akan berbunyi.

Ara memilih bangku nomor dua dari belakang, terlihat sangat aneh di mata teman kelasnya, karena biasanya Ara akan memilih duduk dibangku paling depan, atau paling tidak nomor dua dari depan. Abel yang baru memasuki kelas bersama Dania, teman sekelasnya itu menatap Ara tidak kalah heran.

"He, tumbenan lo duduk di belakang, depan masih kosong tuh," ucap Abel

"Gak ah, lo aja depan, gue lagi gak mood duduk depan," jawab Ara, gadis itu merebahkan kepalanya di meja. Hari ini moodnya benar-benar buruk.

Abel duduk di kursi sebelah barisan Ara, gadis itu tau bahwa sahabatnya sedang tidak baik-baik saja, bahkan sejak kejadian mereka yang tidak sengaja melihat Sena bersama perempuan lain di taman, belum ada tanda-tanda laki-laki itu menemui sahabatnya.

"You can told me if you're not fine, Ra," ujar Abel, tangannya mengelus punggung Ara pelan. Tidak lama terdengar suara isakan, Ara menangis, Abel tahu hal itu.

"Jangan nangis, Ra. Masalah gak akan selesai kalo lo lemah kayak gini," tangan Abel masih setia mengelus punggung Ara, bahkan ia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Ara, "Mau ke taman belakang kampus? Lo bisa nangis sepuasnya disana, gue temenin,"

Ara mengangguk, gadis itu kemudian memakai tasnya dan berjalan keluar disusul oleh Abel, tidak lupa sebelumnya Abel sudah berbincang kepada Dania soal absensi, "An, gue sama Ara nitip absen ya, ada urusan nih, oke?"

"Aman udah," Dania mengacungkan jempolnya, begitupun Abel. Kemudian Abel berjalan menyusul Ara ke taman belakang kampus.

"Jadi kenapa? Lo udah 3 hari uring-uringan kayak gini Ra," tanya Abel

Mereka sudah berada di taman belakang kampus, sedaritadi Ara diam, membuat Abel geram dengan tingkah sahabatnya yang aneh saat uring-uringan seperti ini. Ara memang pernah berpacaran, bahkan pacar Ara adalah mahasiswa di kampus yang sama dengan Ara dan Abel, hanya beda fakultas saja.

Abel menghela napasnya, "Masih belum mau cerita?" tanyanya

"Sejak kejadian di taman waktu itu, kak Sena enggak chat gue Bel, bahkan pas malemnya ada nomor enggak gue kenal wa gue bilang kalo kak Sena lagi sama dia, awalnya gue biasa aja, tapi dia ngirim vn dan itu suara kak Sena," cerita Ara, Abel mengerutkan keningnya, "Mana coba gue mau denger vn nya," ucap Abel

Ara mengeluarkan ponselnya, memberikannya kepada Abel. Abel membuka aplikasi WhatsApp milik Ara dan mencari nomor yang dimaksud Ara dengan agak sedikit kesulitan karena banyak sekali nomor tidak dikenal yang mengirimi Ara pesan, sebenarnya bukan nomor tidak dikenal, paling mereka teman sekelas atau teman satu paduan suara Ara yang nomornya tidak disimpan oleh Ara.

Abel menutup mulutnya, mendengarkan suara yang terkeram di dalam voice note tersebut. Abel berkali-kali mengulangi rekaman itu, tetapi tetap saja ada rasa tidak percaya yang hinggap di hatinya ketika mengdengar ucapan yang ia yakini Sena itu.

"Gue kecewanya kenapa dia enggak ada hubungin gue bahkan ini udah hari ketiga Bel," ucap Ara, "Gue gak masalah dia jalan sama cewek, gue gak pernah ngelarang, tapi kalo kayak gini, cewek mana yang enggak negative thinking?" lanjut Ara.

"Gue juga sama kagetnya sama lo, tenang aja, gue bakalan cari tau siapa cewek itu,"



APAKAH MASIH ADA YANG MELEK? WKWKWKWK. MAAPIN Y UPDATENYA MALEM GINI, SENGAJA SI EMANG SOALNYA GABUT GABISA TIDUR:((

Jangan lupa di like dan comment ya gais, di add ke library juga, share ke temen kalian juga. Timaaciii banyakk!!!

Best regards,

Kiki❣️❣️❣️

Presiden MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang