Capt Eight

3.5K 152 0
                                    

Kira-kira sudah sekitar satu bulan Sena dan Ara dekat, bahkan beberapa mahasiswa mengira kalau mereka berpacaran. Perlakuan Sena terhadap Ara juga berbeda seperti perlakuannya ke mahasiswi lain, sekalipun itu temannya sendiri. Pasti kalian bisa kan membedakan perlakuan antara teman kepada teman, dengan kepada orang yang kalian sukai. She's special.

Hari ini paduan suara latihan, seperti hari biasanya, Sena selalu memantau setiap perkembangan dari semua team yang akan tampil pada acara wisuda. Laki-laki itu memakai PDH kebanggaan BEM yang berwarna biru dongker. Ditambah wajahnya yang tampan, warna pakaiannya yang elegan membuatnya terlihat duaratus kali lebih tampan.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, latihan juga sudah selesai sejak 1 jam yang lalu. Ara masih belum beranjak dari ruang seni, ia masih asik mengghibah bersama dengan Syakilla, teman satu tim paduan suaranya.

"Sumpah sih lo harus nonton drama The Legend Of Blue Sea, Ra" ujar Syakilla antusias. "Ceritanya baper banget, LO HARUS NONTON AKSITA CHARVI!!!". Kali ini Syakilla terlalu antusias sampai menggoyang-goyangkan bahu Ara.

"Anjir Killa udah eh, gepeng ntar gue woi!" ucap Ara, bahunya masih digoyangkan orang Syakilla, akhirnya tanggannya mencoba melepaskan tangan Syakilla dari bahunya.

Syakilla tertawa, "Maap maap, lo harus nonton malam ini juga, Ra!"

"Besok gue aja jadwal pagi jenab! Udah ah gue mau balik,"

Ara menggendong tas kuliahnya, berjalan menuju pintu dengan langkah sedikit cepat, tujuannya ya agar Syakilla tidak dapat mengejarnya. "WOI ARA AELAH LO MAH GAMAU NUNGGUIN," teriak Syakilla dari dalam ruangan.

Ara tertawa, kakinya terus melangkah menuju gerbang kampus. Gadis itu memutar jalan ke arah parkiran motor kampus, senyumnya merekah. Motor sport milik Sena masih ada disana, buru-buru dia mengambil ponselnya.

"Halo by?"

"Halo, kamu belum pulang?"

"Ini lagi jalan mau ke parkiran, kamu udah pulang?"

"Belum, aku di depan motor kamu nih, mau nebeng boleh gak? Hehehe,"

"Gausah bilang mau nebeng juga aku mah siap anter kamu hahaha, yaudah tunggu disitu ya, aku bentar lagi sampe parkiran,"

"SIAP PAK PRESIDEN!"

Panggilan terputus. Sena tertawa mendengar ucapan gadisnya itu. Tunggu, apa tadi? Gadisnya? Sena saja belum menyatakan perasaannya kepada Ara, bagaimana dia bisa mengklaim Ara sebagai gadisnya? Haduh, dasar Sena.

Sena berjalan perlahan-lahan mendekati Ara, gadis itu saat ini menghadap ke arah motor dan membelakangi jalan. Sudah pasti gadis itu tidak melihat keberadaan Sena.

"DOORRR!"

Wajah Ara terkejut, tangannya memegang dadanya yang berdetak kencang, dan juga badannya gemetaran. Sedangkan Sena malah tertawa, melihat respon Sena yang menyebalkan, Ara mencubit perut Sena berkali-kali dengan kesal.

"Ampun ampun, maaf atuh by, aduh ampun ampun,"

Sena memegang tangan Ara supaya gadis itu menghentikan aksi cubit-mencubit itu, pasalnya cubitan Ara sama dengan rasa sambal, sangat pedas. Hari sudah petang, kira-kira sudah lewat waktu maghrib, keduanya baru saja selesai sholat di masjid yang mereka lewati. Sebelum melanjutkan perjalanan, kedua remaja yang sedang beranjak dewasa itu memilih untuk mampir sebentar ke angkringan yang berada di depan area masjid.

"Aku gamau makan nasi, mau itu aja sate-satenya,"

"Harus makan nasi, kamu dari siang emang udah makan nasi? Belum kan? Makan nasi aja, aku pesenin nasi kucing aja ya?" tawar Sena

Ara menggeleng, "Gamau, satenya aja, aku gak pengen makan nasi,". Ia memang sedang tidak mood makan nasi.

"Yaudah deh, tapi yang banyak ya, biar kenyang," ujar Sena, mengalah.

Keduanya menyantap makanan sambil sesekali mengobrol soal kegiatan hari ini, mungkin beberapa orang lebih nyaman jika diajak berbincang mengenai kegiatan yang sudah mereka lalui, ketimbang menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar seperti 'lagi apa?'.

Ara turun dari motor Sena, tangannya terulur memberikan helm milik Sena. Tiba-tiba, "Ra, mau pacaran sama aku gak?"

AYUKKK RAMEIN YUKK SYGSYG KUUU!!!!

Presiden MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang