Pagi ini BEM Universitas Antariksa sedang melakukan audisi bidang tari, ada yang tari tradisional dan juga tari modern. Lapangan kampus sudah dipenuhi oleh mahasiswa yang ingin menonton pertunjukan, ditambah lagi mata kuliah dibatasi hanya dua sks.
Ara sedang duduk di tepi lapangan, bersama Abel tentunya. Dua sahabat itu sedang berbincang, dari mulai bahasan mengenai mata kuliah sampai bahasan yang absurd. Disela-sela obrolannya, Ara tidak sengaja beradu tatap dengan laki-laki yang semalaman membuatnya kepo setengah hidup.
"Eh Bel, nama lengkapnya presma kita tuh siapa sih?"
Kening Abel berkerut, mencoba mengingat nama orang paling penting dikalangan mahasiswa itu. Jari telunjuknya mengetuk dagu, "Siapa ya, Ra? Sena, Seni, Sani, eh siapa sih? Lupa gue,"
"Bimasena Irawan bukan sih, Bel?". Abel menggangguk antusias, sesaat kemudian dia mendengus, "Lo udah tau kenapa nanya sih, Aksita?"
Ara tertawa, "Mastiin aja, dia tuh dipanggilnya apasih? Bima? Sena? Wawan?'
"Ahahaha, si dodol segala Wawan dibawa. Sena woy Sena! Ahahaha,"
Lah kok bisa sih gue manggilnya Bima
"Btw emang kenapa sih? Lo bucin berat sama doi?" ujar Abel.
Ara menggeleng kuat, "Enggak ih, dibilang gue cuma mastiin aja. Udah tuh nonton aja,"
Mata Abel menyipit, biasanya jika Ara menjawab pertanyaan dengan salah tingkah itu tandanya dia sedang berbohong.
"Bohong lo, ya?!" seru Abel, dia tetap mencecar Ara dengan pertanyaan yang sama. Akhirnya Ara menyerah, ia menceritakan semuanya kepada Abel, dan cerita itu berhasil membuat bibir Abel membentuk huruf O secara sempurna.
"Gue kan taunya Bima ya, gue gatau kalo panggilannya dia tuh Sena,"
"Gak salah sih, kan Bima juga bagian dari nama dia,"
"Iyakan, anggap aja Bima itu panggilan khusus dari gue gitu gak sih? Sejenis panggilan sayang,"
"IDIH DASAR LO BADAK" ucap Abel kesal, Ara tertawa kencang mendengar kekesalahan Abel. Sampai satu panggilan berhasil membuat tawanya berhenti.
"Aksita!"
***
"Maaf, ada apa ya kak? Saya kayaknya enggak ada janji sama kakak."
"Kenapa lo gak balas chat gue?"
Ara tergagap, dia bingung harus mencari alasan apa. Masa iya dia bilang kalau dia gak balas karena teriak kesenangan? Atau dia gak balas karena lagi jingkrak-jingkrak'an di atas kasur? Gak mungkin banget kan?
"Eee.. anu kak, itu.. saya gak balas karena--"
Sena mengerutkan keningnya, "Karena?"
"Karena.. duh apa ya. Ah karena itu kak, ada tugas matkul pengantar bisnis, nah iya itu. Hehehe." Ucap Ara, gadis itu tengah cengengesan sekarang.
"Ohgitu. Yaudah, nanti malam video call ya?"
"Iya kak. EH???? APA TADI?!"
Sena tertawa lepas, gadis di depannya sangat menggemaskan. Pria itu mengacak rambut Ara kemudian pergi, semakin lama berdekatan dengan Ara bisa membuat kesehatan jantungnya tidak stabil.
YA ALLAH KENAPA UWU BANGET
Ara berlari ke arah Abel, kemudia memeluk Abel dengan erat. Abel yang sudah kepo maksimal pun menanyakan soal Sena yang tiba-tiba memanggil Ara. Dengan hati berbunga, Ara menceritakan kejadian yang dialaminya sejak tadi malam.
"Nah gitu Bel ceritanya, ah senengg!!!!" Ara memeluk Abel lagi, lebih erat. Abel ikut memekik senang karena Ara.
"Ra, gue kayaknya punya uwuphobia deh. Ketularan lo,"
"Ah Abel! Gue masih seneng banget nih, gimana dong?"
"Yaudah lo guling aja sana di depan rektorat, biar viral."
Ara menyentil kening Abel, kesal. "Gak gitu juga dodol!"
Halooo!!! Jangan lupa vote dan comment yaa teman2!!! 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...