"Gimana? Sound aman kan?"
"Aman kak,"
"Costum? Aman semua? Buat tari tradisional, modern dance, padus. Aman semua?"
"Aman kak,"
"Bagus, jangan lupa besok habis subuhan kita gladi resik final dulu sebentar, ya. Sambil dicicil ada yang makeup sama prepare"
"SIAP KAK!"
"Oke kalo gitu semuanya boleh bubar sekarang,"
Besok. Acara yang selama ini ditunggu-tunggu oleh seluruh tim, dan juga calon wisudawan dan wisudawati. Semuanya benar-benar sudah dipersiapkan dengan baik dab matang. Hanya tinggal berdo'a saja semoga semuanya akan berjalan sesuai harapan semua orang.
Menjelang acara wisuda, semua pengisi acara termasuk anggota BEM menginap disalah satu hotel yang dekat dengan kampus, tentu saja tujuannya agar tidak terlambat datang. Malam ini, beberapa dari mereka ada yang masih latihan secara individu, ada yang mengobrol di dekat kolam renang, ada yang makan di cafe yang ada di dalam hotel, dan ada juga yang memilih tidur agar besok energinya penuh.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar hotel yang bertuliskan angka 212. Abel mulai melangkahkan kakinya turun dari ranjang menuju pintu dan membukanya.
"Kenapa, Mbar?" tanya Abel. Ternyata yang mengetuk pintu tadi adalah Ambar dan Rafi.
"Eh lo gak ada niatan ngegofood sama Ara?" tanya Ambar balik. Rafi menganggukkan kepalanya. Memang tujuan mereka kesini untuk mengajak Abel dan Ara gofood bersama, supaya ongkos kirimnya lebih murah.
"ABEL LO JADI PESEN RICIS GAK?" teriak Ara dari dalam kamar. Abel diam. Lalu mengajak kedua temannya itu masuk. Daripada nanti semua mahasiswa keluar kamar gara-gara denger Ara teriak, mending cari aman.
"Astaghfirullah. Kaget gue tiba-tiba ada lo berdua," ucap Ara. Tangannya mengelus dadanya pelan. Saat mendongak tadi tiba-tiba ada dua laki-laki absurd ada di sofa dekat ranjang kamarnya.
Sedangkan Ambar dan Rafi hanya cengengesan. "Ayok! Kita gofood. Jadikan patungan ongkirnya bakalan lebih murah," ucap Rafi
"Ra, gue mau ricis yang black aja, kepo gue, belum pernah nyobain yang itu," ucap Abel. Ara mengangguk. Memilih pesanan Abel lalu menambahkannya ke keranjang. "Lo berdua apa?" tanya Ara.
"Ricis biasa aja gue ah, level 2," jawab Ambar
"Idih level 2, lemah amat lo!" ejek Rafi
"Maap-maap ajani, besok tampil, gue gamau tiba-tiba sakit perut," ujar Ambar sembari mengusap-usap tangannya di perut. Abel dan Ara terkekeh pelan melihat tingkah Ambar.
"Hahaha, anjir iya juga. Yauda Ra, gue samain sama Ambar aja," ucap Rafi.
Ara mengangguk, kemudian jari lentiknya memasukan pesanan teman-temannya ke dalam keranjang, setelah mendapatkan driver yang pickup makanya mereka, Ara meletakan ponselnya ke atas nakas.
"Eh, mesen haus, pada mau gak lo?" tawar Rafi. Semua menganggukan kepalanya kompak. "Pake hp lo, kan hp gue udah buat mesen ricis," ucap Ara
"Oke, lo pada mau pesen apa?" tanya Rafi
"Gue kopi, yang ditambah machiatto itu yaa," jawab Ara
"Gue taro cheese aja, yang large," kali ini Abel yang bersuara.
"Gue apa ya? Manggo tea atau red velvet ya?" tanya Ambar pada dirinya sendiri. "Red velvet aja Mbar, enak kok, gue pernah nyobain," saran Ara. Ambar mengangguk kemudian memilih red velvet.
Sembari menunggu pesanan mereka datang, mereka berempat mengobrol santai, sesekali juga tertawa jika ada hal-hal yang lucu. Saat sedang membaca konten-konten lawak, tiba-tiba saja telpon di kamar Ara dan Abel berbunyi.
"Oke pak, kita turun sekarang yaa. Makasih pak,"
Setelah mengakhiri telpon, Abel menyuruh Ambar dan Rafi untuk mengambil pesanan yang ada di pos security. Tetapi tidak semudah itu ferguso, dua laki-laki mageran ini saling tunjuk siapa yang akan mengambil orderan di bawah.
"Yaudah yuk sama gue, siapa nih? Rafi apa Ambar?" tanya Ara. Akhirnya dengan berat hati Rafi menemani Ara turun ke bawah untuk mengambil pesanan, sebenarnya Ara yang menemani Rafi tapi yasudahlah, emang dasar dua cowok mageran kalau disatuin ya jadi gini deh.
Selesai mengambil ricis pesanan mereka yang ada di pos security, Rafi dan Ara memutuskan untuk memunggu Haus pesanan mereka di lobby, supaya tidak bolak-balik karena pasti nanti dua laki-laki ini akan melakukan drama saling tunjuk lagi.
Bosan menunggu, akhirnya mereka berdua memutuskan melanjutkan kegiatan mereka tadi, melihat konten-konten lucu yang ada di Instagram.
"Hahaha anjir itu kenapasi," tawa Rafi. Ara menggeleng sambil tertawa.
Lagi-lagi Rafi tertawa, bahkan sampai menutup wajahnya menggunakan jaket yang ia pakai. Sepertinya selera humor mereka berdua memang anjlok. Sekitar 10 menit, pesanan Haus mereka belum juga datang. Ara mulai memeluk dirinya sendiri karena merasakan kedinginan, pasalnya ac di lobby selain banyak juga suhu acnya yang sangat rendah, ditambah keadaan lobby sangat sepi. Rafi melepaskan jaketnya, memakaikannya pada Ara yang tentu saja saat dipakai Ara sangat kebesaran.
Perlakuan Rafi mengingatkan Ara pada Sena, dulu Sena juga pernah melakukan hal yang sama pada Ara. Perlahan senyumnya muncul, "Thanks ya Fi," ucap Ara.
Rafi mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. Tidak lama pesanan Haus mereka sampai, kali ini Rafi yang berjalan keluar untuk mengambil pesanan karena diluar ternyata gerimis lumayan deras.
"Yuk," ajak Rafi. Ara mengangguk. Membawa kantung plastik yang berisikan ricis, Rafi mulai berhenti, mengambil alih kantung itu, "Biar gue aja,"
***
"Kenapa sih harus banyak banget cowok yang ada di sekitar Ara?"
"Kenapa juga Ara harus baik sama semua orang, kan mereka bisa aja baper sama dia,"
"Arghhh, gue kenapa jadi marah-marah sendiri gini sih?"
Sebetulnya sebelum Ara dan Rafi turun ke lobby, Sena sudah berada disana bersama teman-teman BEMnya. Matanya tidak sengaja melihat ke Ara dan juga Rafi, awalnya Sena merasa biasa saja, tapi setelah melihat keakraban mereka berdua, emosi Sena mulai tumbuh, terlebih saat Rafi memakaikan jaket miliknya ke tubuh mungil Ara.
"YaAllah Sena cemburu banget,"
~~~
Senanya cemburu nih! Huhuhu, atiannn Sena.
Jangan lupa vote, comment, add ke library, dan share ke temen kalian yaa!!!
Jangan lupa tetap jaga kesehatan dan tetap behati-hati, teman-teman semua. Semoga Indonesia segera pulih!
Salam sayang,
Kiki❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...