"Ra, gue duluan ya. Mama gue udah nelpon nih,"
Ara mengangguk. "Yaudah gapapa, lo hati-hati di jalan ya. Kalo udah sampe langsung kabarin gue, maaf banget jadi bikin lo balik telat"
"Ah gapapa lagi, santuy. Lo yang hati-hati, ya! Pokoknya kabarin gue terus Ra,"
Ara mengangkat kedua tangannya sebatas alis, persis seperti sedang hormat bendera. "Iyaa siap!"
Saat ini Abel sudah pergi menjauh, tangan Ara pun sudah tidak melambai lagi. Ia terus melihat jam tangannya, memastikan saat ini sudah jam berapa.
"Aelah mas Eka kemana tau, gatau udah sore apa, ngeselin banget si punya mas kayak gitu," gerutu Ara.
Saat sedang menggerutu tidak jelas, tiba-tiba motor sport hitam berhenti tepat di depan tempat Ara duduk. Ara memejamkan matanya, takut.
Plis jangan orang jahat, aku mau nikah dulu plis plis
"Lo ngapain disini sendirian?"
"Eh? Kak Sena? Ini serius kak Sena kan? Bukan orang jahat kan?" Ara mengguncang-guncangkan bahu Sena. Ada rasa sedikit lega saat mengetahui bahwa yang ada dihadapannya adalah Sena.
"Aduh aduh, iyaa ini gue. Lo ngapain disini sendirian?"
"Belum dijemput sama mas Eka, tadi Abel udah balik duluan soalnya mamanya udah nelpon. Kak Sena ngapain disini?"
"Habis rapat bem, mau bareng sekalian? Kan kita satu arah,"
Ara mengangguk antusias, "MAU! MAU BANGET MAU MAU MAU!!!!!"
Sena tertawa melihat respon Ara, sedangkan Ara hanya cengengesan tidak jelas. Ya dapat rezeki nomplok masa ditolak, langsung iyain ajalah harus.
"Untung gue selalu sedia helm 2, yuk naik"
Ara menaiki motor Sena dengan hati-hati, tidak lupa tangannya bertumpu pada bahu Sena agar tidak jatuh, sekalian modus juga. Sepanjang perjalanan tidak banyak hal yang mereka bicarakan, hanya sebatas latihan paduan suara dan juga persiapan untuk acara wisuda.
Senja mulai menghiasi langit sore, burung-burung mulai terbang berkelompok entah kemana. Indah, mungkin kata itu masih kurang menjelaskan keindahan sore hari ini.
"Awas sawan ngelihat ke atas mulu," ujar Sena
Ara mengecurutkan bibirnya, dasar Sena merusak pengkhayatan aja.
"Bagus ya Ra senjanya? Lo suka?"
"Suka banget dong, indah banget. Kalo dibikin wattpad nih kira2 judul yang pas senja bersama presiden mahasiswa," ucap Ara, "eh salah-salah, senja bersama Bimasena, ahh bagus hahahah" lanjutnya.
Sena ikut tertawa. Gadis ini memang pintar membuat orang lain tertawa.
***
Ara membuka pintu kamar Eka dengan kasar, napasnya memburu, siap untuk meluapkan emosinya, ditambah dengan respon Eka yang hanya duduk-duduk ganteng di atas kasurnya.
"DASAR KAKAK GADA AKHLAK! TEGA-TEGANYA LO BIARIN GUE NUNGGU SAMPE MAGHRIB TANPA KABAR!"
"Lah, lo aja gak kreatif! Orang mah langsung aja mesen ojol,"
"OJOL KAN BELUM BOLEH ANGKUT PENUMPANG! AELAH MUSIBAH BANGET PUNYA KAKAK KAYAK LO!"
Brak. Ara menutup pintu kamar Eka dengan kencang dan penuh emosi.
Eka tersentak kaget, lalu mengusap dadanya pelan, "Astaghfirullah, punya adek enggak ada anggunnya sama sekali"
Di sisi lain, Ara masih saja mendumal tidak jelas, masih emosi dengan tingkah kakak laki-lakinya yang diluar nalar itu, bisa-bisanya biarin adiknya menunggu sampai maghrib dan tanda kabar, bayangin, TANPA KABAR.
"Emang musibah banget dah, musibah bangettttt gue punya mas kayak Eka,"
"Awas aja kalo dia nyuruh gue buat beliin kuota ke konter depan lagi, ogah gue. Gabakalan lagi mau disuruh sama manusia setengah mermaid kayak Eka,"
Kira-kira begitulah runtutan omelan-omelan yang diucapkan oleh Ara, sampai waktu makan malam, kekesalannya terhadap sang kakak masih belum mereda. Ara menatap Eka dengan tatapan sinis, sedangkan Eka, tentu saja tidak peduli dengan tatapan Ara.
Halooo!!! Maaf yaa baru up, kemarin aku habis sidang tugas akhir hehe, jadi bener-bener fokus ke sidang. Do'ain revisian ku lancar yaa!!!🙂
![](https://img.wattpad.com/cover/224086329-288-k812727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...