Ara tersenyum canggung. Setelah mempersilahkan tamunya masuk dan membuat minuman, Ara duduk di ruang tamu, bertepatan dengan Bunanya yang hendak ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Lho, ada tamu toh," sapa Buna ramah,
"Halo tante," jawab tamu itu yang kemudian menyalimi tangan kanan Buna
"Duduk duduk, temennya Ara, ya?" tanya Buna
"Oh bukan tante, saya kakak tingkatnya Ara di kampus," jawabnya
Buna menganggukan kepalanya, "Ohgitu, siapa namanya?"
"Gama, tan"
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Buna pamit untuk menyiapkan makan malam, jangan lupa, Buna juga mengajak Gama untuk makan malam bersama. Awalnya Ara sempat terkejut, tapi yasudalah, mau bagimana lagi hehe.
Kayla baru saja pulang dari butiknya, usaha yang sudah dirintisnya sejak duduk di bangku SMA itu kini sudah semakin terkenal, sehingga dia bisa membiayai kuliahnya sendiri. Mantap memang. Sedangkan Eka, laki-laki itu juga mempunyai bisnis ternak ayam di daerah perkampungan yang dekat dengan rumah, awalnya laki-laki itu hanya memiliki dua anak ayam, itupun pemberian dari Uti saat kami pulang kampung tiga bulan lalu. Setelah itu, Eka menjadi tertarik dengan bisnis ternak ayam, sampai saat ini pendapatan bersih dari ternak ayam milik Eka sudah menghasilkan banyak pundi-pundi rupiah.
Ara meringis pelan, memang diantara kedua saudaranya hanya Ara yang seperti umbi-umbian, belum memiliki usaha apapun, bahkan belum berani memgambil resiko untuk memulai usaha. Gadis itu langsung menyalimi tangan kanan kedua kakaknya yang baru saja sampai di rumah. Dan memperkenalkan Gama yang saat itu masih duduk di ruang tamu sambil tersenyum.
"Anjrit, ngapain lo kesini, bro?" tanya Eka, melakukan tos ala anak laki-laki.
"Biasalah, handle ketua BEM lo itu, gue mau nanya progres tim padus ke visual nya langsung," jawab Gama. Mereka berdua tertawa sebentar, sebelum akhirnya Eka pamit ke atas untuk berganti pakaian dan bersih-bersih diri.
"Gimana? Sena udah ngehubungin lo?"
***
"Ish, kenapa sih kak Gama jadi nyebelin banget," gumam Ara. Gadis itu melempar ponselnya ke sebelahnya setelah membaca chat dari Gama yang sangat menyebalkan.
"Gila ya, udah mau hari H tapi padus belum ada latihan lagi?"
Kira-kira seperti itulah kata-kata dari Gama yang sukses membuat Ara kesal. Padahal Gama tidak tau saja kalau tim paduan suara sedang mempersiapkan sesuatu yang menarik dan mencengangkan, tentunya dirahasiakan pula dari tim lain dan juga BEM.
Sesaat kemudian gadis itu berpikir, ini sudah hari keempat Sena tidak menghubunginya sama sekali. Sesabar-sabarnya perempuan pasti memiliki sisi negative thinking, apalagi sudah berhari-hari tidak ada kabar seperti ini.
"Aelah, ayo Ra, gak boleh dah tuh nethink nethink apansi lo udah kayak pacaran bocah aja," ucapnya pada diri sendiri, "Tapi gue kan kepo dia kemana, mana bilang ke kak Gamanya dia jagain pacarnya yang sakit, padahal kan gue sehat wal'afiat gini," lanjutnya.
Pikirannya melayang, seketika logika dan hatinya tidak sejalur. Logikanya menyuruh untuk bersikap bodoamat, karena dunia Sena bukan hanya berputar disekitar Ara saja. Tetapi hatinya memaksa untuk berpikir negatif.
"Ihhhh apasi. Kenapa otak sama hati gue jadi gak sinkron gini, ntar pinter gue hilang aelah," ucap Ara, geram. Biasanya, sesulit apapun pilihan dan keadaan Ara akan menghadapinya dengan tenang, tapi kali ini tidak, malah logika dan hatinya ikut mempunya pusing dengan ketidak cocokan pemikirannya sendiri.
"Apa bener kali ya cinta bikin bego? Ah gamauu, belum siap, huaa mau tetep jadi pinter biarpun jatuh cintaa,"
DOUBLE UPDATE SPECIAL 1K READERS, YEAYYYY!!!!!
Aku mau ucapin makasi banyak2 buat kamu semua yang udah jadi readers, udah mau baca cerita ini, udah dukung cerita ini, mulai dari nambahin ke library, ngasih vote, nulis comment, ngebagiin ke temen kalian. Pokoknya semuanya thank you so much guys!
Gada expect bakalan sampe 1k yang baca, tapi ternyata Alhamdulillah hehe. Sekali lagi thank you guys, semoga ini jadi awal yang baik. Aamiin.
Semangat! Stay safe everyone!
Best regards,
Kiki❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Mahasiswa
Teen Fiction"Laki-laki itu pantang ingkar janji." Kata-kata manis itu terucap dari bibir laki-laki yang saat ini menjadi pujaan hatinya. Pria pemegang tanggungjawab tertinggi di Universitas Antariksa. Bisakah ia menepati janji yang sudah ia berikan kepada gadi...