"Tidak biaskah kau menungguku!" Suara Sean menggema di lorong apartemen. Ia mengikuti langkah Alena yang sudah jauh di depan sana.
"Aku sudah tidak tahan lagi, Uncle!" Alena menempelkan sidik jarinya lalu pintu tersebut terbuka. Ia segera berlari masuk tanpa menghiraukan kekesalan Sean.
Setelah beberapa saat Alena mulai keluar dari kamar mandi. Matanya mencari sosok Sean yang ia pikir juga mengikutinya ke kamar, tapi ternyata tidak.
Alena menemukan Sean yang tengah rebahan di atas sofa ruang tamu dengan lengan menutupi separuh wajahnya. Alena menghampiri dan duduk di samping Sean, Mengamati wajah lelah pria tersebut.
"Kenapa Uncle tidur di sini?" tanya Alena sambil menyingkirkan tangan Sean yang menutupi wajah.
"..."
"Apa Uncle sedang merajuk?" Alena tau Sean tidak sedang tidur. Pria itu mencoba mengabaikannya.
"..."
"Ya sudah kalau tidak mau berbicara denganku. Itu tidak masalah untukku." tutur Alena sambil mengulum senyum.
"Aku lelah. Aku akan beristirahat di kamar. Aku harap kau tidak akan mengganggu ku." Alena mulai beranjak pelan.
Secepat kilat tangan Sean merengkuh pinggang ramping Alena. Menariknya hingga terjatuh di atas tubuh Sean yang berotot. Sean tersenyum dengan mata terpejam. Ia lalu mengunci pergerakan Alena dengan membalik posisi tidurnya dengan Alena berada di bawah.
"Badanmu berat, Uncle!" Wajah Alena tepat berada di bawah dada Sean membuat gadis itu kesulitan untuk bernapas.
"Tidak sayang." Sean menyejajarkan wajahnya dengan wajah Alena. Menatap gadisnya dengan lembut. "Aku tidak sepenuhnya menindihmu." Sean menatap lama wajah Alena yang memerah.
Alena tertawa sambil menghindari ciuman bertubi-tubi dari Sean. "Uncle, tolong hentikan, wajahku sudah terasa sangat basah." Alena mencubit perut Sean yang sekeras batu.
Tidak memperdulikan rontaan Alena, Sean semakin meneruskan aksinya mencecap dan menjilati seluruh permukaan wajah kekasihnya hingga basah oleh air liurnya.
"Al, bolehkah aku memintanya sekarang?" tanya Sean dengan suara serak.
Alena membuka lebar matanya. Ia mengerti maksud dari ucapan Sean.
"Lihatlah! Wajahmu terlihat menggemaskan jika seperti itu."
Alena bertambah berang.
"Jangan harap aku akan memberikan milikku yang paling berharga kepada Uncle secara cuma-cuma."
Sean mengubah wajahnya menjadi datar. "Lalu aku harus membelinya terlebih dulu darimu, begitu?"
"Bukan, kesucianku hanya akan ku berikan untuk suamiku kelak." Alena menatap Sean serius.
"Hanya aku yang akan menjadi suamimu!" Sean menarik tubuhnya dari atas Alena. "Apa kau belum memiliki perasaan untukku?" tanya Sean menuntut.
"Sepertinya aku mulai merasakan perasaan itu. Aku merasa kehilangaan saat kau tidak ada di dekatku. Aku juga selalu merindukan kehadiranmu saat kau jauh. Tapi aku tidak ingin menyakiti Aunty." Aku Alena dengan kepala menunduk.
"Pikirkan perasaanmu. Jangan hiraukan yang lain!" ucap Sean.
"Aku juga ingin seperti itu, tapi aku tidak bisa. Aunty Amber wanita yang sangat baik. Dia tidak pantas disakiti. Aku tidak akan tega melakukan itu." Alena menatap Sean tanpa berkedip.
"Jangan tertipu oleh sikap manisnya! Dia tidak sebaik yang kau kira. Dia lebih berbahaya dari racun apa pun."
"Tidak pernah terpikir olehku kalau Uncle akan berkata seperti itu tentang Aunty. Aku rasa Uncle sendirilah yang bersikap sangat jahat." Mata Alena sudah memerah karena menahan tangis dan amarah secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Simpanan Uncle
Romance(PROSES REVISI) 21+ Karena suatu hal yang tidak Alena ketahui, ia terpaksa menjadi kekasih gelap pamannya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu benih cinta mulai tumbuh di hati Alena tanpa bisa dicegah. Hingga suatu ketika Alena menerima kenyata...