"Alena bangun ini sudah jam berapa? Memangnya kau tidak pergi ke kampus?" teriak Amber sambil mengedor pintu kamar Alena.
Masih hening tidak ada sahutan dari dalam. Sambil menghela napas kasar Amber kembali mengedor pintu tersebut dengan lebih keras.
"Aku sudah bangun. Astaga Aunty berisik sekali!" teriak Alena sambil mendudukkan dirinya di atas kasur.
Setelah kesadaranya mulai pulih, Alena langsung membelalakkan mata saat melihat jam di atas nakas sudah menunjukan pukul sepuluh pagi.
"Oh god! Kenapa Aunty tidak membangunkanku dari tadi?" pekik Alena lalu segera melompat ke kamar mandi. Terlalu lama jika harus mandi, pikir Alena. Jadi ia memutuskan untuk membasuh muka dan menggosok gigi saja.
Di luar Amber hanya menghela napas panjang. Hal seperti itu sudah sering sekali terjadi.
Lima menit kemudian Alena keluar dari walk in closet dengan penampilan rapi. Hanya tinggal menyisir rambut panjangnya yang ia biarkan tergerai bebas. Alena harus segera berangkat karena pagi ini ada kelas yang harus ia ikuti. Dalam hati gadis tersebut tak henti-hentinya merapalkan doa, memohon kepada Tuhan untuk memberi keajaiban agar ia tidak jadi terlambat.
"Alena, kau tidak sarapan dulu?" tanya Amber kepada Alena yang berjalan dengan tergesa menuju pintu utama.
"Tidak Aunty! Aku sudah sangat terlambat. Aku akan langsung berangkat saja," jawab Alena dengan raut wajah paniknya.
"Biar ku antar!" Suara bariton tiba-tiba terdengar dari samping Alena.
Alena terkejut dan refleks menoleh ke samping. Manik Alena menatap sosok laki-laki di hadapannya, terpesona hanya itu yang ada di benak Alena. Di depannya berdiri tubuh tegap Sean dengan setelan jas mahalnya. Terlihat sangat tampan dengan rahang kokoh dan sorot mata tajam. Andai Sean bukan suami Bibinya mungkin Alena akan dengan mudah jatuh cinta padanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Alena yang membeku di tempat, Sean segera melangkah keluar.
"Aunty aku pergi." pamit Alena kemudian.
Di dalam mobil mereka hanya diam tanpa saling berbicara. Sudah menjadi kebiasaan keduanya saling bungkam saat sedang bersama. Alena tidak menyukai pria di sampingnya itu, ia begitu muak dengan sikap Sean yang suka seenaknya sendiri.
"Kau ingat pesanku kemarin kan?" ujar Sean yang melirik sebentar ke arah Alena.
"Ya," jawab Alena dengan tak acuh.
"Ayolah, Sayang! jangan mengabaikanku seperti itu!" cetus Sean. Pria tersebut membagi konsentrasinya dengan jalanan yang cukup padat.
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Setidaknya beri aku sebuah ciuman di bibir sebagai ucapan selamat pagi," balas Sean sambil mengulum senyum.
"Hanya dalam mimpimu!" jawab Alena ketus.
Sean terkekeh. Tangannya terulur meraih jari lentik Alena lalu dikecupnya.
***
"Alena...!"
Alena menoleh saat mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal memanggil namanya. Di sana di ujung lorong, kekasihnya tersenyum lebar sambil berjalan menghampirinya.
"Kau mau ke mana?" tanya Arsen setelah tiba di hadapan Alena.
"Ingin pulang. Hari ini aku tidak diizinkan mengikuti kelas. Gara-gara bangun kesiangan membuatku terlambat ke kampus," aku Alena lesu.
"Sudahlah, jangan sedih seperti itu!" kata Arsen sambil mengusap rambut Alena untuk menenangkan gadisnya.
Alena mengangguk lemah. Arsen merupakan kekasih Alena sudah sejak satu tahun yang lalu. Pemuda itu baik dan sangat perhatian pada Alena. Arsen laki-laki yang cukup tampan dengan tubuh tinggi tidak besar cenderung kurus, memiliki lesung pipi yang terlihat manis saat ia tersenyum.
"Mau langsung aku antar pulang atau jalan-jalan terlebih dahulu?" tanya Arsen, ia tau kekasihnya sedang tidak dalam mood yang baik.
Alena tampak berpikir. "Memangnya kau tidak ada kelas pagi ini?"
"Masih nanti siang. Jadi bagaimana?"
"Terserah kau saja," jawab Alena pasrah dengan senyum paksanya.
Setelahnya sepasang kekasih itu berjalan beriringan menuju parkiran kampus sambil bergandengan tangan. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Namun, pasangan tersebut tidak terlalu memperdulikannya.
"Aku sangat mencintaimu Alena, sangat!" batin Arsen dengan rasa cinta yang begitu dalam untuk gadis di sampingnya itu.
***
Seperti biasa makan malam diiringi dengan kesunyian. Hanya sesekali Amber bercerita dengan heboh. Namun, hanya dianggap angin lalu oleh suami dan keponakannya. Alena hanya merespons dengan mengangguk dan tersenyum sekilas, lain halnya dengan Sean yang hanya diam dengan wajah datarnya tanpa memperdulikan celotehan sang istri.
"Al, aku besok akan pergi ke Singapura. Kau tidak apa-apakan kalau aku tinggal?" kata Amber tiba-tiba sambil menatap Alena yang menghentikan kegiatan makannya.
"Aku tidak apa-apa!" jawab Alena sambil tersenyum. "Untuk apa Aunty pergi ke sana?" Alena meletakkan sendok yang ia pegang lalu fokus menatap Amber.
"Menghadiri pesta temanku. Mungkin aku akan pergi selama lima hari, sekalian berlibur." jelas Amber sambil melirik ke arah suaminya.
"Oh... Bersama Uncle juga?" Pertanyaan Alena membuat Sean mengangkat wajahnya. Alena membalas tatapan Sean dengan wajah sengit.
"Tidak, Uncle mu itu terlalu sibuk bekerja. Mana ada waktu untuk berlibur!" sindir Amber.
Sean langsung menoleh kepada istrinya sambil tersenyum kecut, lalu meraih gelas dan meneguknya hingga tandas.
"Maaf, mungkin lain waktu aku akan menemanimu!" ucap Sean menenangkan istrinya.
Amber membalas perkataan Sean dengan senyum tipis. Ia paham kalau suaminya itu pria yang sibuk. Toh, di sana ada banyak teman yang hadir jadi tidak masalah untuknya.
Sean beralih memperhatikan Alena. "Kau baru pulang?" tanya Sean melihat Alena masih menggenakan pakaian yang sama sejak pagi.
"Sebenarnya aku sudah pulang sejak tadi, tapi belum sempat membersihkan diri." Cengiran Alena membuat Sean mendengus.
"Dasar pemalas," gumam Sean.
Mata Alena sengaja dipelototkan untuk membalas ucapan lirih Sean yang masih mampu ia dengar. "Aku sudah selesai. Aku pamit ke kamar duluan ya," celetuk Alena yang langsung beranjak dari kursinya lalu berjalan tergesa keluar dari ruang makan.
Diam-diam Sean memperhatikan langkah Alena yang berjalan cepat hingga menghilang. Di lubuk hati yang paling dalam Sean ingin sekali memiliki gadis itu seutuhnya, tapi ia sadar bahwa yang ia sukai keponakannya sendiri. Anak dari mendiang kakak istrinya. Tak ingin kembali dipusing dengan hal itu, Sean membuang napasnya kasar lalu berdiri dari kursinya. Ikut meninggalkan meja makan tanpa memperdulikan Amber yang menatap punggung tegapnya dengan bingung.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Simpanan Uncle
Romance(PROSES REVISI) 21+ Karena suatu hal yang tidak Alena ketahui, ia terpaksa menjadi kekasih gelap pamannya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu benih cinta mulai tumbuh di hati Alena tanpa bisa dicegah. Hingga suatu ketika Alena menerima kenyata...