Chapter 24 - Benci Diabaikan

5.4K 214 6
                                    

Alena membolak-balikkan tubuhnya karena gelisah. Sudah hampir pukul satu pagi namun mata gadis tersebut begitu sulit untuk dipejamkan. Besok adalah hari pertama Alena masuk kerja, tapi bukan itu yang tengah Alena pikirkan. Melainkan keberadaan Sean yang tidak Alena ketahui.

Perasaan bersalah masih bersarang di benak Alena akibat kejadian tadi pagi. Alena terus merutuki ulah Arsen yang menciumnya tanpa permisi. Ditambah lagi bertepatan saat pintu lift terbuka berdiri sosok Sean menatap datar Alena yang sedang berada dalam rengkuhan laki-laki lain.

"Huh, kenapa liftnya tidak berhenti di lantai yang lain saja dan kenapa Uncle harus menyaksikan kejadian itu? Hingga saat ini Uncle belum juga kembali. Aku yakin dia terluka. Pasti kejadian itu sudah membuatnya salah paham." Alena mendudukkan dirinya sambil mengacak rambut pelan.

Alena kemudian bangkit lalu keluar dari kamar berniat ingin ke dapur. Akibat memaksakan diri untuk tidur membuat Alena tiba-tiba dilanda lapar.

Di luar kamar keadaannya sangat sunyi hanya beberapa lampu saja yang dibiarkan menyala. Renata sang asisten rumah tangga juga sudah terlelap.

Tiba di ruang tengah Alena menjumpai Sean yang masih terjaga dengan laptop berada di atas pangkuan.

"Sejak kapan Uncle pulang?" Alena cukup terkejut melihat Sean ada di sana. Ia pikir Sean tidak akan pulang ke apartemen.

Mata Sean melirik Alena sebentar lalu kembali fokus ke layar laptop. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Sean. Alena mengerucutkan bibirnya setelah dianggap angin lalu oleh Sean.

"Jadi begitu cara dia merajuk!" ucap Alena setelah tiba di meja dapur.

Segelas air putih berhasil Alena teguk hanya dalam satu tarikan napas. Alena melihat ke semua sudut mencari sesuatu yang bisa untuk mengganjal perutnya.

"Sereal sepertinya bukan ide yang buruk. Aku malas kalau harus memasak di pagi buta."

Meski hanya membuat sereal Alena menciptakan suara-suara dentingan dari peralatan dapur yang ia gunakan sehingga cukup menimbulkan kehebohan.

Tak berapa lama Renata menghampiri Alena yang tengah menyendok makanannya sambil berdiri di kitchen table.

"Apa yang sedang Nona lakukan sepagi ini?" Mendengar suara Renata, Alena menoleh ke belakang.

Alena membalas pertanyaan Renata dengan cengiran.

"Anda bisa membangunkan saya kalau menginginkan sesuatu."

"Ini mudah kok. Aku bisa membuatnya sendiri. Kenapa kau bangun? Aku memengganggu tidurmu ya," ujar Alena.

"Tidak Nona. Saya hanya ingin mengambil air minum... Anda yakin tidak butuh bantuan?"

Alena menggeleng.

"Baik. Saya akan kembali ke kamar."

Tangan Alena terangkat sambil digerakkan untuk mengusir Renata. "Pergilah! Tidur yang nyenyak," kata Alena.

"Saya permisi!" Renata membungkuk lalu berbalik.

Alena tersenyum kemudian kembali berkutat dengan mangkuk yang berisi sereal.

"Ren, sebelum kembali ke kamar buatkan kopi untukku!"

Alena menghentiakan tangannya yang akan menyuapkan makanan ke mulutnya saat mendengar samar suara Sean memberi perintah kepada Renata.

"Syukurlah dia masih bisa berbicara."

"Apakah pria tua itu memintamu untuk membuatkan kopi?" tanya Alena pada Renata yang kembali memasuki area dapur.

Renata mengangguk canggung.

"Biar aku saja!" Alena menawarkan diri.

"Jangan, nanti tuan bisa marah." ucap Renata rendah.

 Kekasih Simpanan UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang