Chapter 39 - Kemewahan Bukan Segalanya

3.6K 161 11
                                    

Setelah menempuh lika-liku perjalanan cinta yang cukup melelahkan. Pada akhirnya Sean dan Alena bisa membawa cinta mereka ke dalam hubungan sakral pernikahan. Satu bulan sudah keduanya hidup bersama sebagai pasangan suami istri. Kebahagiaan berusaha Sean berikan untuk sang istri. Begitupun dengan Alena yang terus mencoba untuk berpikir sedikit lebih dewasa agar tidak ada kesalah pahaman yang membuat dirinya melakukan hal-hal konyol.

Selama itu pula Alena hanya berdiam diri di mansion. Menunggu Sean kembali dengan bosan. Ia tidak ingin egois dengan tidak memaksakan kehendak. Ia ingin patuh dengan semua perkataan suaminya.

Tiba-tiba hembusan napas halus meraba tengkuk Alena yang dibiarkan terekspose. "Sean, apa yang kau lakukan?"

"Akhir-akhir ini kau sering melamun. Ada apa?" Sean menautkan kedua tangannya di depan perut Alena.

"Entahlah, mungkin hanya di tempat ini aku bisa melepas sejenak rasa suntuk yang kian menggunung!" cetus Alena rendah.

"Kau bisa pergi belanja agar tidak bosan."

"Apa lagi yang harus ku beli, Sean? Semua sudah kupunya." jawab Alena lesu.

Sean mendesah ringan. "Kau bisa pergi berkumpul dengan teman wanitamu."

"Aku tidak percaya lagi dengan teman." sanggah Alena cepat.

"Apa kau merasa tidak nyaman dengan keinginanku yang secara tidak langsung telah memaksamu?" Sean menjeda ucapannya. "Sekarang coba katakan apa yang kau inginkan? Asal itu bisa membuatmu bahagia akan ku pertimbangkan."

Tubuh Alena menegang dalam dekapan Sean. "Kau yakin ingin mendengar jawabanku?"

"Tentu sayang!"

Ada banyak keninginan Alena yang kini mulai tersusun rapi di otaknya. Masa mudanya belum bisa ia lepas sepenuhnya. Meski kini ia sudah menjadi seorang istri dari pengusaha sukses, namun Alena tidak bisa terus bersikap manja. Ia butuh kesibukan.

"Aku--,"

"Asal bukan kembali melanjutkan kuliahmu yang terhenti!" potong Sean cepat.

Wajah Alena segera didongakkan. "Kenapa tidak boleh? Katamu apapun yang bisa membuatku senang!"

"Makanya kata-kata itu segera ku ralat! Dengan kau kembali kuliah waktu kebersamaan kita akan semakin sedikit!" Sean mengutarakan alasannya.

Alasan yang Sean lontarkan membuat Alena menghela napas lemah. "Terus apa gunanya kau bertanya? Sama saja kau menolak kemauanku yang belum sempat terucap."

Tangan Sean meraba perut Alena yang tertutup piyama sutra. "Apakah kau tidak pernah berpikir, mungkin saja di dalam sini sudah tumbuh kehidupan!"

"Aku tidak pernah lupa mengingatkanmu untuk selalu memakai pengaman. Jadi, aku tidak mungkin hamil!"

Sebelah alis Sean terangkat. "Kau yakin!"

"Sangat yakin." Alena tersenyum simpul.

"Semoga saja keyakinanmu itu nantinya tidak membuatmu kecewa," batin Sean.

Sebuah kecupan Sean layangkan ke sebelah pipi Alena. Suasana terasa menjadi sedikit lebih romantis. Sampai-sampai bulu kuduk Alena meremang, ia butuh sentuhan lebih.

"Bagaimana kalau menjadi sekertarisku saja? Kita akan punya lebih banyak waktu untuk bersama."

"Tidak mau. Lagi pula mau kau kemanakan sekertarismu yang sekarang?" jawab Alena cepat sambil menatap lurus ke depan.

"Dia tidak akan ke mana-mana."

"Lalu apa yang harus ku kerjakan kalau Rebecca masih bekerja di sana? Kau ini aneh sekali." omel Alena sebal.

 Kekasih Simpanan UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang