Chapter 13 - Kecemburuan Sean

6.1K 237 0
                                    

Tingkah konyol temannya membuat Alena tidak henti-hentinya tertawa.  Di atas meja sudah tersedia berbagai macam jenis minuman. Alena sama sekali tidak ada niatan untuk menyentuh minuman yang mengandung alkohol. Ia ingin bermain aman dengan memilih orange jus. Alena meraih gelas kristal berkaki tinggi lalu menuang orange jus tersebut kedalamnya.

"Maaf aku sedikit terlambat!" seru gadis yang baru saja tiba dengan setengah berteriak.

Alena mengarahkan matanya pada perempuan ular itu. Melda balas menatap dengan raut wajah penuh penyesalan. Alena memutus tatapannya kemudian beralih menatap layar ponsel yang kembali menyala dalam genggamannya. Senyum Alena terbit saat membaca pesan singkat dari Sean yang merengek mengajak pulang secepatnya.

Dari seberang meja Melda menatap penuh arti Alena yang sedang menarikan jempolnya pada layar smartphone. Melda ingin sekali mendekati Alena namun ia tidak memiliki kebaranian.

Setelah cukup lama menikmati keasyikan bersama taman-temannya, Alena seolah melupakan keberadaan pria yang tampak gelisah dalam duduknya. Alena beranjak saat merasa kantung kemihnya mulai penuh dengan kilat ia melarikan kakinya mencari letak toilet.

Terdengar hentakan keras dari hak tinggi yang Alena pakai, mengiringi setiap langkah lebar gadis tersebut di sepanjang koridor. Alena tampak sudah tidak sabar untuk segera sampai ke tempat tujuannya.

Tanpa memperhatikan sekelilingnya Alena langsung saja memasuki toilet untuk menuntaskan keinginannya itu.

Setelah selesai melakukan ritual yang membuatnya lega, Alena segera keluar dari toilet yang sepi. Ia menarik pintu yang cukup berat lalu segera keluar. Seketika bola mata gadis itu membesar. Alena berdiri memantung di depan toilet seperti orang idiot.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Alena dengan suara sedikit bergetar.

"Aku sengaja menunggumu di sini!"

"Kita sudah tidak ada urusan apa pun lagi. Pergilah!" ucap Alena ketus.

"Ada yang perlu ku luruskan di sini. Aku selalu mencari kesempatan untuk bisa menemuimu, tapi sangat sulit untuk bisa masuk ke unit apartemen yang kau tinggali sekarang."

"Aku tidak ada waktu untuk mendengar omong kosongmu."

"Please, sebentar saja!"

"Aku bilang tidak!" bentak Alena. Rasa sakit muncul kembali pada diri Alena saat melihat wajah pemuda yang sudah mengkhianatinya.

Arsen mengepalkan kedua tangannya kuat lalu menyeret paksa Alena menuju lorong yang cukup sepi.

"Arsen, kau mau membawaku ke mana?" Terlihat jelas wajah panik Alena saat pemuda itu menariknya.

Arsen memojokan Alena ke dinding. Kedua lengan Arsen diletakkan di samping tubuh Alena untuk mengunci pergerakan gadis tersebut.

"Aku tidak ada hubungan apapun dengan Melda. Yang pernah kau lihat itu hanya kesalah pahaman. Aku juga bingung saat terbangun dalam keadaan seperti itu." Arsen menatap redup Alena.

"Tak pernah sekali pun aku berpikiran untuk mengkhianatimu, sayang." tutur Arsen lembut.

"Lalu, bisa kau jelaskan kenapa kalian bisa tidur dalam satu ranjang dengan keadaan sama-sama polos?!" cetus Alena dengan mata tampak berkilat.

 Kekasih Simpanan UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang