Chapter 41 - Jangan Menghindar 1

3.1K 144 1
                                    

"Bagaimana?" Sean langsung berucap saat Leo berdiri cukup jauh dari mejanya.

"Semua sudah saya bereskan. Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan lagi."

"Bagus." Sean terlihat puas.

"Kemari! Ada yang mau ku bicarakan denganmu." Sean menutup berkas yang sebelumnya ia baca sambil mengamati sang asisten berwajah dingin.

Leo tersenyum kaku. Aura yang Sean miliki selalu saja mengintimidasinya. Meski perasaan itu mampu ia tutupi.

Leo mendekat ke samping Sean.

"Malam ini kau harus menggantikanku menghadiri pertemuan dengan para Direktur. Aku sedang malas pergi!"

"Baik Tuan."

"Lakukan tugasmu dengan baik."

"Siap Tuan." Dengan nada tegas.

"Bagaimana Alena? Apakah dia sudah mau turun dari tempat tidur? Sejak keluar dari rumah sakit dia terus saja mendiamiku. Gadis itu benar-benar tega," ujar Sean cepat.

"Dari yang saya lihat nona baik-baik saja." Leo langsung mengunci rapat mulutnya setelah teringat sesuatu.

Bahkan nona sempat memintaku untuk mengusap perutnya. Kalau tuan tau aku bisa mati di tangannya detik ini juga.

Sean menatap Leo lagi sambil mengeryit. Namun segera menormalkan kembali raut wajahnya. "Baiklah. Aku akan segera pulang untuk menemunya."

"Sebaiknya Anda memberi waktu nona untuk menikmati kesendiriannya dulu. dokter juga menyarankan itu kan."

"Leo, kau taukan aku tidak bisa terlalu lama berjauhan dengan Alenaku." Sean memberi tatapan peringatan.

"Itu juga untuk kenyamanan nona, Tuan!"

"Tutup mulutmu! Aku tidak butuh kau ceramahi. Keluarlah!" Suara Sean dinaikan.

"Maaf Tuan. Saya permisi." Pamit Leo yang mendapatkan usiran keras.

Sensi sekali. Mungkinkah Tuan Sean juga ngidam seperti yang nona Alena alami?

***

"Kau mau apa lagi?" Alena menggeser duduknya. Namun, Sean kembali mendekat hingga keduanya saling menempel.

"Astaga, bisa menjauh tidak!" Alena menoleh. Ia melotot tajam menunjukan protesnya.

Tangan Sean menahan pinggang Alena agar berhenti menghindar.

"Mengertilah sedikit keadaanku," kata Alena kemudian dengan lesu. "Aku bukan membencimu. Aku sendiri pun tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku."

"Akan ku panggilkan dokter untuk memeriksamu kembali. Aku rasa ada masalah dengan otakmu akibat kecelakaan kemarin."

Alena menatap Sean syok. Dia pikir aku ini gila apa!

Tangan Sean sudah merogoh saku celananya. Sebuah benda pipih sudah ada dalam genggamannya. Jemarinya sudah menari-nari di atas layar, mencari kontak dokter yang kemarin menangani istrinya.

"Hei, apa yang ingin kau lakukan? Aku baik-baik saja. Aku hanya tidak ingin dekat-dekat denganmu. Itu bukan suatu penyakit kan!" Alena sudah akan merebut ponsel Sean namun gerakannya kalah cepat dari Sean yang mengangkat tinggi ponsel tersebut.

Sean mendengus kesal. Ia menatap Alena dengan wajah tanpa ekspresi. Alena pun beringsut mundur dengan membuang muka ke arah lain.

"Kau bilang apa? Bukan penyakit." Sean tertawa rendah. "Bahkan itu lebih berbahaya dari semua penyakit yang ada di muka bumi ini!"

 Kekasih Simpanan UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang