Bagian 28 - Orang Asing

3.2K 185 3
                                    

"Sudah sampai, Tuan!" kata Leo memberitahu Sean yang masih diam di tempatnya.

"Anda tidak ingin keluar?"

Sean menatap sekelilingnya lalu memijat pelipisnya pelan. "Aku lupa memberitahumu mulai sekarang aku akan tinggal kembali di mansion." Sean menjeda ucapannya, "jangan tanya kenapa dan segera pergi dari sini."

Leo mengangguk patuh. "Lalu bagaimana dengan Nona Alena?"

"Jangan membahas gadis itu lagi!"

"Baik." Leo cukup terkejut mendengar suara tinggi Sean, tapi Leo tidak bisa memaksa Sean untuk bercerita meski ia sebenarnya ingin tau permasalahan yang tengah menimpa sang tuan.

"Besok pagi kau harus mengambil barang-barangku yang masih tertinggal di apartemen."

"Baik, akan saya lakukan."

"Bagus!" cetus Sean singkat.

Leo kembali melajukan kendaraannya keluar dari lobby depan apartemen.

Sean menyandarkan punggungnya dengan kedua tangan disilangkan ke depan dada. Perasaannya semakin tidak menentu. Sean memejamkan mata sepanjang perjalanan, masih terlihat jelas bayangan wajah Alena dalam angannya.

"Ternyata jatuh cinta harus melewati ujian yang menyakitkan. Aku sudah berusaha memberikan yang terbaik namun kenyataannya tidak sesuai harapan. Apa mungkin aku terlalu memaksakan?" batin Sean dengan kekacauan yang menimpa dirinya.

Diam-diam Leo memperhatikan tuannya melalui kaca spion. Wajah tanpa ekspresi Sean cukup membuat Leo ikut bersedih. Leo tau di balik wajah datarnya, Sean menyimpan sebuah luka.

"Semoga permasalahan di antara keduanya segera usai. Jangan sampai masalah ini membuat tuan kembali menjadi pria brengsek." Leo bicara dalam hati.

Merasa ada sesuatu yang ia lupakan, Leo menoleh ke belakang dan matanya langsung bertubrukan dengan mata sayu Sean.

"Ada apa?"

"Maaf, saya lupa memberitahukan kalau di mansion ada Nona Sarah. Dia baru datang kemarin."

"Kau baru memberitahuku sekarang? Bersama siapa dia kemari?" tanya Sean.

"Sendiri. Nona Sarah akan menumpang di mansion tuan selama tiga hari," ujar Leo sambil fokus dengan kemudinya.

Sean hanya beroh ria.

"Saya pikir sebelumnya Nona sudah memberitahkan hal ini kepada Tuan."

"Belum!"

***

Keesokan paginya...

Alena berjalan gontai memasuki lobby perusahaan. Wajahnya tidak secerah biasanya, itu diakibatkan karena ia begadang semalaman untuk menunggu Sean yang tak kunjung datang.

Alena pikir Sean akan tetap pulang ke apartemen meski ia tengah marah. Namun, pemikiran Alena salah. Saat ini Sean benar-benar marah kepadanya hingga enggan untuk menemuinya.

Langkah Alena yang diiringi suara hentakan sepatu hak tinggi perlahan melambat. Alena menajamkan penglihatannya kemudian ia kembali melangkah lebar untuk menghampiri tubuh tegap Sean yang berdiri di depan lift bersama asisten pribadinya.

 Kekasih Simpanan UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang