Tiba di kampus Alena berjalan menyusuri koridor menuju ruang kelasnya.
"Alena!"
Seorang gadis menubruk tubuh Alena cukup kuat, membuat Alena terhuyung ke belakang lalu ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Aku merindukanmu," kata Melda yang tidak lain sahabat Alena sejak sekolah menengah atas.
"Kita hampir setiap hari bertemu, Mel. Apa yang membuatmu selalu rindu padaku?" balas Alena sambil memutar bola matanya jengah.
Melda hanya membalas dengan tawa.
"Tumben sendiri, dimana kekasihmu yang tampan itu?" tanya Melda.
"Entahlah, hari ini aku belum bertemu bahkan mendapat kabar darinya!" jawab Alena dengan nada malas.Sejak tadi Alena mencari keberadaan Arsen, tapi pemuda itu sama sekali belum terlihat batang hidungnya. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi sehingga memicu khawatiran Alena.
"Atau jangan-jangan sedang berkencan dengan gadis lain," tebak Melda asal.
"Jangan asal bicara! Arsen sudah cinta mati padaku tidak mungkin dia berpaling dariku," jawab Alena penuh percaya diri."Ya, ya, ya. Aku percaya."
Tanpa berbicara lagi mereka segera masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti mata kuliah yang akan segera dimulai.
Alena tidak bisa fokus dengan apa yang sedang diterangkan oleh dosennya. Dalam otaknya dipenuhi dengan sosok Sean. Alena takut jika lama kelamaan ia akan terjerat oleh pesona pria tersebut. Sean dengan segudang kekayaan, wajah rupawan, postur tubuh yang proporsional, dan perut kotak-kotaknya merupakan pria idaman bagi setiap wanita. Baru membayangkan saja perut Alena sudah terasa melilit.
Suara pintu terbuka menyadarkan Alena dari bayangan tubuh Sean yang tidak bisa ia pungkiri sangat menakjubkan, dan ternyata mata kuliah ke dua sudah selesai tanpa Alena sadari.
"Huh, sepertinya aku sudah tertular virus mesumnya si tua Sean!" rutuk Alena. Ia segera memasukan beberapa barang ke dalam tas lalu ikut meninggalkan kelas.
Alena membawa langkahnya menuju gerbang depan kampus untuk menghentikan taksi, karena mata kuliahnya telah usai sehingga ia ingin segera pulang. Hari ini Alena tidak membawa mobil sebab pagi tadi Sean yang mengantarnya. Itu pun dengan berbagai ancaman.
Tiba di tengah jalan Alena dihadang oleh Melda. Gadis itu meminta Alena untuk menemaninya mencari hadiah ulang tahun untuk keponakannya. Tanpa berpikir Alena langsung mengiyakan ajakan dari sahabatnya tersebut.***
"Woahh!" pekik Melda keras.
"Apa yang kau lakukan? Segera tutup mulutmu! Dasar kampungan. Memalukan!" Berbagai umpatan Alena layangkan pada Melda.
Melda meringis sambil menggaruk lehernya. "Sorry, aku kelepasan."
"Semua orang jadi menatap kita gara-gara teriakanmu itu," ujar Alena sambil menatap geram Melda."Aku sudah lama tidak pergi belanja. Saat melihat deretan baju-baju mahal ini jiwa miskinku langsung meronta-ronta," jelas Melda membela dirinya.
"Memang pacar Bule-mu itu sekarang sudah berubah melarat hingga tidak bisa mengajakmu belanja lagi?"
Melda masih sibuk memilih baju-baju yang tergantung rapi. Kedua matanya tampak berbinar cerah. "Aku sudah tidak bersamanya!" jawab Melda datar.
"Benarkah? Kau tidak memberitauku."
"Dia sudah kembali ke negaranya dan asal memutuskan hubungan begitu saja, tapi aku juga tidak terlalu peduli hanya sedikit kesal saja karena kehilangan ladang uangku. Dan asal kau tau, aku sudah mendapat calon penggantinya!" kata Melda semangat.
Alena menaikan sebelah alisnya. "Cepat sekali. Memang pria mana yang mau diperas olehmu?""Sean Wijaya, pamanmu yang seksi itu!" seru Melda yang langsung dihadiahi jitakan di kepala dari Alena.
"Dasar sinting! Uncle sudah beristri masih mau kau rebut juga," cetus Alena keras.
"Hahahaha! aku siap menjadi istri keduanya," balas Melda sambil menjauh dari Alena sebelum mendapat jitakan berikutanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Simpanan Uncle
Romansa(PROSES REVISI) 21+ Karena suatu hal yang tidak Alena ketahui, ia terpaksa menjadi kekasih gelap pamannya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu benih cinta mulai tumbuh di hati Alena tanpa bisa dicegah. Hingga suatu ketika Alena menerima kenyata...