"Nona!"
"Nona!"
"Bangun Nona," seorang pelayan menepuk pelan bahu Alena yang tak kunjung merespon.
Terpaksa. Ketiga pelayan tersebut akhirnya menarik selimut yang menggulung Alena. Hawa dingin langsung menusuk kulit Alena yang tidak tertutup pakaian. Alena merentangkan kedua tangannya lalu membuka mata, Dan menatap ketiga orang di hadapannya secara bergantian.
Ia pun kemudian duduk di tepi tempat tidur dalam keadaan belum sepenuhnya sadar. "Ada apa? Ini masih terlalu pagi."
"Maaf, Nona. Kami diperintahkan untuk mempersipkan Anda."
"Air hangat sudah kami siapkan. Segeralah berendam. Karena sebentar lagi akan ada yang datang." lanjut pelayan yang lain.
Belum ada yang Alena pikirkan setalah mendengar perkataan pelayan tersebut. Rasa kesal karena terganggu membuntukan cara pikirnya sehingga tidak menyadari sesuatu yang janggal.
"Mohon kerja samanya, Nona! Tuan akan memecat kami kalau tidak segera membawa Anda ke hadapannya."
Tatapan mata Alena dilemparkan ke arah para pelayan. Semuanya menunduk dengan wajah cemas. "Memang ada apa? Aku sendiri tidak tau apa-apa!"
"Kami tidak memiliki wewenang untuk mengatakan apa pun kepada Anda," jawab si pelayan takut-takut.
Lagi-lagi Alena harus memecahkan teka-teki seorang diri. Ia pun berdiri. "Oke. Aku akan melakukan apa saja yang kalian suruh!"
"Maaf, Nona."
"Tak apa!"
Tiga puluh menit kemudian, 07:30
Sebuah bathrobe putih Alena kenakan sebelum keluar dari kamar mandi. Di sana berdiri dua pelayan. Menanti sang Nona yang sedang menatap pantulan dirinya di cermin.
"Apa lagi yang harus ku lakukan?"
"Mari keluar. Di kamar sudah ada yang menunggu Nona."
Menungguku? pikir Alena.
"Siapa dan mau apa?"
Tidak ada jawaban.
"Sungguh aku pusing mendapati semua orang di mansion berprilaku menyebalkan!" Gadis itu pun keluar.
Tercengang. Bingung. Alena membeku di depan pintu kamar mandi. Dua orang yang tengah tersenyum, Alena abaikan. Mata bulat itu menatap takjub sebuah gaun putih yang menjuntai indah. Ekor gaun tersebut sangat panjang. Yang lebih memukau lagi gaun tersebut bertaburan batu berlian yang berkilau diterpa sinar lampu.
"Apakah gaun itu untukku? Tapi untuk apa aku memakain gaun yang cocok digunakan oleh pengantin. Apakah...."
Alena tersadar saat wanita cantik menghampirinya.
"Hallo Nona. Perkenalkan saya Ella, perancang busana yang ditunjuk Sean untuk merancang gaun spesial untuk pernikahan Anda. Saya harap Anda akan menyukai desain saya ini." Wanita itu tersenyum manis menunggu respons positif dari Alena.
Isi kepala Alena berubah kosong. Tidak ada yang bisa ia pikirkan. Semua seperti mimpi. Kata-kata pernikahan belum pernah terpikir dalam benaknya.
Wanita itu pun menoleh kepada pria gemulai yang terlihat menahan napas. Ekspresi yang Alena tunjukan tidak seperti yang kedua orang itu bayangkan.
"Kau baik-baik saja?" Ella sang desainer berujar pelan.
Alena berjingkat. Bola matanya berputar ke segala arah. Gugup dan bingung masih mendominasi. "T-tapi siapa yang akan menikah? Tentu bukan aku kan! Karena tidak ada obrolan tentang pernikahan sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Simpanan Uncle
Romansa(PROSES REVISI) 21+ Karena suatu hal yang tidak Alena ketahui, ia terpaksa menjadi kekasih gelap pamannya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu benih cinta mulai tumbuh di hati Alena tanpa bisa dicegah. Hingga suatu ketika Alena menerima kenyata...