"Selamat pagi, Sir!" sapa Alena pada pria muda bersetelan formal yang merupakan atasan barunya.
Alena berdiri di tengah ruangan dengan rasa gugup karena dihari pertamanya masuk kerja ia datang terlambat. Napas yang Alena hembuskan belum sepenuhnya teratur. Pandangannya ke bawah dengan tatapan tidak fokus.
"Kau sekertaris baru?"
"Benar, Sir." jawab Alena terbata.
"Bukannya jam kerja sudah di mulai sejak tiga jam yang lalu, kenapa baru datang?" Wakil CEO yang diketahui bernama Kelvin menatap tegas Alena dari tempatnya duduk.
"Maaf tadi saya sempat mengalami kecelakan kecil saat menuju kemari."
"Tolong beri saya kesempatan untuk memulai pekerjaan saya. Saya berjanji kedepannya akan datang tepat waktu." Alena menatap bingung pria tampan yang mulai beranjak dari kursi.
Rambut hitam klimis yang disisir ke belakang serta terdapat bulu halus disekitar rahangnya membuat Kelvin terlihat seperti pria matang meski usianya masih terbilang muda.
Kelvin berjalan pelan memutari meja kerjanya lalu mendudukkan dirinya di tepi meja sambil menatap Alena lekat. "Saya tau kau keponakan dari pemilik perusahaan ini tapi saya tidak akan memperlakukanmu dengan istimewa, kau sama seperti karyawan lainnya. Jadi, jangan karena kau masih ada hubungan keluarga dengan Mr. Wijaya kau bisa datang dengan seenaknya."
"Saya paham, Sir."
"Merari akan memberitahu apa saja yang harus kau kerjakan. Dan kau bisa memberitahukan kepadanya mengenai jadwal kuliahmu sehingga dia bisa menyesuaikan jam kerjamu agar tidak bertabrakan." Kelvin tidak melepas tatapannya dari sosok Alena yang lebih banyak menundukkan kepala.
"Baik. Saya akan berusaha bekerja dengan sebaik mungkin."
"Memang seperti itu seharusnya. Sekarang keluarlah! Temui wanita yang berada di meja depan," suruh Kelvin datar.
Kepala Alena terangkat, dengan canggung ia memberi sedikit senyum sebelum berbalik badan. "Saya permisi," ucapnya pelan.
Dengan segera Alena melangkah menuju pintu. Dada yang berdebar karena saking gugupnya membuat Alena menghirup napas sebanyak-banyaknya setelah berhasil keluar dari ruangan yang penuh ketegangan.
"Kenapa pria tampan selalu bersikap dingin? Aku hampir sesak napas berada di dalam meski hanya sebentar."
Di meja tak jauh dari Alena berdiri terlihat seorang wanita yang tengah mengerutkan kening melihat tingkah Alena yang dirasa tidak wajar.
***
Jam istirahat baru di mulai beberapa menit yang lalu. Alena berdiri lesu di depan lift sambil memegang sebuah dompet abu-abu. Alena ingin pergi makan siang ke cafetaria yang berada di lantai satu. Ia pergi sendiri karena Merari masih disibukkan dengan tumpukan dokumen penting yang memaksanya untuk tetap bertahan di meja kerjanya.
"Aku tidak membayangkan akan semelelahkan ini," keluh Alena.
"Tapi tidak masalah. Semua butuh proses. Aku hanya perlu membiasakan diri."
Terdengar suara pintu lift bergeser. Mood Alena semakin runtuh setelah sosok Sean muncul dari balik pintu lift yang terbuka secara perlahan.
"Hallo, sayang!" Sean mengedipkan sebelah matanya. Bibir merah alami yang dimiliki pria itu membentuk sebuah senyuman.
"Dia tersangka utama yang membuat hariku menjadi sangat-sangat buruk." Alena menatap Sean kesal.
Tak ingin berada dalam satu lift bersama Sean, Alena setengah berlari menuju toilet wanita untuk menghindari pria tersebut. Alena tidak sempat menoleh ke belakang saat kabur dari hadapan Sean sehingga ia tidak tau Sean mengejarnya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Simpanan Uncle
Storie d'amore(PROSES REVISI) 21+ Karena suatu hal yang tidak Alena ketahui, ia terpaksa menjadi kekasih gelap pamannya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu benih cinta mulai tumbuh di hati Alena tanpa bisa dicegah. Hingga suatu ketika Alena menerima kenyata...