Guruku, Kyai Gholib Mustofa

13 2 0
                                    

Ini mungkin adalah pertama kalinya aku menuju Kampung Inggris, bayanganku Kampung Inggris merupakan sebuah kampung yang sudah modern, semua orang disana memakai Bahasa Inggris dalam beraktivitas. Tapi.... Ketika tiba pada sore itu.. It was beyond my expectation. Hanya sebuah desa bahkan hanya sebuah daerah kecil yang dimana kanan dan kiri terdapat tempat les-lesan. Hal yang aku lakukan pertama kali disana adalah mencari tempat les yang sudah aku booking sebelumnya, sesekali mengamati kehidupan orang-orang disana. Sesampainya ditempat les, aku langsung ditemani oleh beberapa pengurus untuk dicarikan tempat tinggal selama di Kampung Inggris.

Pilihan ku jatuh pada sebuah kost yang tak jauh dari tempat les, lokasinya cukup strategis karena dekat juga dengan Masjid Jami Kampung Inggris dan yang paling penting ada wifi-nya. Mencari kostan ber-wifi merupakan hal yang sangat penting kala itu, hal ini dikarenakan aku sedang terikat kontrak dengan salah satu pengusaha ternama di Indonesia, untuk menjadi Asisten Media Monitoring beliau. Aku bekerja biasanya mulai pukul jam 12 malam hingga pagi hari, tergantung seberapa banyak isu yang muncul mengenai beliau pada hari tersebut.

Jam 6 pagi aku harus segera memasuki kelas untuk belajar Bahasa Inggris dengan intensif. Ini dia tempaan hidup dilain tingkat, sungguh rasanya bisa muntah grammar dan bacaan Bahasa Inggris. Les dimulai jam 6, selesai jam 11. Dilanjut lagi jam 1 hingga sore hari Jam 5, malam hari bekerja dan ku lakukan hal tersebut hampir selama tiga bulan lamanya.

Tapi yang membuat perjalanan di Kampung Inggris ini menjadi sebuah momen terindah adalah bertemu guruku, Kyai Gholib Mustofa. Sebelum sowan pertama kali kepada beliau, aku sedikit kepo mengenai beliau lewat facebook. Singkat cerita ku cari nama beliau di kolom pencarian.. "Gholib Mustofa" "enter.." Hmmm... aneh bukan main, nama beliau sama sekali tidak ada di facebook dan saya cari di mutual friends dengan Gus Shampton juga tidak ada. Pikirku mungkin beliau adalah seorang kyai yang tidak main sosial media sama sekali. Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya aku menghubungi beliau melalui whatsapp. Diawali dengan salam, beliau pun memberikan ku alamat pondok dan mengirimkan peta GPS alamat pondok. Menjelang magrib akhirnya, aku menuju ke lokasi yang dituju.

IT WAS A SUPER HOROR EXPERIENCE THAT I HAVE EVER HAD.. KIRI KANAN LADANG TEBU, BEBERAPA METER BERGANTI SAWAH, JALAN KECIL TIDAK TERLALU BESAR, SEPI TAK ADA PEMUKIMAN, TAK ADA LAMPU JALAN, BEBERAPA KALI MELEWATI HUTAN BAMBU, OH LORDD... BATINKU YA ALLAH SEMOGA GAK LIHAT ANEH ANEH, YA ALLAH SEMOGA GAK ADA PENAMPAKAN YANG MUNCUL DARI SELA-SELA POHON TEBU... DAN YA ALLAH SEMOGA GAK ADA BEGAL. Semenjak memasuki kawasan horror tersebut mulutku tak berhenti bershalawat, dan shalawat semakin terpacu cepat, seiring detak jantung yang makin berdebar. Beberapa kali berpikir, apa mungkin Gus Gholib salah mengirimkan lokasi kepadaku yaa... Tapi dengan modal keyakinan akhirnya aku ikuti saja arahan dari Google Maps.

Diujung dari "wahana" horror tersebut akhirnya ada sebuah Desa kecil bernama Plumpung Rejo, dan saat melihat lokasi GPS, rupanya rumah yang kutuju semakin dekat. Saat berada dititik lokasi tujuan, aku juga bertanya kepada warga sekitar mengenai rumah Gus Gholib dan Pondok yang beliau asuh, bernama Pondok Pesantren Kanzul Ulum. Sesampainya di lokasi, aku disambut oleh santri beliau bernama Burhan. Aku diminta untuk menungu di Ruang Tamu karena, Gus Gholib sedang tinda'an (pergi dalam Bahasa Jawa) bersama dengan isternya untuk berobat.

Sembari menunggu aku beberapa kali membayangkan akan seperti apa orang yang akan menjadi guruku selanjutnya. Tak lama menunggu, beliau pun datang.. "Assalamualaikum" seketika aku segera mendekat untuk menyalami beliau.. "Eh ini dia, sudah datang rupanya, tunggu sebentar nggeh.." Byar... ekspektasiku mengenai beliau yang seram, dan kaku karena profil picture whatsapp beliau. Seketika terhapus ketika melihat wajah beliau secara langsung, sungguh berbeda 180 derajat.

Perbincangan dengan beliau diawali dengan perkenalan nama, asal muasal, hingga cerita bertemu bagaimana orang seperti ku dapat bertemu dengan Gus Shampton. Beliau sungguh orang yang sangat santai, bahkan beberapa kali bercanda mengenai hal-hal lucu. Tapi karena yang aku hadapi ini seorang Kyai, aku harus tetap menjaga sopan santun.. Hingga di tengah perbincangan beliau menanyakan akun facebookku, dan saat itu aku baru jujur dengan beliau kalua aku sudah mencari beliau terlebih dahulu di facebook untuk aku cari tau terlebih dahulu. Jawab beliau "Yaiyalah mas sampean gak bakal nemu akun saya dengan nama asli saya, wong jenengku difacebook tak tulisi "Raden Said" seketika kami tertawa bersama..

Waktu menunjukan pukul jam 12, tapi herannya aku belum disuruh pulang oleh beliau. Karena merasa takut mengganggu jam istirahat beliau, akhirnya aku pamit terlebih dahulu, namun jawab beliau "lho.. kok wes pamit.. cepetnyaa...". Byyuhhh batinku, sungguh beliau adalah salah satu orang yang cukup unik yang baru kutemui dalam hidup. Beberapa menit kemudian setelah membahas beberapa hal, akhirnya aku akhirnya diizinkan pulang oleh beliau. Dan ketika itu juga Uji Nyalipun dimulai kembali... Intinya perjalanan pulang kembali horror, bahkan sempat tersasar melewati kuburan. Oh Lord... Tapi akhirnya, aku berhasil sampai di kost dengan selamat. 

LIFE : The Unexpected JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang