Ku ambil judul tulisan ini dari salah satu pidato Soekarno tanggal 17 Agustus 1955, bertepatan dengan 10 tahun kemerdekaan Indonesia.
Indonesia itu bangsa yang besar, rasanya tidak nikmat jika dinikmatinya sendirian. Sama seperti surga, tidak enak jika masuknya hanya sendirian. Maka dari itu diciptakan sebuah nilai yang bernama 'kebersamaan', karena esensinya dengan bersama-sama semua akan terasa Indah.
Indonesia ibarat piring yang mawadahi, makanan bernama Gado-Gado, sebuah negeri yang mewadahi keberagaman yang ada di dalamnya. Nikmat, meskipun bermacam macam campurannya asalkan 'bumbu'nya tepat. Jika di konversikan ke Indonesia, maka bumbu itu adalah sebuah ideologi yang bernama Pancasila. Isi gado-gado adalah segala perbedaan yang ada di Indonesia.
Namun, beberapa bulan bahkan tahun terakhir.. keindahan Indonesia itu sulit dirasakan.. Hanya karena segelintir kelompok yang katanya berniat baik, tapi berimbas kepada pengkotak-kotakan manusia yang sebelumnya bersatu padu bagai gado gado.. Gak kebayang makan gado-gado, isinya dipisah pisah... ada sekat di dalamnya. Tentu bukan gado gado lagi nama makanannya.
Problematika bangsa setiap masa berubah, permasalahan yang terjadi hari ini tentu berbeda dengan permasalahan Bangsa yang terjadi pada masa lampau. Problematika sekarang dapat kita lihat dan rasakan sendiri dengan adanya konflik internal dalam negeri, Devide et Impera.. menghancurkan dengan cara mencerai berai dari dalam. Isu hoax disebar dimana-mana, agama dijadikan alat politis untuk merebut kekuasan, Islam dianggap sebagai agama esktrimis dan tidak toleransi.
Banyak sekali yang menginginkan khilafah di negeriku tercinta. Padahal sistem tersebut sangat mustahil diciptakan dan jika bisapun.. Siapa yang akan menjadi pemimpinnya di zaman sekarang ? Pada zaman Khilafah Abu Bakar As Siddiq, problematika pada kepemimpinan beliau sudah ada. Padahal beliau adalah orang yang didawuhi oleh Rasulillah SAW "Jika seluruh iman manusia ini digabungkan, maka hanya seujung kuku iman Abu Bakar"
Revolusi bukan lah sebuah jawaban atas permasalahan bangsa, tapi bagaimana kita dapat men-Tranformasi secara halus nilai-nilai yang negatif menjadi positif..
Pancasila dan Islam tidak bertentangan sama sekali, justru nilai pancasila itu berasal dari nilai-nilai ajaran Islam.. Founding Fathers negeri ini merupakan orang yang sangat jenius, dalam tataran tertentu beliau mungkin adalah Seorang Wali Allah yang ditugaskan untuk melepaskan kesengsaraan rakyat Indonesia dari Penjajahan..
Sebuah Ideologi Bangsa yang saya pikir merupakan Ideologi terbaik yang pernah ada..
Di masa keruh seperti ini, para intelektual pesantren Lirboyo tergerak hatinya untuk menciptakan sebuah buku yang kiranya dapat menjawab problematika bangsa pada masa Proxy War atau bisa jadi Hybrida War (Idelogy, Land and Water). Buku yang saya taksir dan sangat penting untuk kita baca bersama-sama.. bagaimana hukum berbangsa dan bertanah air dengan kacamata Islam.
Merajut kebersamaan ditengah Kebinekaan...
Dengan menjaga rajutan, maka sayap rajawali akan tetap kokoh untuk terbang tinggi hingga ke Angkasa luas. Jika sayap tidak kokoh bagaimana Rajawali dapat terbang dan Menjadi penguasa langit dunia ?
"Seribu dewa dari kayangan tidak dapat menghancurkan kemerdekaan sebuah bangsa, jikalau bangsa itu hatinya telah berkoar-koar dengan api kemerdekaan."
-Soekarno, 1955
"Memuliakan Manusia berarti memuliakan penciptanya, Merendahkan Manusia berarti menistakan Penciptanya"
- KH. Abdurrahman Wahid
"Derajat tertinggi dari beragama adalah memandang dunia dengan rasa cinta, dan menghilangkan segala keburukan yang ada pada diri manusia. Sementara derajat tertinggi dari manusia adalah jika seseorang telah dapat memanusiakan manusia minimal seperti dirinya memperlakukan dirinya sendiri. Derajat tertinggi dari bernegara ialah memprioritaskan kepentingan bersama yang dirumuskan secara kebersamaan, dari pada mendahulukan ego kita masing-masing"
– Antasena
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE : The Unexpected Journey
SpiritualSebuah buku berisikan kisah seorang pemuda yang sedang mencari jati diri hingga makna kehidupan melalui jalan yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Namun siapa sangka, ternyata jalan inilah, jalan yang membawa dirinya untuk mengenal lebih luas San...