Sungguh di luar ekspektasi jika suatu hari saya akan bertemu seseorang seperti beliau di linimasa kehidupan saya. Sungguh tak terbayangkan dalam hidup saya yang bisa dikatakan sangat jauh dari pendidikan agama atau bahkan pondok pesantren ini bisa bertemu seseorang kiai seperti beliau. Namun demikian, jalan takdir yang membawa perjalanan saya hingga bisa bertemu beliau. Pertemuan dengan beliau telah mengubah cara pikir dan pandangan saya mengenai dunia dan agama. Pertemuan yang mengantarkan saya menuju seribu rahasia mengenal diri-Nya.
Tak ada judul yang paling tepat untuk disematkan dalam 'autobiografi' saya ini selain, The Unexpected Journey. Sebab memang banyak hal yang terjadi di luar nalar dan sama sekali tidak terbayang bahwa ternyata jalan hidup saya akan sebegitu uniknya. Semoga apa pun yang tertulis di buku ini dapat menginspirasi dan membawa manfaat bagi pembacanya.
-------------------------------------------------------------
Hanya sebuah Sabtu biasa, tak ada perbedaan yang signifikan selain kondisi jalanan Malang yang begitu macet sebab ada acara perkumpulan anggota Nahdlatul Ulama (NU) di Stadion Gajayana. Siang hari saya habiskan untuk hadir di acara lokakarya penulisan skripsi dan kencan bersama orang terkasih.
Waktu kencan hari itu tidak begitu lama sebab ada undangan makan malam bersama keluarga teman. Setelah azan Magrib, saya mengantar yang terkasih pulang dan segera menuju lokasi acara.
Undangan makan malam itu datang dari Aqlima, teman satu bisnis dan kuliah ketika saya menempuh pendidikan S1. Kebetulan abinya datang ke Malang untuk menghadiri acara pernikahan salah satu muridnya. Biasanya ketika orangtua teman datang, selalu ada 'ritual' yang selalu dilakukan oleh teman-teman kuliah, yaitu mentraktir makan!
Tidak ada yang benar-benar spesial di acara makan malam itu. Hanya makan malam biasa yang diisi dengan foto-foto, mengobrol, lalu pulang.
Namun, yang menjadi catatan penting pada saat acara tersebut adalah untuk kali pertamanya saya bertemu abi (panggilan akrab ayah Aqlima), sosok yang sering sekali diceritakan olehnya kepada saya.
Setelah acara selesai, saya tak langsung pulang ke kos, sebab waktu itu orangtua Aqlima menginap agak jauh dari pusat kota Malang sehingga saya diminta tolong untuk mengantarkan Aqlima sekeluarga ke tempat penginapan menggunakan mobil teman. Di perjalanan menuju tempat menginap, saya semakin intens mengobrol dengan abi. Terasa sangat berbeda ketika acara makan-makan berlangsung. Beliau bertanya mengenai skripsi dan mimpi-mimpi ke depan yang saya miliki. Sekilas mungkin tak ada yang aneh dari itu sampai akhirnya abi menepuk bahu saya. Tepukan yang saya anggap sebagai bahasa tubuh agar saya tidak canggung ketika mengobrol dengan beliau.
Sena: "Matur nuwun, Abi, semoga bisa berjumpa Abi lagi suatu hari nanti."
Abi: "Iya, Sena, semoga sukses."
Saya kembali ke kos dan bersiap untuk menuju alam mimpi. Start from there everything would change my life 180 degree. It was a magical dream and a surreal moment. Di mimpi tersebut, saya berdiri di ujung tebing atau mungkin sebuah padang sabana yang sangat luas dan tak berujung. Di sana saya melihat cahaya putih menyelimuti tangan. Sungguh bagai Naruto yang sedang menggunakan jurus Rasengan atau Goku yang sedang menyiapkan jurus Kamekameha.
Saat cahaya putih yang ada di tangan saya membesar dan memancarkan sinarnya, seketika abi muncul dan menceritakan mengenai keajaiban diri yang ada pada diri saya. Namun, tak lama setelah itu saya terbangun dari mimpi. Waktu menunjukan pukul 05:00, saya segera beranjak dari kasur untuk melaksanakan salat Subuh. Mimpi tadi malam pun masih mengganjal di pikiran saya, hingga pada akhirnya saya beranikan diri untuk menghubungi Aqlima dan menceritakan mimpi semalam.
Entah kebetulan atau bukan, rupanya abi dan Aqlima sedang membicarakan saya. Abi berpesan bahwa saya harus mencari seorang guru pembimbing sebab saya 'kosong'. Saya tak mengerti arti 'kosong' yang dimaksud abi, tetapi hal ini benar-benar aneh. Mimpi semalam serasa begitu nyata. Ini bukan kali pertama saya merasakan mimpi yang begitu nyata. Sebelum-sebelumnya saya pernah mengalami mimpi yang begitu nyata dan biasanya menjadi sebuah pertanda untukku akan sebuah kejadian yang akan datang. Tak puas dengan jawaban tersebut, akhirnya saya menemui abi di penginapan pagi harinya.
Pertemuan kedua dengan abi membuat otak saya serasa diacak-acak dengan pertanyaan terkait agama. Pertanyaan itu langsung berubah stimulan untuk bertanya lebih mengenai hal-hal yang mengganjal tentang Islam. Dari perbincangan tersebut, saya semakin yakin bahwa saya harus menemukan guru pembimbing. Guru yang bisa mengajarkan saya mengenai luasnya Islam dan bagaimana seharusnya ber-Islam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE : The Unexpected Journey
SpiritualeSebuah buku berisikan kisah seorang pemuda yang sedang mencari jati diri hingga makna kehidupan melalui jalan yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Namun siapa sangka, ternyata jalan inilah, jalan yang membawa dirinya untuk mengenal lebih luas San...