Suntree (The Business Story)

6 0 0
                                    

Dalam rangka menindaklanjuti arahan sang guru agar tak hanya mondok, Akhirnya aku berpikir untuk membangun sebuah usaha, sesuai dengan kode-kode yang beliau sampaikan selama masa mengaji. Sangking keras kode tersebut, beliau pernah berkata jika kamu sudah tidak punya keinginan jadi seorang PNS lagi, maka ngajimu sudah sukses. Hingga pada suatu hari aku menemukan konsep bisnis kopiku yang bernama Suntree.

Perjalanan bisnis kopi ini saya mulai dari tahun 2017. Sungguh bukan sesuatu hal yang pernah saya duga kalau saya akan ketagihan kopi seberat ini, padahal dulu ingat kalau saya bukan penikmat kopi (bahkan hampir tidak pernah minum kopi hitam). Saya ingat kopi hitam yang saya minum pertama kali adalah kopi yang disuguhkan oleh Kyai saya Achmad Shampton, dan kisah usaha ini sangat lekat hubungannya dengan beliau. Cerita usaha ini sekaligus membuktikan salah satu syair dalam kitab tasawuf terkenal karya Syeikh Ibnu Athoilah terbukti. Sebuah nilai kehidupan dan garis ketetapan manusia telah ditentukan, sekeras apapun engkau melawan dinding takdir maka tak akan bisa engkau tembus (Al-Hikam)

Dulu saya benar-benar tidak ada kepikiran untuk jadi pengusaha, sama sekali tidak. Pikir saya setelah lulus s1 nanti, saya ingin ambil beasiswa keluar negeri untuk ambil jurusan Manajemen Konflik entah di Inggris (Kings College London atau University of Bradford) atau mungkin salah satu universitas di benua Eropa. Tapi ketika diperjalanan menuju impian saya, jalan saya pun diarahkan ke arah yang lain dan mungkin ini adalah jalan yang lebih baik untuk saya.

Perjalanan bisnis ini tak terlepas dari Kehidupan Pesantren, Kyai dan Santrinya. Meski tidak mengatakan secara terang-terangan pada tahun 2016, Guru pertama saya (beliau KH. Achmad Shampton) selalu memberikan kode tertentu yang mengisyaratkan agar saya untuk menjadi seorang pengusaha. Meski sudah menerima kode itu berulang kali tapi saya tidak begitu langsung meng-iya-kan kode-kode tersebut.

Hingga diawal 2017 saya pergi ke Kampung Inggris untuk memantapkan kemampuan bahasa inggris saya. Namun sebelum pergi untuk menempuh ilmu, Gus Shampton berpesan agar ngaji saya tidak sampai putus, hingga akhirnya akupun dicarikan seorang guru pembimbing selama di Kampung Inggris dan beliau adalah Kyai Gholib Mustofa (Guru Kedua). Beliau cukup memberikan banyak inspirasi kepada saya mengenai agama, kehidupan bahkan cerita bisnis beliau (maklum, beliau merupakan seorang pengusaha bahan bangunan yang sukses di daerahnya).

Pertengahan 2017, saya bertemu dengan guru ketiga saya yaitu, Kyai Kamaludin Al-Hafidz. Kali ini bukan dicarikan tapi saya yang berkeinginan untuk mempelajari Al-Quran kepada beliau. Singkat cerita, waktu ku dengan beliau tidak begitu lama hanya 4 hari 3 malam, tapi rasanya semua inti sari pelajaran untuk menurunkan rasa egoku dapatku ambil manfaatnya. Beliau berpesan bahwa untuk sekarang kamu jalan-jalan dulu.. jelajah lebih banyak tempat yang belum engkau lihat dan temui orang-orang yang belum engkau ketemui.

Setelah mendapatkan pesan tersebut, akhirnya aku memutuskan untuk menjelajah Utara Pulau Jawa. Sowan (bersilatuhrami) dari Habib Lutfi bin Yahya, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) hingga Mbah Maimoen Zubair. Ketika di kota terakhir aku singgah, aku dipertemukan oleh temanku, Achmad Fitri (seorang santri pengusaha asal sarang yang rupanya ialah inspirasiku untuk memulai usaha). Ketika sudah puas makan bebek di Rumah makan milik beliau, sebelum kembali ke kota Malang aku dan temen menjelajahku, Mohkammad Hawazun, dibekali Kopi khas asal Lasem Jawa Tengah, Kopi Letek namanya.

Hingga tiba kembali di Kota Malang, akhirnya inilah titik balik kehidupan selanjutnya. Bertemu dengan Guruku yang baru pulang haji dan meminta maaf atas segala kesalahan yang aku perbuat dan memohon dibimbing olehnya. Dititik sinilah akhirnya, keinginan dan keterpaksaan menjadi pengusaha dimulai dan tentu memasuki dunia yang berbeda jauh dari tempatku hidup sebelumnya (Bagai Lembah Tidar untuk mendidik mental seseorang).

Tentu awal-awal aku memutuskan untuk memulai usaha, aku tidak tau barang apa yang akan aku jual (Meski punya latar belakang pernah jualan baju) tapi pasar untuk barang tersebut sudah terlalu sulit untuk dimasuki. Sehingga akhirnya aku perlu mencari barang lainnya yang cukup prospek dan ada cela untuk dimasuki dalam pasar tersebut.

LIFE : The Unexpected JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang