Ber-Tasawuf di Era Milenial

12 1 0
                                    

Kalau ibaratkan film favorit saya Star Wars. Legenda macam Anakin Skywalker, Master Yoda, Luke, Peincess Leila dan kawan-kawan sudah jadi sejarah. Zaman mereka hidup sudah berbeda jauh dengan zaman sekarang. Sekarang zamannya Rey, Poe Dameron, Finn dkk lah yang berjuang menyeimbangkan alam semesta.

Dalam pandangan pemasaran saja, konsumer terbagi menjadi genarasi x, y, baby bloomer, z dan hingga yang terakhir milenial. Dan setiap konsumer dari berbeda generasi perlu penanganan yang berbeda. Milenial itu generasi emas, kalau pandangan Manajamen Sumber Daya Manusia (MSDM) mereka orang-orang yang produktif dan menyukai tantangan pada setiap pekerjaannya. Namun, setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan, dan salah satu yang menjadi kekurang mereka adalah mereka suka sekali yang "instant" (bukan instant, indomie 😀). Hal ini perlu juga diterapkan dalam mendidik murid-murid yang berbeda asal generasinya (ada salah seorang teman yang selalu curhat akan muridnya, setengah lucu setengah kasihan tapi kegigihannya mengajar sungguh luar biasa)

Kita sudah berada di zaman berbeda, zaman yang modern, perkembangan IT makin pesat..Sebuah zaman yang sudah sangat berbeda dari zaman dahulu. Dalam pandangan tasawuf mungkin apa yang ada di zaman sekarang ini berat sekali untuk dilakukan... Berbagai buku tasawuf menjelaskan bahwa dunia sesuatu yang hina, dunia dapat membutakan hatimu dsb. Tapi sejatinya inti dari pandangan tasawuf itu bukan anti dunia, tapi agar tidak cinta dengan dunia.

Saya perjelas "Anti : berarti tidak sama sekali mau akan hal-hal yang di-anti-kan. Adanya penolakan dari awal sehingga tak mau menerima. Tetapi beda terminologinya ketika Tidak Cinta Dunia, orang tersebut tidak "anti dunia dunia club" mereka menerima hal-hal di dunia, tetapi mengantisipasi jangan bersifat "kedunia-an. Menjadikan dunia sebagai media untuk menuju akhirat adalah tasawuf to the next level"

Bayangkan, zaman sekarang orang anti dunia. Bagaimana mau menguasai sektor-sektor penting yang bahasa kasarnya "wong isinya dunia kabeh 😀" maka itu pandangan mengenai keduniaan ini harus di ubah model penyampaiannya.

Disampaikan oleh guru saya KH. Shihabuddin, bahwa Imam Syafi'i RA saat berguru kepada guru pertama isinya penuh dengan doktrinan bahwa dunia sebuah hal yang hina, hingga suatu hari beliau diutus berganti guru kepada Imam Malik yang notabennya orang kaya. Syafii muda yang kala itu masih belum terbuka pikirannya karena masih terikat doktrin #DuniaHina kemudian cara pikir beliau diubah secara perlahan pemikirannya oleh Imam Malik. Setelah berguru kepada Imam Malik, Imam Syafii diutus berguru kepada Teman Imam Malik. Seluruh perbekalannyapun disiapkan oleh Imam Malik, sangking royalnya sang Guru kepada sang Murid.

Sesampainya ditujuan, Imam Syafii terheran-heran bagi beliau kala itu Imam Malik itu orang yang sudah kaya, tetapi guru yang barunya ini lebih kaya lagi.. sembari menyambut Syafii, sang guru sedang menata bertumpuk emas batangan di ruang tamunya.. Pikir Syafii apa model-model orang seperti ndak kedunia-an.... tapi nyatanya dari Imam Malik hingga gurunya yang baru "Tak ditemukan sama sekali bahwa hal-hal yang berbau dunia, melekat dihati mereka.. Hal yang berbau dunia dijadikan mereka sebagai media untuk mendekat kepada Allah SWT"

Dan karena seiring perkembangan zaman, pengetahuan yang bertambah dan orang-orang yang ditemui oleh Imam Syafii maka pemikirannyapun berubah. Maka itu salah satu hal yang terkenal dari Imam Syafii adalah merubah pemikiran karyanya dari Qaul Qadim menjadi Qaul Jadid.

Jika dulu hal yang di maksud dunia itu adalah harta berupa uang hingga emas. Maka tentu variabel dunia di era sekarang lebih banyak lagi ada uang, gadget, baju bermerk, mobil, game, dan masih banyak hal lainnya yang bikin keblinger kalau tidak di-ilmu-ni. Tapi jadikan itu semua sebagai media untuk mendekat kepada Allah SWT, segala penciptaan kembali kepada kuasa Allah dan Allah pasti memiliki maksud, tujuan dan hikmah atas segala penciptaannya. Tapi tentu memposisikan diri tidak cinta dunia diantara dunia itu sendiri, akan lebih susah "latihannya" ketimbang menjauhi hal-hal berbau dunia.

Sebagai penutup...

Tagline StarWars "The Rise of The Skywalker" bahwa "Every Generation has a Legend" ini super pecah.. Setiap generasi X,Y, Z hingga Milenial pasti punya legendnya masing-masing. Syeikh Maulana Jalaludin Rumi adalah Legend pada era tertentu, hingga di Indonesia Gus Dur pun adalah Legend pada era Reformasi hingga sebelum beliau Wafat. Tapi saya belum menemukan Legend yang berasal dari Kalangan Milenial, pikirku apa orang yang akan menjadi Legendnya masih tahap proses belajar sebelum dia menjadi seorang Legend ya.. Tapi saya akan menunggu kedatangan sosok legend ini, tak sabar mengetahui pemikiran pemikiran beliau bagaimana mengkombinasikan pemikiran agama dan dunia di zaman modern, pastinya beliau adalah orang yang berpengetahuan luas dari tradisional hingga sistem teknologi cloud pasti tau..

LIFE : The Unexpected JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang