Pertanyaan isengku lontarkan kepada seorang teman tengah malam setelah aku berpikir panjang mengenai luasnya kehidupan dan berbagai jenis manusia yang Allah ciptakan dengan takdirnya yang berbeda-beda.
"Gimana kalau lo dapet isteri yang ternyata pernah ciuman di masa "kurang beruntungnya" dia. Dan setelah itu dia bertaubat dan taubatnya diterima oleh Allah SWT?"
"Hmmm.... yaa piyee yaa mas... usaha cari yang nggak mas"
Jawaban beliau seketika mengingatkan ku dengan cerita salah satu guruku, bahwa dulu ketika mondok beliau bercita-cita tidak ingin punya isteri dari kalangan orang kuliah karena gak mau 'bekasan' digoncengin cowo lain. Tapi dengan kuasaNya Allah menunjukan bahwa jodohnya adalah anak kuliah tapi 'terjaga' dalam artian gak pernah ngapa ngapain even digoncengin cowo.
Dari segala lingkungan yang telah ku lihat, setiap fase kehidupan mengajari ku hal penting. Meski ada sisi beruntung dan tidak keberuntungan di dalamnya.
Manusia ketetapannya pasti akan selalu berlaku salah baik dalam skala kecil maupun besar, apalagi mereka yang hidupnya kurang beruntung dari nilai nilai agama. Karena sekali lagi kita tidak bisa memilih lahir dari orang tua yang mana, dari kalangan mana, dan dilingkungan seperti apa. Jadi ketidak beruntungan dan beruntung dalam hidup juga sesuatu yang pasti.
Jika sekurang beruntungnya manusia berbuat dosa sesama manusia, sesuai dengan takdir buruknya yang Allah berkehendak ia "berperan" sebagai "aktor" yang kurang baik dalam kaca mata hakikat kebenaran. Allah yang maha penyayang dan maha baik dan maha segalanya memberikan solusi, taubat. Dan Allah menjanjikan siapapun yang bertaubat, maka dosanya akan terhapus. Ketika taubatnya diterima oleh Allah. Tapi dengan catatan seorang hamba harus bersungguh sungguh mengakui kelemahan dirinya dan kesalahannya. Belum lagi taubat memiliki empat tingkatan jika dikaji lebih dalam.
Jika ruh ini disucikan karena taubat, jasad ini beralih fungsi untuk beribadah dari maksiat. Apakah masih ada sebuah definisi 'bekasan' ?
Dalam hubungan yang halal pun jika suami isteri bercerai, dalam masa idah. Allah mensucikan rahim perempuan, ibarat "finger print" yang sudah ter"cap" maka "finger print" pun nya itu hilang.
Dalam kalangan tertentu, ada yang bertemu jodohnya dengan pacaran ada juga yang di jodohkan. Dan yang dijodohkan ini masih sangat belaku di dunia pesantren, rata-rata pondok pesantren besar akan menjodohkan keturunannya dengan pondok pesantren yang besar juga. Bahkan gus (panggilan putra untuk keturunan kyai) dan ning (panggilan putri untuk keturunan kyai) seolah punya strata dan levelnya sendiri sendiri sesuai dengan eksistinsi pondoknya. Dilingkungan yang terjaga seperti itu saja strata manusia dapat terlihat, secara dhohir.
Kadang jika melihat secara mata yang dapat menipu ini ajaran agama hindu ada benarnya juga, mengenai kasta Brahmana hingga sudra.
Jangan heran jika diluar sana manusia seolah memiliki level dan tingkatannya berbeda beda, atau mungkin sudah ketetapannya ? Karena perhitungan rasionalitas tersebut, jelas sekali jika Allah hanya melihat ruh dan batin seseorang.
Jika hanya batin yg dilihat.. dan batin tersebut sudah disucikan bagi orang yang kurang beruntung apa definisi 'bekasan' masih berlaku ?
Mungkin nilai penting dari kitab Ihya Ulumuddin itu ada benarnya "Allah ingin kita ridho akan takdir kita dan garis kehidupan kita" namun bagi orang yang di takdirkan baik perlu menyampaikan kebaikan kepada orang yang kurang beruntung dan mengajak mereka kepada kebaikan yang hakiki.
Soal akhir kehidupan seseorang baik atau buruk, Allah punya rahasia yang hanya diketahui olehNya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE : The Unexpected Journey
SpiritualSebuah buku berisikan kisah seorang pemuda yang sedang mencari jati diri hingga makna kehidupan melalui jalan yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Namun siapa sangka, ternyata jalan inilah, jalan yang membawa dirinya untuk mengenal lebih luas San...