Duapuluh Sembilan - Ratu Ular

13 5 0
                                    

Sudah berkali-kali Nanda membujukku agar aku mau memaafkannya.Tapi aku tetap kekeh pada pendirianku sendiri.

Terserahlah ia mau bilang aku ini egois atau apa,tapi aku hanya tidak mau terlalu berharap terhadap orang lain kalau ujung-ujungnya akan menyiksa diriku sendiri.

"Aku teraktir ice cream kesukaan kamu deh.Tapi setelah itu kamu maafkan aku," bujuk Nanda.

Sial,Nanda mengeluarkan senjata pamungkasnya untuk membujukku.Ia tau saja kelemahanku,membujukku dengan cara mengiming-imingi meneraktir ice cream kesukaanku.

Akhirnya aku menyerah saat Nanda membujukku seperti itu "hmm baiklah.Karena kamu yang paksa yasudah aku mau kalau ada ice cream," ujar Reta.

Kemudian Nanda tertawa mendengarnya "sudah ku bilang,kamu tidak bisa berlama-lama marah kepadaku kalau aku menjanjikan kamu ice cream," ledek Nanda.

"Yasudah kalau kamu tidak mau juga tidak apa-apa," rajuk Reta.

"Eh iya iya,aku mau.Nanti kita beli setelah pekerjaan ini selesai ya," kata Nanda.

Kemudian aku kembali bekerja seperti biasa.Menghantarkan pesanan pelangga,membuat kue ,menata kue-kue dietalase,terkadang aku juga sesekali melihat Nanda sedang membuat kopi.

Walaupun aku sendiri belum bisa tapi Nanda selalu berusaha mengajariku.

Aku pernah bertanya padanya kenapa ia malah bekerja di Caffe seperti ini,setau ku kan ia anak dari keluarga berada, biasanya mengurus bisnis-bisnis orang tuanya.

Tapi tidak dengan Nanda,ia lebih memilih jalan hidupnya sendiri dan yang pasti ia mau menghasilkan uang dari jeripayahnya sendiri tanpa bantuan orang tuanya.

****

Saat semua perkerjaan sudah selesai Nanda membawaku ke kedai Ice cream yang biasa aku kunjungi bersamanya.

Seperti biasa aku memesan ice cream vanilla ku dengan sedikit topping chokochip diatasnya.Sedangkan Nanda menjadi ketagihan dengan ice cream rasa mint chocolate chip yang pernah aku pesankan untuknya.

"Semalam memangnya kamu kemana dulu dengan Wulan?kenapa lama sekali?"tanya Reta penasaran.

"Sebelum aku menghantarnya pulang,dia sempat mengajakku makan dulu sebentar.Aku sudah menolak,tapi dia tetap saja memaksaku untuk ikut dengannya," jawab Nanda.

"Apa benar yang pernah ditanyakan Wulan kepadamu kalau kamu belum move on darinya?" tanya Reta ragu-ragu.

Sebenarnya aku agak ragu menanyakan masalah ini padanya.Tapi aku tidak mau berharap pada rasa yang semu,menurutku ini hanya untuk memastikan saja,tidak lebih.

Nanda tersenyum "kalau iya kenapa?lalu kalau tidak kenapa?" tanya Nanda kembali.

Aku mendengus kesal "pertanyaan macam apa itu?.Jelas-jelas aku hanya bertanya,jadi tugasmu harus menjawab saja,bukan bertanya kembali," protes Reta.

"Tidak.Itu tid-" belum selesai Nanda menjawab tiba-tiba ada seorang wanita yang tiba-tiba duduk disebelah Nanda dengan santainya.Siapa lagi kalau bukan Wulan.

"Hai Ret,Nan kita ketemu lagi.Kebetulan sekali,tadi aku lagi shopping disini,terus lihat kalian berdua lagi dikedai ini," ujar Wulan.

Aku menghela nafas panjangku.Ya tuhan apalagi cobaan ku sekarang.Kenapa harus bertemu lagi dengan Wulan disaat aku sedang bersama Nanda seperti ini.

"Aku boleh ikutan gabung kan disini?" tanya Wulan.

Aku melirik kearah Nanda sebentar "I-iya boleh saja,silahkan Lan," jawab Reta terpaksa.

Saat Wulan berada disini membuatku dan Nanda menjadi lebih cangung.Kita berdua jadi tidak bisa mengobrol banyak karena Wulan terlalu banyak bertanya kepada Nanda.

"Nan kenapa kamu tidak membalas pesanku semalam?" tanya Wulan.

Nanda menggelengkan kepalanya pelan "tidak apa-apa,aku sudah tidur semalam," jawab Nanda.

"Kamu hari ini terlihat tampan Nan," puji Wulan.

Nanda tersenyum "iya terimakasih," ucap Nanda.

Suasana ku berubah menjadi sangat gerah sekarang.Padahal ada aku didepan mereka berdua,tapi sekan-akan mereka tidak melihatku.Apa aku ini tak kasat mata begitu?.

Hanya asik mengobrol berdua tanpa memperdulikan keberadaanku disini.
Apa sih maksudnya Wulan akhir-akhir ini sering sekali mendekati Nanda.

Bukannya ia itu sudah punya pacar,kenapa harus dekat-dekat terus dengan Nanda.

"Aku izin ketoilet dulu ya.Kalian berdua aku tinggal dulu," pamit Nanda kepadaku dan Wulan.

Aku mengangguk "iya."

Suasana semakin canggung saat aku berdua saja dengan Wulan disini.Tatapannya berubah menjadi seperti tidak suka kepadaku.

"Kamu tidak pacaran kan dengan Nanda?" tanya Wulan membuka suara.

Aku menggeleng "tidak.Aku dan Nanda hanya berteman saja," jawab Reta.

"Baguslah kalau begitu," ujar Wulan.

Aku mengerutkan dahiku "memangnya kenapa?" tanya Reta polos.

Wulan menatap tajam kearahku "ya aku jadi tidak ada saingannya.Kamu tau kan kalau aku ini mantan pacarnya Nanda?"
"I-iya aku tau," jawab Reta malas.

"Dalam waktu dekat ini aku bakal balik lagi kepelukannya Nanda dan menjadi pacarnya kembali," ujar Wulan dengan angkuh.

Aku tertawa sinis "bagaimana bisa?kamu kan sudah punya pacar," terang Reta.

"Cih..kamu meremehkan aku ternyata.Ingat satu hal ya,apa yang aku mau pasti aku akan dapatin dengan cara apapun," jelas Wulan.

Semakin kesini Wulan semakin menunjukkan sifat aslinya kepadaku.Sudah ku bilang kan kalau Wulan ini gampang sekali nempel sana-sini kepada laki-laki lain sesuka hatinya.

Aku hanya diam tidak menggubriskan perkataannya barusan.

"Dan lagian kamu kenapa sih dekat-dekat terus dengan Nanda?apa tidak ada laki-laki lain selain dia?" tanya Wulan dengan jutek.

Aku masih diam,tidak menjawab.Berusaha bersabar dengan kelakuannya itu.

"Lagian kemanain tunangan kamu itu?" tanya Wulan sekali lagi "upss,aku lupa kalau dia ninggalin kamu ya pas acara pernikahan gagal kamu itu," sindir Wulan meledekku.

Kesabaranku sudah habis saat Wulan berbicara seperti itu padaku.Sepertinya ia sudah melewati batasannya.

BRAK...

Aku menggebrak meja dengan sangat keras dihadapan Wulan.Kali ini aku benar-benar sangat marah padanya.Banyak orang yang sudah menatap kearahku dan Wulan.

"APA MAKSUD KAMU BICARA SEPERTI ITU?!" bentak Reta.

"Loh memangnya kenapa?benar kan apa yang aku bilang barusan.Kalau kamu ditinggalin sama TUNANGAN KAMU SENDIRI," ujar Wulan dengan dengan penuh penekanan diakhir katanya

"sekarang kamu malah mau mendekati Nanda.Apa kamu semurahan itu?" sindir Wulan.

PLAK...

Aku menampar dengan sangat keras pipi Wulan.Nafasku berderu sangat cepat,tanganku juga menjadi panas setelah menampar Wulan.

Bisa-bisanya ia berbicara begitu merendahkanku ditempat umum seperti ini.

"Reta apa yang kamu lakuin?kenapa kamu menampar Wulan?!" tekan Nanda bingung saat sudah datang dari toilet.

Wulan mulai memainkan dramanya didepan Nanda.Ia menangis dihadapan Nanda agar Nanda melihat bahwa disinilah aku yang bersalah.Padahal ia sendiri yang memulai semua ini.Dasar licik.

CINTA PERGI DAN PERTEMUAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang