Tigapuluh Satu - Kabar Buruk

20 5 0
                                    

"Ret buka dong pintunya.Kamu belum makan sayang dari kemarin," ujar Ibu sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku.

Aku mendengus kesal "aku ga mau makan Bu belum lapar," teriak Reta dari dalam kamar.

"Iya Ibu tau,tapi setidaknya buka pintunya.Kalau kamu ada masalah bisa cerita sama Ibu," bujuk Ibu.

Aku tidak menjawab.Sejak kemarin habis kejadian itu aku selalu mengurung diriku dikamar,dan tidak keluar sama sekali.Saat aku sampai rumah kemarin dalam keadaan kacau,Ibu sangat khawatir padaku.

Aku belum bisa menceritakan ini kepada Ibu sebelum mendapatkan ketenangan dulu.

Semalaman aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak,karena fikiranku terus memikirkan Nanda.

Entah kenapa sejak aku sampai dirumah aku terus merasa gelisah.Disaat seperti ini,aku masih saja mengharapkan Nanda mengabariku.

Biasanya saat sedang marah,Nanda selalu menelfonku berkali-kali.Tapi sekarang tidak ada sama sekali notifikasi darinya.

Sebenarnya kemana Nanda?apa yang dikatakan waktu itu benar atau tidak sih?Kenapa ia tidak berusaha menemuiku

****

Aku membuang nafasku gusar.Dalam keadaan seperti ini aku harus bekerja seperti biasanya.Aku harus bersikap profesional tidak boleh mencampuri urusan pribadiku.

Aku berangkat bekerja menaiki ojek online yang aku pesan tadi,biasanya Nanda rutin menjemputku untuk berangkat bersama.Tapi kali ini berbeda,seperti ada yang hilang dalam diriku.

Saat aku sampai di Caffe aku langsung ketempat biasa ku,bekerja dengan yang lainnya.Tapi ada yang aneh disini.Kenapa aku tidak melihat Nanda saat ini.Apa ia tidak masuk bekerja?tapi kenapa?.Apa ada sesuatu yang terjadi dengannya?.

Nanda benar-benar berhasil membuatku terus berpikir tentangnya terus,tanpa memberiku waktu untuk berhenti memikirkan tentangnya.

Aku sampai tidak bisa fokus bekerja.Ragaku disini,tapi fikiranku kemana-mana.Aku harus memastikannya sendiri,dengan bertanya kepada Siska.Siapa tahu Siska mengetahui alasan Nanda tidak masuk bekerja.

"Sis,aku tidak  lihat Nanda dari tadi.Apa kamu tau dia kemana?" tanya Reta.

Siska menggeleng pelan "tidak.Aku tidak tau dia kemana,bahkan dia tidak meminta izin padaku,untuk tidak masuk bekerja," jelas Siska "memangnya ada apa?apa ada masalah?" tanya Siska kembali.

Aku berusaha tersenyum sambil menggeleng "tidak.Tidak ada apa-apa,aku hanya mengkhawatirkannya saja," jawab Reta.

"Kalau begitu kamu coba saja telfon dia," ujar Siska memberiku saran.

"I-iya nan-ti aku telfon," jawab Reta dengan gugup.

Disaat seperti ini,aku masih saja kekeh dengan pendirianku untuk mempertahankan kemarahanku padanya.Padahal dalam hati kecilku aku ingin sekali mengetahui keberadaan ia sekarang.

Saat aku mencengkram kuat ponselku,tiba-tiba ada panggilan masuk.

Aku tidak tau siapa yang menlfonku kali ini.Nomor nya tidak dikenal.Aku ragu-ragu untuk mengangkatnya.

"Handphone kamu bunyi tuh.Kenapa tidak diangkat?" tanya Siska.

"Nomornya tidak dikenal,aku takut," jawab Reta.

"Angkat saja,siapa tau itu penting," ujar Siska.

Akhirnya aku mengangkat panggilan itu.Aku menempelkan handphoneku ditelinga,mencoba mendengar suara siapa yang menelfonku.

"Hallo Reta ini Ibu Ranti," ujar Ibu Ranti dari sebrang sana.

Aku mendengar dari sini Ibu Ranti menelfonku dengan suara yang terisak-isak.Apa Ibu Ranti sedang menangis?.

"Iya Bu ada apa?apa Ibu menangis?" tanya Reta khawatir.

Ibu Ranti mengehela nafas panjangnya "Nanda sayang Nanda," kata Ibu Ranti sambil menangis.

"Ada apa Bu dengan Nanda?Ibu tenang dulu,baru ceritain ke aku," ujar Reta panik.

"Nan-da kecelakaan.Keadaannya lumayan parah.Dari kemarin dia belum sadar,kemarin saat dibawa kerumah sakit,dia sempet memanggil nama kamu terus," jelas Ibu Ranti berusaha tenang.

Seperti ada ribuan jarum yang menusukku hatiku saat ini.Sangat sakit,benar-benar sakit.

Badanku menjadi sangat lemas setelah mendengar kabar itu dari Ibu Ranti.Jadi ini alasannya Nanda tidak memberiku kabar sama sekali.

Seharusnya aku tidak bersikap egois seperti ini,seharusnya aku mendengarkan dulu penjelasan Nanda kemarin dan tidak meninggalkannya sendirian.

Sekarang waktunya bukan untuk menyesali apa yang sudah terjadi.
Bulir-bulir air mata sudah membasahi pipiku "Ibu tenang dulu ya.Reta akan kesana," perjelas Reta.

"I-iya sayang.Ibu tunggu di Rumah Sakit Setia Kasih ya," kata Ibu Ranti kemudian mematikan sambungan telfonnya.

Siska yang melihatku langsung menjadi khawatir.

"Ada apa Ret?kenapa kamu menangis?" tanya Siska panik.

Aku menyeka air mataku "Nanda kecelakaan Sis.Keadaannya parah.Aku harus ke Rumah Sakit secepatnya," ungkap Reta.

"Ya ampun.Apa perlu aku ikut kamu?" tanya Siska lagi.

Aku menggeleng "tidak perlu Sis.Aku bisa sendiri,aku izin ya mau ke Rumah Sakit," ujar Reta.

"Iya baiklah.Kamu hati-hati dijalan,tenanglah pasti semua akan baik-baik saja,percayalah," kata Siska memberiku semangat.

Aku mengangguk kemudian pergi meninggalkan Caffe.Pikiranku terlalu kalut saat ini,sampai-sampai aku hanya berlari untuk menuju Rumah Sakit.

Kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatku bekerja.Langkah kakiku semakin cepat diiringi tangisan akibat memikirkan keadaan Nanda terus menerus,aku tidak memperdulikan apapun yang ada didepanku,yang aku pedulikan hanya bagaimana bisa aku segera menemui Nanda.

Aku sampai diRumah Sakit dengan nafas yang tersengal-sengal,sebenarnya aku bisa saja menaiki taxi untuk sampai,tapi pikiranku terlalu kalut dan kacau sampai-sampai tidak bisa berpikir jernih.

Aku langsung menuju resepsionis menanyakan tentang korban kecelakaan yang  terjadi kemarin yang bernama Sadananda.Perawat itu langsung memberitahukan dimana ruang kamar Nanda.

Aku kembali berlari sampai aku menemukan ruangan Nanda.Saat sudah sampai,aku bisa melihat sudah ada Ibu dan Ayahnya Nanda sepertinya,didalam ruangan itu.

Aku bisa melihat bagaimana wajah terlukanya  Ibu Ranti saat ini.

"Ibu,bagaimana keadaannya Nanda sekarang?" tanya Reta khawatir.

Ibu Ranti langsung memelukku "dia sempat kritis.Tapi tadi dia sudah berhasil melewati masa kritisnya," jawab Ibu Ranti sambil menangis dipelukanku.

Aku harus berusaha tegar,aku tidak boleh ikutan sedih saat ini.Yang perlu aku lakukan hanyalah memberi keyakinan pada Ibu Ranti bahwa semuanya akan baik-baik saja seperti biasanya.Kalau aku ikut sedih,yang ada ini akan menambah luka Ibu Ranti saat ini.

"Ibu tenang ya,semunya pasti akan baik-baik saja.Reta percaya itu.Nanda laki-laki yang kuat," ujar Reta memberikan keyakinan.

Aku berjalan kearah Nanda.Aku begitu sedih melihat keadaanya sekarang,dihidungnya masih dipakaikan selang pernafasan,perban dibagian kepala dan kakinya,ada juga beberapa luka dibagian wajah dan tangannya

.Aku menutup mulutku terlampau syok melihat keadaan seseorang yang mencintaiku.Air mataku terus menetes membasahi pipiku,aku berkali-kali menghapusnya agar tidak terlihat oleh Ibu Ranti.

Bagaimana bisa seperti ini sekarang,kemarin aku masih bisa melihat senyum diwajahnya.Tapi sekarang berbeda,aku hanya melihat betapa tidak berdayanya ia diatas ranjang ini.Diam dan diam.
*
*
*
*
*
TBC
*
Maaf baru sempet update setelah seminggu menghilang wkwk.
Semoga suka ya sama kelanjutan ceritanya:)

JANGAN LUPA VOTE&COMMENT:)

CINTA PERGI DAN PERTEMUAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang