Empat Puluh - Kenyataan

8 2 0
                                    

Ucapan Wulan tadi membuat mata hatiku terbuka,melihat semua kenyataan yang menyakitkan.

Ternyata orang yang telah mencintainya dan menjadi suaminya kini telah menyembunyikan rahasia yang begitu besar dalam hidupnya.

Kebenaran yang Wulan beritahu tadi membuatku tak mampu menahan air mata.Aku merasa hatiku remuk dan kosong,kehidupan perasaanku serasa hilang sejak mengetahui kenyataan itu.

Aku tidak bisa mengendalikan tangisanku selama diperjalanan pulang.Aku sudah terlihat lemah kali ini.Pak Ujang,berkali-kali bertanya kepadaku tentang apa yang sebenarnya terjadi,tapi aku tidak bisa menjelaskannya.

Rasanya aku ingin cepat sampai kerumah dan bertemu Nanda secepatnya,agar aku mendapatkan jawaban yang tepat dari mulutnya.

Sebodoh itu kah diriku sampai-sampai tidak mengetahui kebenaran yang ada?
Kenapa semua ini sangat menyakitkan setelah tau segalanya?.

Tidak berartikah aku dalam hidup Nanda sampai-sampai ia tidak memberitahuku segalanya?.

Aku sudah pernah bilang padanya,agar kita berdua menjadi pasangan yang selalu terbuka,tanpa menyembunyikan apapun.Tapi sekarang kenyataan yang aku terima justru menyakitkan diriku sendiri.

*FlashBackOnn

Aku sudah duduk kembali ditempat yang sama tadi saat aku menunggunya,kedai ice cream.Wulan memintaku mendengarkan apa yang ia akan katakan.

"Apa kamu sudah mengenal Nanda dengan begitu baik?" tanya Wulan membuka suara.

Aku menyerngit bingung "apa yang kamu maksud itu?dia itu suamiku," jawab Reta sinis.

"Kalau dia itu suamimu,pasti dia akan mempercayaimu dan memberitahukan kebenarannya sama kamu sekarang."

"Sudah lah jangan bertele-tele,aku tidak punya banyak waktu.Apa yang kamu mau beritau padaku sebenarnya," tanya Reta tidak sabar.

Wulan berdecak "ck,kamu jadi tidak sabaran sekarang," ujar Wulan sambil mengeluarkan amplop coklat dari tasnya,dan memberikan kepadaku.

"Sebelum kamu membuka amplop itu,aku harap kamu tidak akan bilang ke Nanda kalau aku yang bongkar semua ini dihadapanmu," lanjut Wulan.

"Kenapa seperti itu?"

Wulan tersenyum sinis "aku hanya berusaha membalas dendam padanya,karena dia sudah mempermalukan aku disini,dengan menamparku didepan banyak orang waktu kita bertengkar," sulut Wulan.

Menampar?bukannya Nanda bilang kepadaku kalau ia hanya memberi peringatan saja pada Wulan supaya Wulan sadar apa yang dia lakukan itu salah?tapi kenapa Wulan bilang Nanda menamparnya.

"Bukankah Nanda hanya memberi peringatan saja padamu?kenapa kamu bilang kalau dia menamparmu?" tanya Reta ingin tau.

Wulan tertawa "sudah ku bilang bukan,kalau dia itu tidak mempercayaimu makanya dia tidak cerita yang sebenarnya kepadamu," jawab Wulan.

Tanpa aku mendengarkan lagi apa yang dikatakan oleh Wulan,aku langsung mengambil amplop coklat itu dari meja.Kenapa tanganku tiba-tiba menjadi gemetar seperti ini?kenapa aku merasa takut membukanya.

Aku membukanya pelan-pelan,saat aku lihat ada beberapa kertas foto yang sudah dicetak.Saat aku balik fotonya,dan berusaha melihatnya dengan jelas.

Astaga.

Kenapa mereka berdua bisa bersama seperti ini?apa mereka sudah saling mengenal sebelumnya?tapi kenapa Nanda tidak pernah cerita kepadaku.

Otakku tarus berputar,menerka-nerka jawaban,dan mencoba menepis kalau semua ini tidak benar adanya.

Aku membuang foto-foto itu dihadapan Wulan "apa maksud semua ini?dari mana kamu dapatkan semuanya?!" sulut Reta.

"Aku dapatkan itu dari kakakku.Kakakku bernama Gevano,dia adalah salah satu mahasiswa di Amsterdam university,dia satu kampus dengan Nanda dan Alvin,bahkan mereka bertiga sering bersama saat masa kuliah.Aku melihat foto itu saat kakaku menguploadnya di instagram miliknya,lalu aku baru menyadari setelah beberapa menit kalau sebenarnya Nanda dan Alvin itu saling mengenal,dan mereka bertiga berteman dekat," ungkap Wulan.

"Mungkin dibalik foto itu,sebenarnya Nanda mengetahui apa alasannya Alvin meninggalkanmu waktu acara pernikahan diadakan.Bahkan kakakku sempat bercerita kalau diantara mereka bertiga,yang paling dekat sekali adalah Nanda dan Alvin,mereka seperti kakak beradik yang selalu kemana-mana bersama," lanjut Wulan.

Aku menggelengkan kepalaku berkali-kali,berusaha tidak percaya dengan semua ini tapi rasanya sulit sekali.Mengetahui ini semua membuatku seperti ditancapkan duri tajam berkali-kali.Sangat sakit.

"Katakan padaku kalau yang kamu katakan itu sebenarnya bohong kan Lan?" tanya Reta tidak percaya sambil menangis.

"Oh ayolah,kamu harus terima kenyataannya kalau suamimu itu pembohong!" pungkas Wulan "aku hanya bisa memberitahumu tentang itu saja,selebihnya mungkin hanya Nanda yang menjelaskannya kepadamu nanti," lanjut Wulan.

"Dan satu lagi yang harus kamu ketahui,bukankah Nanda datang setelah Alvin meninggalkanmu?tidak mungkin kan kalau itu hanya kebetulan?sedangkan mereka sebelumnya masih sama-sama kuliah ditempat yang sama dan bekerja ditempat yang sama di Belanda," ujar Wulan.

Kemudian Wulan pergi begitu saja meninggalkanku sendiri disini dalam keadaan hati yang sudah hancur karena kenyataan yang barusan aku terima.Sedangkan pikiranku tak berhenti memikirkan segalanya,semua ucapan Wulan masih teringat jelas di benakku.

*FlashBackOff

Aku menghembuskan nafasku dan berusaha berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarku dan Nanda.

Untung saja saat aku masuk rumah Ibu Ranti belum pulang dari acaranya,dan Bi Rasih tidak melihat begitu jelas keadaanku,bisa-bisa dia langsung menanyakan banyak hal kepadaku saat penampilanku sudah seperti ini.

Saat didalam kamar suara tangisanku sudah pecah.Suara yang kupertahankan agar jangan keluar kini berhasil keluar dengan kencang.Hatiku rasanya benar-benar sakit sekarang.

Ponselku bergetar,Nanda yang menelfonku ternyata.Aku menarik nafas panjangku,dan berusaha mengatur suaraku agar Nanda tidak curiga aku sedang menangis.

"Aku akan pulang sebentar lagi untuk makan siang dirumah,dan aku juga sudah merindukanmu," ujar Nanda dari sebrang sana.

Mendengar suaranya membuatku teringat kenyataan yang aku terima.Rasanya aku tidak menyangka kalau Nanda sudah berbohong padaku.

"Hmmm baiklah," gumam Reta pelan.

"Apa kamu tidak merindukanku?."

"Tentu," jawab Reta singkat "aku matikan du-lu telfonnya,ada yang harus a-ku selesaikan," lanjut Reta sedikit terbata.

Aku mematikan sambungan telfonku tanpa menunggu persetujuan dari Nanda dulu,aku tidak mau membuatnya curiga saat ini.Aku akan menunggunya pulang dan meminta penjelasan dengannya.

CINTA PERGI DAN PERTEMUAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang