4 | Meet Gahara, The Player

426 80 1
                                    

Bagian Empat

"Meet Gahara, the player."

© 2020

"Player sama fakboi itu beda tipis, sama-sama nyakitin cewe. Sama-sama sakit."

Selamat Membaca Kisah Adel!

"LO yakin ini tempatnya, Mod?"

"Iya, gue yakin. Soalnya gue pernah kesini, pas gue masih pdkt-an sama si Daniel."

"Daniel siapa?"

"Yang kemarin, yang nyogok lo pake xi fu tang."

"Ooh. Yang matanya sipit itu? Kemana dia sekarang?"

"Mana gue tau? Kan udah gue tinggal."

Azza terkekeh pelan, tidak heran lagi dengan kelakuan Maudy. "Widiw, berguna juga punya banyak gebetan. Mau berguru lah."

Yang menjadi lawan berbicara pun cekikikan, "Kuy berguru sama gue, soalnya si Gahara gurunya."

Azza makin tertawa, "Aliran sesat."

Maudy pun mengerlingkan matanya ke arah pintu di depan mereka. Pintu yang dihiasi dengan banyak stiker warning dan stiker tanda dilarang masuk.

NO DUMB INSIDE

"Gih, ketok, Za. Kan lo paling tua dari gue."

Azza menyeringai, "Hey maemunah, aturannya elo dong. Dimana-mana itu yang paling muda yang disuruh-suruh."

Cewek baru 16 tahun itu melengos, dan ia pun bersedia mengetok pintu untuk Azza. Maudy mengangkat tangannya berniat mengetok.

Tapi, tangannya malah ditepok oleh Azza. Maudy menatap heran. "Apaan, Jing?"

"Udah ngucap bismillah belum lu? Takut gue nanti yang keluar malah kembaran dajjal."

"Udah, tenang aja lo. Gini-gini gue hapal ayat kursi."

Pada akhirnya, Maudy pun mengetok pintu tiga kali. Sedangkan, Azza menatapnya cemas-cemas.

"Assalamualaikum."

Mereka pun menunggu, sambil melirik jam masing-masing. Azza menolehkan wajahnya pada Maudy.

"Mungkin, gara-gara lo ngucap salam kali ya? Setan yang ada di dalam pada kabor semua. Jadi gak ada yang bukain."

Maudy memutarkan bola matanya pongah. "Yakali, Jah. Paling bentar lagi dibuka."

Dan benar saja, beberapa detik kemudian pintu berbahan dasar kayu jati tersebut terbuka. Sebuah kepala nyembul di antara celah pintu tersebut.

Sorot matanya terlihat jenaka, gak tau saja dia kalau jantung Maudy dan Azza mau loncat. Mengira dirinya, hantu yang cuman punya kepala.

"Hay cantik!"

Maudy dan Azza saling lihat, kemudian tersenyum canggung. "Hehehe, hai." sahut mereka dengan kekehan yang terdengar aneh dan ambigu.

"Ada gerangan apa nih, gen Cahya kesini?" tanyanya dengan alis yang menaik.

Azza dan Maudy saling melirik kembali, mereka memang dikenal dengan Gen Cahya. Keluarga yang dikenal konglomerat abis, dan terkenal pintar-pintar dan cantik.

Black ; Kaleidoskop [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang