20 | Panick Melanda

215 46 1
                                    

Bagian Dua Puluh

"Panick Melanda"

© 2020

- Kaleidoskop -

"Jika ini hanya mimpi, tolong jangan bangunkan aku."

Selamat membaca kisah Adel!

ADEL bangkit dari tidurnya.

Ia mengusap wajahnya kemudian memandang sekelilingnya. Sinar matahari masuk melalui celah-celah ventilasi dan dari jendela. Waktu sudah menunjukkan jam sebelas pagi.

Cewek berambut panjang itu melirik kesana-kesini kemudian mendengus. Tak menemukan ketiga sahabatnya, "Bagus, tinggalin aja lagi gue sendiri di sini. Sementara kalian enak-enakan hunting foto. Bagus."

Adel menyibak selimutnya, menampilkan hotpans hitam nya dan lutut yang ditutupi dengan kain kasa. Bekas diobati oleh Gahara kemarin.

"Gausah jatuh-jatuh lagi kenapa, Del? Sakit tau hati gua liat lo luka gini. Gua ngerasa gagal ngelindungi lo."

Adel tersenyum pelan, ingatannya kembali saat Gahara mengobati lukanya dengan penuh perhatian.

Terdengar seperti suara buaya darat emang, tapi gimana lagi keadaan Adel down saat itu. Serba melankolis dan galau banget.

Cewek penyuka jeruk itu turun dari kasur dan menuju ke meja makan. Perutnya keroncongan sekali, terakhir makan pas maghrib-maghrib dan dibeliin ayam bakar lagi sama Gahara.

Adel memandang bingung karena kitchen set nya sangat bersih, jauh dari kotor ataupun bekas-bekas dicuci. Ia melihat satu post it berwarna biru yang ditempel di meja.

Dear lonte,

Jadi gini karena gue terakhir pergi dari kamar so gue mau nyampein karena gue temen baik lo. Masak sendiri ya? Kan lo tau sendiri kalo kita betiga ga pande masak. Laper? Ya tinggal masak.

Black ; Kaleidoskop [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang