Chapter IX

1.5K 274 40
                                    

*note :
Tingkat 1 : 9-14 Tahun
Tingkat 2 : 15-18 Tahun
Tingkat 3 : 19-21 Tahun
Tingkat 4 : 22-24 Tahun

Jadi usia mereka tar kisaran segitu.

________________________

Wendy menulis sendirian di menara astronomi. Hobinya menulis memang sudah ia kembangkan sedari ia kecil sebagai media terapi psikisnya ketika ia butuh tempat untuk bercerita namun merasa tidak ada orang yang bisa ia percaya. Buku diari nya lah yang menyelematkannya berulang kali dari upaya bunuh dirinya.

Bahkan saat ini hanya ada kalimat 'melompat dari menara ini' di kepala Wendy. Wendy baru menyadari bahwa yang menahannya saat ini untuk menyerah, adalah Jeno dan Lami. Sungguh, jika tidak karena mereka, Wendy bisa melompat sekarang tanpa halangan. Tapi... Wendy ingin Jeno dan Lami mendapatkan kehidupan mereka kembali.

Wendy menatap lambang lotus di pergelangan tangan kirinya lalu menghela nafas berat. "Kenapa kau muncul hm? Kenapa aku tiba-tiba diberikan gambaran masa depan... aku tidak memintanya..." Ucap Wendy lirih pada langit yang mulai menggelap karena hari sudah menjelang malam.

Disela lamunannya, tiba-tiba Wendy melihat ada segerombolan orang berpakaian serba hitam yang berjalan dari ujung bukit tak jah dari keberadaannya menuju Moonstone. Wendy terdiam dan langsung memicingkan kedua matanya berusaha melihat siapa itu. Wendy menggunakan tongkatnya dan menempelkannya pada pelipis kiri agar matanya bisa melihat dari jarak jauh.

"Shit! Oh god. Shit shit shit shit!" Wendy terkejut dan buru-buru berlari dari menara astronomi untuk memperingati sekolah tentang kedatangan mendadak Zalabus. Wendy menggunakan tongkatnya untuk mengirimkan binatang animagusnya upaya mengirim pesan kepada seluruh kastil akan kedatangan Zalabus.

Bentuk animagus burung phoenix tersebut terbang membawa pesan dengan cepat sedangkan Wendy buru-buru berlari pulang ke paviliun untuk memastikan Jeno dan Lami aman dibawah sana.

...

BRAK!

Wendy membuka pintu paviliun dengan kasar lalu mendapati bahwa ada Jaehyun, Rose, Irene, Lisa, Taeyong, Johnny dan Yuta yang ternyata sedang bermain di paviliun. Wendy buru-buru menutup pintu dan melempar buku diarinya ke sembarang arah.

"W-Wan! Ada apa!?" Tanya Lisa panik. "Mana Jeno dan Lami?" Tanya Wendy terengah-engah. "Dikamar..." Jawab Irene lirih. Wendy buru-buru ke kamar lalu melihat Jeno dan Lami sedang menggambar dilantai. Wendy berjalan cepat ke arah mereka dan berjongkok.

"Jeno, Lami, dengarkan aku. Zalabus datang." Ucap Wendy berusaha tenang agar tidak menakuti Jeno maupun Lami. Tetapi Wendy dapat menyadari keterkejutan Jeno dan Lami yang kini beringsut mendekati satu sama lain berpelukan. "A-Apa ini dimana papa akan sekarat, mama?" Tanya Lami lirih. Wendy tidak bisa menjawab karena dirinya menjadi ikut sedih dan khawatir melihat dua anak rapuh dihadapannya sekarang ini.

"Aku janji aku tidak akan membiarkan kalian terluka. Aku janji aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh kalian. Pegang erat-erat pin kuda bersayap itu, panggil animagus phoenix-ku ketika ada bahaya. Namanya 'Xavier'. Panggil Xavier dan dia akan datang mewakili suaraku kepada kalian. Apapun yang terjadi kalian tidak boleh melewati pintu itu. Jangan mendekati pintu itu sama sekali, diam di kamar dan aku akan bergantian dengan tante dan om-mu yang lain untuk menjaga kalian disini. Mengerti?" Tanya Wendy tegas. Mereka berdua menganggukan kepala dengan perlahan.

"Mama janji akan melindungi papa juga kan?" Tanya Lami. Wendy terdiam sejenak mendengar pertanyaan tersebut. "Aku janji aku akan menjaga Jaehyun untuk kalian." Wendy mengusap kepala kedua anak itu lalu pergi keluar kamar menemui Jaehyun dan teman-temannya yang lain.

THE EARLY MARRIAGE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang